header permata pengalamanku

I Have Zero Tolerance for Liar!

20 komentar
Sumber: pixabay

Hmm... Sebenarnya agak susah lho, membuat aku benci seseorang. Kadang walau ada sesuatu yang tidak aku suka atau setuju, tetap perasaannya tidak sampai benci. Ya sekadar kita berbeda, aku nggak nyaman dll.
Tapi ada satu hal yang bisa dengan drastis membuat aku benci pada orang lain, yaitu kebohongan. Untuk kesalahan lain, aku masih bisa memberi kesempatan kedua dan ketiga untuk memperbaiki diri. Tapi kalau sudah pernah berbohong, huff... Mau memberi kesempatan kedua pun rasanya berat betul.

Lha, bagaimana? Kalau sudah pernah bohong, apa jaminannya bahwa yang selanjutnya tidak bohong lagi? Apa lagi kalau bohongnya itu untuk masalah sepele, yang kalau pun jujur juga tidak ada ruginya.

Entah mengapa, memang ada orang-orang yang merasa lebih seru, lebih lucu atau lebih hebat kalau dibumbui bohong. Terus... terus... Kadang memang sengaja berbohong itu untuk memperdaya. Lucu aja kayaknya ya, kalau bisa nyengir dalam hati sambil berbisik, "Kena kamu!"

Dan sepertinya, berbohong ini sudah menjadi budaya di tengah masyarakat kita, ya. Lha wong sejak kecil saja, anak sudah sering dibohongi. Hanya agar anak-anak mau menurut, tidak merepotkan atau yang paling menyebalkan adalah sekadar untuk menggoda karena anak-anak dengan wajah polosnya akan tampak makin lucu jika bisa dikerjain. Huh!

Bahkan, pada level selanjutnya, anak justru diajari berbohong.
"Bilang Ibu tidak ada, ya."
"Udah, kamu ngomong aja kalau sudah habis. Biar kuemu nggak diminta."
"Sini, Ibu yang ngerjain. Paling juga gurumu nggak tahu."

Terdengar familiar? Begitu masifnya kebohongan ini menghiasi hari-hari kita sampai bahkan dianggap sebagai salah satu metode pendidikan dan pengasuhan yang efektif. Karena kalau anak diberitahu keadaan yang sebenarnya, kadang urusannya jadi panjang.

Jadi mending potong kompas saja dengan berbohong, dan anak pun merasa puas dengan jawaban tersebut. Kalau ketahuan berbohong bagaimana? Apa tidak makin runyam situasinya? "Ya, nanti kan mereka akan paham sendiri kalau sudah besar nanti." Paham apa? Bahwa berbohong itu boleh?

Aku sering tidak habis mengerti, harga sebesar apa yang dikejar hingga rela berbohong? Sering kali, aku tidak bisa menerima apa pun alasan seseorang hingga memilih berbohong. Setidaknya, jika memang situasinya sangat genting, mending pilih diam saja lah, daripada berbohong. Makanya, bisa dibilang aku ini zero tolerance sama yang namanya bohong.

Jadi bisa dibayangkan ya, bagaimana kesalnya aku dengan orang-orang yang suka membuat berita bohong dan menyebarkannya. Baik di dunia nyata, maupun di dunia maya yang sepertinya lebih marak.

Baca: 6 Caraku Menjunjung Etika di Dunia Maya

Yang Membuatku Melunak Menerapkan Zero Tolerance

Jika dilihat dari kacamata agama, maka kecenderunganku yang benci pada kebohongan ini jadi makin kuat saja landasannya, ya. Karena dalam agamaku, bohong itu dimasukkan dalam kategori dosa besar dan merupakan salah satu ciri-ciri orang munafik. Tapi, justru karena agama juga, maka aku bisa lebih lunak terhadap kebohongan. Lho?

Iya, karena ternyata ada 3 kebohongan yang diperbolehkan dalam agama, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut:

Ibnu Syihab berkata, “Aku tidaklah mendengar sesuatu yang diberi keringanan untuk berdusta di dalamnya kecuali pada tiga perkara, “Peperangan, mendamaikan yang berselisih, dan perkataan suami pada istri atau istri pada suami (dengan tujuan untuk membawa kebaikan rumah tangga).” (HR. Bukhari no. 2692 dan Muslim no. 2605, lafazh Muslim).
Sumber : https://rumaysho.com/8848-bohong-yang-dibolehkan.html

Nah, karena agama saja membolehkan kita berbohong dalam 3 situasi tersebut, masa iya aku masih mau sewot saja? Makanya, aku berusaha untuk berdamai dengan perasaanku ketika mendapati ada orang yang berbohong dengan alasan salah satu dari 3 hal di atas. Cuma ya. begitulah. Namanya sudah tabiat kali ya, jadi walaupun berusaha untuk mengerti dan memahami, tetap saja pada dasarnya susah menerima. Jadi ya perlu mendidik diri sendiri berulang-ulang bahwa semua itu bukan masalah.

Gara-gara ini, aku jadi mengalami kesulitan sendiri untuk bersikap di hadapan orang yang pernah berbohong. Sepertinya, omongan demi omongan itu terasa kaku jika teringat bahwa dia bisa saja berbohong lagi. Sulit merespon kata-katanya dengan perasaan lega karena kawatir ada intrik di baliknya. Ribet sendiri ya, jadinya?

Pelajaran yang Kudapat dari Para Pembohong

But, hey! Aku percaya bahwa tidak ada pertemuan yang terjadi tanpa alasan. Pastilah ada tujuan tertentu mengapa kita dipertemukan dengan seseorang. Termasuk pertemuanku dengan orang-orang yang akhirnya aku dapati telah berbohong.

Apa sih, hal baik yang bisa aku petik dari mereka? Aku tahu bahwa tidak ada seorang pun yang sempurna. Ya sempurna baiknya, maupun sempurna jeleknya.

Setiap manusia pasti memiliki sisi baik dan buruk. Setiap pembohong yang pernah aku tahu, aku yakin mereka memiliki kebaikan yang banyak. Tapi bagaimana ya, sulit sekali menyukai seseorang dengan banyak kebaikan namun juga pernah berbohong. Huhuhu... Kebohongan benar-benar sebuah ganjalan besar di mataku.

Dan seingatku, aku tidak pernah menemukan orang yang tadinya berbohong kemudian berubah 180 derajat berbalik menjadi sangat menjunjung tinggi kejujuran. Jadi, sepertinya memang aku belum pernah mendapatkan momen untuk berbalik menyukai seseorang yang dulu pernah berbohong.

Aku semakin menyadari bahwa kejujuran ini sebuah karakter dasar, ya. Yang merupakan hasil pembentukan sejak usia dini. Jika sejak kecil telah akrab dengan lingkungan yang terbiasa berbohong, maka susah sekali melepaskannya dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin sulitnya seperti jika orang Indonesia tidak boleh makan nasi lagi. Bisa sih, tapi beraattt...

Namun setidaknya, kehadiran para pembohong dalam kehidupan ini bisa mengajarkan 2 hal padaku:

1. Mengingatkan Padaku Bahwa Bohong Itu Mengerikan

Terkadang, karena pengaruh lingkungan dan terus terpapar dengan aneka kebohongan kecil yang dianggap biasa di sekitar kita, kita bisa jadi lebih permisif terhadapnya. Bisa-bisa, malah mungkin sempat terpikir untuk melakukannya juga. Namun saat ingin berbohong dan tanpa disangka ada orang lain yang lebih dulu berbohong, aku jadi seperti diingatkan bahwa bohong itu kan jelek parah. Masa aku mau melakukannya juga?

2. Belajar Manajemen Emosi

Belajar untuk bisa mengatur emosi agar tidak berlebihan saat bertemu dengan orang yang pernah berbohong dan memperlakukan mereka dengan sewajarnya. Ini adalah latihan terus-menerus yang tidak mudah, Mamen... Tapi ya, terimakasih sudah menyediakan lahan bagiku untuk terus berusaha.

Jadi, bagaimana menurutmu? Aku ini berlebihan ya? Ada saran untukku agar bisa bersikap lebih positif? Terimakasih sebelumnya ya, atas tanggapannya ^_^

Related Posts

20 komentar

  1. biasanya kita jadi gak percaya lagi sama yang suka bohong ya, bahkan setelah mereka berkata benar

    BalasHapus
  2. Biasanya sih, ujung ujungnya kurang percaya sama si orang itu. Tapi jadi orang yang terlalu gampang percaya emang kurang baik juga sih.

    BalasHapus
  3. Nemar, kalau sudah pernah dibohongi, pasti saya akan jaga jarak dengannya.

    BalasHapus
  4. Utk jaga hati istri jadi boleh bohong yaa,, eh gimana,, takut salah persepsi dink,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, boleh.
      tapi kalau itu diterapkan pada saya, secara tabiat saya akan tetap marah kalau tahu telah dibohongi walaupun tujuannya buat menyenangkan saya hihihi...

      Hapus
  5. Menurutku,kak ...

    Sekali orang berbohong biasanya dia akan selalu menciptakan kebohongan demi kebohingan selanjutnya.

    Aku sendiri pernah ngadepin karakter orang spt itu.
    Awalnya kumaafkan, lama2 kebohongannya terbongkar sendiri di depan mataku.

    Dendam ?.
    Ngga perlu.
    Biarkan saja, nanti juga ada karmanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh, itu dia. Susah ya untuk bisa kaai kesempatan pada pembohong🙁

      Hapus
  6. setuju banget nih sama mbak farida. kalo udah sekali dibohongin tuh emang rasanya susah buat percaya lagi. dan kadang kalo liat orangnya aja udah jadi langsung keki sendiri

    BalasHapus
  7. Aku paling gak suka sama orang yang suka bohong, jika gak jujur aku tandai orang itu dan gak bakalan percaya lagi ama dia ☺

    BalasHapus
    Balasan
    1. susah ya jadi orang boong, dibenci banyak orang :P

      Hapus
  8. Kalo ada orang yang bohong sama aku itu rasanya gemes. Kenapa coba berbohong kalo jujur saja lebih baik. Kalo ada orang udah bohong sama aku sih aku nggak bakalan percaya deh mbak sama yang udah bohongin aku itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah ya itu, suka ngga ngerti alasannya kenapa sampai boong. padahal bisa jadi tetap jujur juga selamat :)

      Hapus
  9. Aku juga gitu kalo udah dibohongi sekali aja pasti bawaannya curiga kan. Ni orang beneran apa bohong lagi. Mbatin trs jadinya

    BalasHapus
  10. Ehm, aku pernah juga sih Mbak. Tapi jatuhnya kok malah aku yang susah memaafkan orang. Dan perasaan itu sangat menyiksa bagiku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu, kebohongan itu paling susah move onnya

      Hapus

Posting Komentar