header permata pengalamanku

6 Caraku Menjunjung Etika di Dunia Maya

18 komentar

Sebenarnya, tidak terlalu berbeda apakah kita berinteraksi di dunia nyata maupun maya. Walaupun tampaknya kita hanya berhadapan dengan layar saat berinteraksi di media sosial, namun sejatinya kita sedang berhadapan dengan banyak orang di luar sana. Keduanya membutuhkan sikap positif dalam menjalaninya. Maka, pastikan hal-hal ini tetap kita perhatikan sebagai bagian dari menjunjung etika di dunia maya:



1. Umur

Menaati peraturan, disiplin dan tidak berlaku curang adalah salah satu bentuk etika. Kita mengetahui bahwa batas usia minimal untuk membuat akun di dunia internet rata-rata adalah 13 tahun. Batasan ini tentu bukan tanpa alasan. Pertimbangan kematangan akal dan psikis dinilai telah memadai di usia tersebut. 
Makanya, kalau aku pribadi, tidak mengizinkan anak-anak memiliki gawai dan akun pribadi di dunia maya hingga usianya telah memenuhi syarat. Memang mereka masih bisa menggunakan gawai dan kadang kala membutuhkan suatu akun untuk mengakses informasi. Namun semuanya dalam status meminjam orangtuanya sebagai penanggung jawab.

2. Privasi

Seseorang yang beretika tentu memiliki pertahanan yang kuat untuk melindungi dirinya dari bahaya. Dimulai dari menerima pertemanan. Ada baiknya kita mengutamakan keluarga dan orang-orang yang memang kita kenal di dunia nyata untuk dilanjutkan interaksinya di dunia maya. Sedangkan untuk teman yang hanya bertemu di dunia maya, pastikan bahwa dia memang akan memberikan pengaruh positif bagi kita. Tetap merawat hubungan baik dengan semua orang yang telah kita kenal dan terus memperluas jaringan pertemanan dengan orang-orang positif, itu intinya.

Berbagi cerita, pengetahuan dan pendapat bukan berarti memberitahukan semua keadaan pribadi. Kita harus pandai-pandai memilih mana yang akan diberitahukan pada orang-orang, dan mana yang sebaiknya tetap disimpan demi keamanan. Baik itu data yang tercantum dalam profil kita, maupun cerita tentang keseharian kita dalam status media sosial atau blog.

Sebaliknya, kita harus menghargai privasi orang lain dengan tidak menanyakan atau menyebarkan hal-hal yang dianggap pribadi olehnya. Sering kali kita tidak mengetahui batas privasi setiap orang. Maka selayaknya kita selalu meminta izin jika hendak memuat hal-hal yang bersifat pribadi milik orang lain, misalnya: kisah hidup, foto, nomor telepon, alamat dll.

3. Kebenaran

Sampaikanlah hanya kebenaran. Tak perlu bumbu-bumbu kebohongan hanya sekadar untuk menarik hati orang lain. Hati-hatilah, jangan sampai kita menyebarkan berita atau cerita yang tidak jelas asal-usul dan validitasnya.

Jika kita mendapati sebuah wacana, sebaiknya kita membaca dan memeriksa fakta yang diajukan dari berbagai pihak. Gunakan timbangan yang adil sebisanya dalam menilai sesuatu. Jika ragu, tak perlu memaksakan diri untuk menyampaikan pendapat. 
Toh, diam itu lebih baik daripada kita berbicara sembarangan. Tak ada yang memaksa kita untuk ikut berkomentar. Berbicara benar atau diam, itu pilihannya.

Sebaliknya, jika kita yakin dengan kebenaran yang kita ketahui, bagikan pendapat kita bukan semata karena dorongan emosi. Berani menyampaikan kebenaran walau sendiri. Dan tak perlu ikut-ikutan sesuatu yang tidak kita ketahui walau kebanyakan orang melakukannya. 
Contoh mudahnya, berbagi kabar yang jika ditanyakan kembali maka kita hanya bisa menjawab, "Tidak tahu. Saya cuma berbagi saja." Fiuh, kita bisa jauh lebih beretika daripada sekadar menyebarkan berita tidak jelas.

4. Manfaat

Sudah seharusnya kita selalu berusaha hanya melakukan hal-hal yang bermanfaat. Termasuk apa-apa yang kita sampaikan di dunia maya. Kadang, walaupun kita mengetahui kebenaran suatu fakta, tidak semuanya bisa kita sampaikan saat itu juga. Jika hal itu tidak memiliki pengaruh positif bagi pembacanya, atau justru membuat kekacauan, maka sebaiknya disimpan dulu untuk mendapatkan momen yang lebih tepat agar terasa manfaatnya. Tulisan yang menambah pengetahuan, membangkitkan perasaan positif atau mempermudah urusan orang lain adalah contoh yang sangat layak untuk disebarkan.

5. Bahasa

Bahasa adalah salah satu poin penting yang aku perhatikan dalam berinteraksi, termasuk di dunia maya. Sebaiknya kita berusaha memilih bahasa yang tepat dan santun dengan siapa pun. Hargailah orang lain. 

Cara mudahnya, kita bisa memperhatikan gaya bahasa yang digunakan seseorang saat bertemu di dunia maya sebelum berkomentar atau meresponnya. Sehingga kita bisa menyesuaikan gaya bahasa agar bisa diterima dengan baik olehnya. Jika seseorang tampak cenderung suka menggunakan bahasa daerah asalnya, timpali saja dengan bahasa dari daerah yang sama jika kita juga memahaminya. Hal ini sering kali dinilai lebih beretika dan mempercepat timbulnya suasana akrab.
Jika lawan bicara kita menggunakan bahasa yang kasar? Ups! Tetap merespon dengan bahasa yang santun bukanlah sebuah kesalahan. Tidak balik berkata kasar pada lawan bicara adalah bentuk penghormatan kita padanya.

6. Tanggung Jawab

Tak ada gading yang tak retak. Siapa pun dapat melakukan kesalahan, termasuk juga ketika berinteraksi di dunia maya. Mungkin pemilihan kata yang terlalu tajam, sempat menyebarkan berita bohong, melanggar hak pribadi orang lain dll. Mengakui kesalahan, meminta maaf, melakukan perbaikan dan bertekad tidak mengulangi kesalahan yang sama adalah bagian dari etika kita di dunia maya.

Ada berapa poin di atas yang telah Anda jalankan? Masih ada celah? Aku sendiri bukan pribadi yang benar-benar telah memiliki etika yang bagus selama ini. Yuk, bersama-sama terus memperbaiki iktikad baik kita di dunia maya dan saling mengingatkan ^_^

Related Posts

18 komentar

  1. Hampir semuanya udah saya lakukan tapi memang ini penting untuk diyulis dan dibagikan karena gak semua paham. Nice Mak.

    BalasHapus
  2. saya setuju dengan poin-poin di atas

    BalasHapus
  3. Etika di dunia maya memang sangat penting, seharusnya banyak media yang buat artikel2 seperti ini .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga ya bisa membantu meningkatkan kesadaran warganet. Aamiin..

      Hapus
  4. Setuju mba..ke-6 etika ini memang penting dan perlu disosialisasikan krn masih saja ada yg blm menetapkannya di Dumay .. TFS mba ..

    BalasHapus
  5. Setuju banget deh sama mbak Farida. Aku dulu jaman SMP sampai 3 bulan yang lalu kalo aku nggak kenal dan belum pernah ketemu sama followers aku di sosmed. Pasti aku blokir akun followers yang nggak aku kenal tersebut. Hehehe.

    BalasHapus
  6. setuju banget nih mbak sama cara caranya. apalagi yang kebenaran itu, sekarang kan banyak tuh yg kebenarannya belum pasti udah di share aja. akhirnya malah jadi menyesatkan banyak orang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener. Terburu-buru demi biar update jadinya malah nyebar berita bohong🙁

      Hapus
    2. Semua udah aku lakukan sih. Malah lebih ketat lagi saringanku. Kalo ada teman cowok masa sekolah ngajak japri2, aku gak urusi. Males aja, hahhaaa

      Hapus
    3. Betul 3x. Tiap org punya batasan privasi yg berbeda ya

      Hapus
  7. Seharusnya netijen yang suka ngebully dengan kata kata kasar itu ngebaca postingan ini. Biar tahu etika dalam bersosial media. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ih. Ngomong kasar di dpn org aja rasanya malu ya apalagi kalau bisa dibaca org sedunia. Apa lagi kalau ga bisa dihapus. Hiii..

      Hapus
  8. Terima kasih artikelnya mba..aku sedang mikir mau delete akun FB pencurian datanya serem..

    BalasHapus

Posting Komentar