header permata pengalamanku

Jangan Lupakan Anggaran Kesehatan Keluarga!

3 komentar

 Anggaran Kesehatan Keluarga


Jika pangan, sandang, dan papan adalah kebutuhan primer bagi setiap individu ma nusia, maka yang namanya kesehatan, pendidikan, dan keamanan sejatinya adalah kebutuhan primer bagi masyarakat. Artinya, ketiga kebutuhan tersebut mutlak perlu dipenuhi oleh para pengurusnya alias pemerintah demi keberlangsungan hidup yang berkualitas.

Pentingnya Menyusun Anggaran Kesehatan Keluarga

Kalau kita bicara dalam ruang lingkup masyarakat terkecil, yaitu keluarga, masalah kesehatan ini juga perlu mendapatkan perhatian bersama. Menjalankan pola hidup yang sehat tentu juga membutuhkan dukungan dana yang tidak bisa dipandang remeh.

Sayangnya, menyisihkan dana kesehatan ini sering kali dipandang sambil lalu bagi kebanyakan keluarga, termasuk aku juga, sih. Hehehe. Kita kerap merasa cukup menjaga kesehatan dengan cara sehari-hari karena merasa selama ini juga semua berjalan baik-baik saja.

Alhamdulillah, jika seluruh anggota keluarga kita selalu diberikan kesehatan. Akan tetapi, ada kalanya ujian masalah kesehatan ini menimpa siapa saja. Bila kita tidak memiliki dana persiapan lebih untuk menghadapi kejadian tidak terduga semacam ini, selain menderita masalah kesehatan, jadi terguncang soal keuangan juga.

Gampangnya, seperti ketika ada pandemi ini saja, seberapa siap kita mengantisipasinya? Saat hanya bisa beraktivitas di rumah untuk memenuhi segala kebutuhan, dan harus menjalankan serangkaian protokol kesehatan jika keluar rumah, adakah dana ekstra yang cukup untuk mendukung itu semua?


Zaman sekarang, kita bisa mendapatkan semua kebutuhan kita melalui genggaman alias pemesanan daring. Ada kalanya, kepraktisan ini meminta biaya lebih untuk membayar jasa kurir yang mengantar keperluan kita.

Begitu juga dengan penyediaan APK seperti masker, penyanitasi tangan, dan lain-lain. Tentu ini memerlukan dana ekstra di luar yang biasa kita keluarkan sehari-hari dalam kehidupan normal sebelumnya.

Anggaran Kesehatan Keluarga

Usahaku Menyiapkan Anggaran Kehamilan dan Melahirkan

Miris sih, ya, kalau kita selalu menunggu kena batunya dulu baru mau sadar akan pentingnya cara mengatur duit yang juga memasukkan dana kesehatan sebagai bagian pentingnya. Seperti aku ini, yang baru terpikir menyiapkan dana lebih setelah tahu hamil.

Seiring waktu, bertambah pula faktor risiko sebagai ibu hamil. Mulai dari usia, jumlah anak, riwayat keguguran, dan tahun ini diperbanyak dengan adanya riwayat memiliki bayi Down Syndrome. Sejak kehamilan terakhir, aku dan Suami sudah mempersiapkan diri untuk hal terburuk yang menguras dana banyak terkait masalah ini.


Sejak dari kontrol kehamilan, misalnya. Ibu hamil dengan faktor risiko tinggi yang banyak sepertiku sudah tidak disarankan lagi untuk memeriksakan diri ke bidan. Selalu saja kami dirujuk agar melakukannya ke dokter spesialis kandungan.

Soal dokter pun, sebaiknya dipilih yang berpraktik di bawah naungan rumah sakit yang memiliki perlengkapan ideal jika sewaktu-waktu harus menjalankan operasi saat melahirkan nanti. Masalah nyawa itu kan, terkadang hitungannya hanya terpaut detik, ya. Jarak yang jauh bisa membuat penanganan menjadi terlambat.

Belum lagi hal-hal yang mungkin terjadi setelah bayi lahir. Kami juga harus menyediakan cukup dana, berjaga-jaga jika ternyata bayi yang lahir nanti membutuhkan perawatan lebih seperti anak bungsu kami saat ini.

Itulah sekelumit gambaran tentang pentingnya memasukkan pos kesehatan dalam anggaran keluarga kita. Semoga kita semua senantiasa diberi kesehatan dan kelancaran rezeki untuk menjalankan semua urusan kita dengan baik. Selamat mengatur keuangan!






Related Posts

3 komentar

  1. Yaa, setuju banget. Keuangan dalam keluarga kudu diatur sedemikian rupa biar tidak boros, tidak kepake untuk yh bukan-bukan n biar kepake untuk yg emang penting.
    Ihwal mengatur keuangan, aku merasakannya begitu penting setelah lulus kuliah ni. Kalo masih mahasiswa kemarin mah, duit yg didapat dari orang tua langsung pake aja buat jajan, ga terlalu dipikirin 😅😅

    BalasHapus
  2. Yah mumpung belum berkeluarga, tulisan-tulisan seperti ini bisa menjadi bekal untuk kami kami yang belum berkeluarga agar tidak pusing nantinya.. Trims atas sharingnya.

    BalasHapus
  3. Setuju mbak, saya termasuk yang merasakan bagaimana tingginya harga sebuah kesehatan, sast alm suami terkena sakit kanker, alhamdulillah karena ada tabungan investasi tanah dan rumah jadi bisa dijual untuk biaya pengobatan. Bayangkan kalau tidak pernah nabung sama sekali.

    BalasHapus

Posting Komentar