header permata pengalamanku

Guruku Sayang, Penghias Masa Kecilku

16 komentar
Sumber: dokumen pribadi

Bicara tentang masa kecil, sebagai seorang introvert sejati, maka bisa dibilang hari-hariku terkesan sepi. Bukan berarti aku tidak bahagia, lho. Justru memang karena aku merasa lebih nyaman menjalani apa-apa sendirian.

Tak banyak orang yang bisa memasuki kehidupan pribadiku. Pendiam, pasif, suka menyendiri dan berbagai sifat yang serupa itu membuat orang sering bingung mencari cara agar bisa berinteraksi denganku. Namun, rupanya hal itu tidak berlaku bagi salah satu guru TK-ku.

Bu Wiwik, panggilannya. Di usianya yang hampir sebaya dengan Bunda, Beliau belum juga menemukan jodohnya. Entah mengapa. Padahal Beliau adalah seorang perempuan berparas manis dengan kepribadian yang lembut, hangat lagi penyayang.

Wajahnya khas Jawa seiring dengan warna kulitnya yang sawo matang. Bola matanya hitam bulat dinaungi bulu mata yang lentik. Rambutnya ikal mayang dengan panjang sedikit melewati pundak.

Sehari-harinya, Beliau biasa mengenakan setelan berkerah jas dipadu rok midi. Aku paling suka jika Beliau memakai warna biru tua. Terkesan tenang, cerdas dan elegan. 
Tak lupa, salah satu yang khas dari Beliau adalah kegemaran memakai anting-anting kancing yang bentuk dan besarnya seperti permen Mentos. Beliau punya beberapa koleksi warna untuk anting-anting dengan model yang serupa. Sepertinya, kancing model begini memang sedang menjadi tren saat itu.

 
Sumber: freeimages.com by William George

Dan sebagai padanan setelan biru tuanya, menurutku wajah Beliau jadi tampak cantik maksimal jika dilengkapi dengan anting-anting merah jambunya. Norak? Warnanya tidak matching? Ah, andai kalian melihatnya sendiri di masa itu, mungkin kalian pun akan setuju dengan pendapatku. Itu sudah paduan sempurna di mataku jika yang memakainya adalah Bu Wiwik.

Tak lama sejak aku mulai belajar di TK itu, Beliau pun menjadi salah satu teman akrab Bunda. Entah karena terpikat magnet pendekatan Bunda yang memang pandai bergaul, atau karena tertarik untuk menyelamiku lebih mendalam. Bisa jadi Beliau menaruh perhatian padaku karena sebelumnya aku mengalami situasi yang tidak cukup menyenangkan di TK yang lama.

Oya, saat menyusun artikel ini, aku baru ingat kalau sebenarnya aku juga pernah menjadi korban perundungan di TK pertamaku. Tak tanggung-tanggung, pelakunya adalah guruku sendiri. Hiks.
Syukurlah, aku tidak sampai tertekan. Hanya jadi merasa kurang nyaman saja dengan guruku. Tapi di sisi lain, justru perlakuannya menjadi angin segar buatku. Lho kok bisa?
Karena dikucilkan itu artinya aku bisa menikmati waktu sendiri lebih lama. Pantas saja, aku sampai sempat lupa dan tidak merasa pernah dirundung. Seperti yang aku tulis di artikel sebelumnya.

Baca: 5 Cara Anak-Anakku Menangkal Perundungan

Walaupun aku santai saja menjalaninya, namun tidak bagi Bunda. Beliau tidak terima saat melihat nilai raporku semuanya K alias kurang. Karena Beliau tahu betul bahwa sebelum masuk TK pun aku sudah mahir membaca, menulis dan berhitung. Maka aku pun dipindahkan ke TK yang lebih dekat jaraknya dari rumahku.

Nah, Bu Wiwik ini adalah guru yang interaktif dan sabar dalam mendidik serta mengasuh murid-muridnya. Perhatiannya padaku tidak hanya tercurah saat di dalam kelas. Namun yang istimewa justru bagaimana Beliau terus melibatkan diri dalam keseharianku di luar jam sekolah.

Entah mengapa, Beliau suka sekali mengajakku pergi melihat berbagai kegiatan. Dan sepertinya, setiap kegiatan yang kami kunjungi terasa begitu menyenangkan. Kebanyakan, kegiatan tersebut berbau seni. Tampaknya, memang seni adalah hobi Beliau.

Sumber: freeimages.com by Alfonso Lima

Menonton operet anak, melihat latihan drama, menyaksikan Beliau menyanyi di atas panggung, mengikuti lomba mewarnai dan masih banyak lagi. Yang paling epic adalah terlibat bersama ribuan anak-anak se-Surabaya memeragakan Tari Burung dengan iringan musik Chicken Dance a la Warkop DKI di Stadion Tambaksari. Hei, jangan-jangan di antara yang membaca ini ada juga yang mengalami hal yang sama sebagai peserta acara tersebut?
Tarian ini tidak hanya sekali kami bawakan. Namun ada beberapa event serupa di tempat lain. Ada yang berupa lomba dengan membentuk formasi-formasi kreatif. Seru, deh! Entah mengapa Beliau percaya aku yang memiliki fisik lemah ini bisa mengikutinya. Walaupun tidak pernah menang, tapi memang olah tubuh dalam bentuk seni tari itu adalah pilihan yang pas untuk kunikmati.

Sumber: freeimages.com by Galofgray

Momen berkesan yang lain adalah ketika aku ditunjuk untuk membacakan puisi dalam acara perpisahan kelas. Saat itu, banyak yang baru menyadari bahwa ternyata aku bisa tampil juga. Termasuk kedua orangtuaku sendiri.

Oya, ada lagi hal yang lucu di masa TK. Aku masuk ke TK ini di usia 5 tahun dan langsung mengikuti kelas TK Nol Besar. Karena tubuhku yang tinggi kurang sesuai jika sekelas dengan anak-anak yang lebih kecil.
Setahun berikutnya, seharusnya aku sudah lulus TK, kan? Namun rupanya ada wacana kelas tambahan di TK ini. Jadi selain TK Nol Kecil dan TK Nol Besar, juga ada yang namanya Kelas Persiapan.

Nah, aku dianjurkan Bunda masuk kelas ini dulu. Alasannya, karena usiaku masih 6 tahun. Beliau lebih suka aku masuk SD di usia 7 tahun agar lebih matang.
Padahal teman-temanku yang berusia 6 tahun banyak yang langsung masuk SD. Tapi tak apa lah. Jika itu artinya aku bisa bersama dengan Bu Wiwik lebih lama.

Sumber: freeimages.com by Heriberto Herrera

Saat aku sudah masuk SD pun, aku masih diikutkan les di rumah Bu Wiwik. Padahal, perasaan sih, aku tidak ada hambatan apa pun dengan mata pelajaran di sekolah. But it's fine. Karena toh, aku juga senang saja melewati waktu bersama Beliau.

Dan yang lebih menakjubkan lagi... Apa coba? Bisa menebak? Ternyata Bu Wiwik kemudian mendaftar sebagai guru di SD-ku! Dan Beliau sengaja memilih menjadi guru kelas 3, sesuai dengan tingkatan kelas yang seharusnya aku masuki di tahun ajaran baru itu.
Sayangnya, Beliau mengajar di kelas 3A. Sedangkan sistem di sekolah memiliki kebijakan setiap murid akan selalu memiliki teman sekelas yang sama sejak kelas 1 hingga kelas 6 nanti sesuai urutan nomor induk. Tidak ada sistem pengacakan.

Karena aku sejak kelas 1 dan 2 masuk kelas B, maka sudah seharusnya aku akan menjadi siswa kelas 3B. Rupanya Bu Wiwik kesulitan saat berusaha diizinkan berganti mengajar kelas 3B. Jadi, Beliau menyarankan Bunda untuk mengurus agar aku pindah kelas 3A. Dan ternyata bisa!

Hohoho... Amazing, ya? Agak berat juga meninggalkan teman-teman yang sudah mulai akrab 2 tahun ini. Tapi ya sudahlah. Toh, aku masih bisa menemui mereka di jam istirahat dan sepulang sekolah. Dan, hey! Aku juga mendapatkan teman sekelas yang baru.

Sayangnya, aku hanya belajar 1 bulan di kelas itu. Karena kami sekeluarga harus pindah ke kota lain. Tentu saja Bu Wiwik sedih. Berhubung sebenarnya Beliau sedang sibuk mengurus agar bisa mengikutkanku sebagai wakil dalam ajang Cerdas Cermat tingkat SD.

Setelah berpisah, aku sudah tidak pernah bertemu Beliau. Kabar terakhir yang kudengar, akhirnya Beliau menikah di usia menjelang 40 tahun. Bahagia tentu mendengarnya.
Kubayangkan Beliau akan menjadi istri dan ibu yang baik. Karena Beliau menempuh kehidupan baru di usia yang matang, sebagaimana diriku sekarang. Bedanya, sebelum itu Beliau telah memiliki banyak bekal dalam mendidik anak.
Sedangkan aku, dalam mencapai usia ini diisi dengan learning by doing sejak menikah di usia 20-an. Belajar kok sampai 6 anak. Hohoho... Semoga makin pintar saja lah, seiring dengan bertambahnya usia. Sebagaimana harapanku saat mencapai usia 40 tahun nanti.

Baca: Kepada Diriku di Usia 40 Tahun

Terimakasih, Bu Wiwik, untuk goresan kenangan manisnya selama ini. Semoga, di mana pun engkau berada saat ini, tetap berada dalam kebahagiaan dan senantiasa di bawah lindungan dan petunjuk-Nya. Amin.

Related Posts

16 komentar

  1. Bahagianya punya guru TK baik hati dan humble.. Aq jg punya, tapi lupa namanya ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Guru TK memang biasanya punya stok sabar berlebih ya 😊

      Hapus
  2. Mbak Farida beruntung dong ya bisa sekolah TK. Nggak kayak aku yang nggak pernah merasakan gimana rasanya sekolah jadi anak TK. Tapi kita samaan lho mbak, aku orangnya juga pendiam. Hehehe. Terimakasih sharingnya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe. Gpp jg sebnrnya ga TK. Toh itu lbh ke bermain sambil belajar sosialisasi ya. Lagipula, jarang jg dengar ada reuni TK. Jd biasanya pertemanannya gampang terlupakan 😂

      Hapus
  3. memang guru TK itu dituntut sabar , dan armah dan penyuka anak2 ya

    BalasHapus
  4. guru TK memang dituntut sabar dan ramah ya , tentunya penyuka anak2

    BalasHapus
  5. Dulu aku maunya di tk 0 besar, g mau masuk tk 0 kecil hehe.
    salam kenal mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal jg. Kenapa mau langsung 0 besar? Karena bongsor?

      Hapus
  6. Dulu aku maunya di tk 0 besar, g mau masuk tk 0 kecil hehe.
    salam kenal mak

    BalasHapus
  7. baca ini, aku jadi inget guru TK-ku namanya bu Mimin gaya berjilbabnya mirip Mba Asma NAdia cantik sekali adem dan sabar. Apakabarnya yah hihihi sejak pindah2 aku tak pernah ngikutin rekam jejak guru-guruku :)

    BalasHapus
  8. Aku enggak TK, hiks padahal seru ya menjadi anak TK itu

    BalasHapus
  9. JD guru tk memang mesti sabar bangdt... Klo sabarnya kurang, jd guru mahasiswa aja alias dosen.. Xixii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi.. Jd dosen bisa ninggalin pesan kasi tugas ya😂

      Hapus

Posting Komentar