header permata pengalamanku

Talak 3 (2016): Komedi Mengakali Syariat

12 komentar

 

Genre: Romantis, Komedi, Drama Islami
Sutradara: Ismail Basbeth, Hanung Bramantyo
Pemain Utama: Laudya Cynthia Bella, Vino G. Bastian, Reza Rahadian
Produksi: MD Pictures

Sinopsis

Bagas (Vino G. Bastian) dan Risa (Laudya Cynthia Bella) adalah pasangan yang telah bercerai tiga kali. Ketika Bagas ingin rujuk, dia justru dihadang syariat: talak tiga tak bisa dibatalkan kecuali Risa menikah dengan pria lain lalu bercerai. Maka, dia meminta sahabatnya, Bimo (Reza Rahadian), untuk menikahi Risa demi formalitas. Namun, syariat tidak bisa dipermainkan seenaknya—begitu juga hati manusia.

Kenapa Menonton?

Enggak banyak film Indonesia bergenre romantis komedi yang berkesan buatku saat itu, selain Janji Joni. Sebagai penonton yang sudah mengenal kiprah Hanung Bramantyo lewat film Jomblo yang kocak sekaligus cerdas, dan beberapa film bertema religi seperti Ayat-Ayat Cinta atau Sang Pencerah, kehadiran Talak 3 ini tentu bikin penasaran. Apa jadinya jika Hanung menggabungkan dunia komedi dan syariat Islam dalam satu cerita? Mestinya hasilnya enggak asal-asalan, dong?

Apa lagi di dalamnya ada adu akting dua aktor papan atas Indonesia: Vino G. Bastian dan Reza Rahadian. Di era itu—dan bahkan hingga kini—keduanya dikenal sebagai aktor serba bisa. Melihat mereka berada dalam satu frame, berebut peran di hadapan Laudya Cynthia Bella, jelas jadi daya tarik utama. Nah, ini lagi. Bella yang saat itu baru berhijab main film komedi!

Membaca judulnya yang mengandung angka di belakang, sempat terpikir apakah ini sekuel dari film Talak 1 dan Talak 2? Memangnya ada? Eh, ternyata memang bukan film sekuel, sih. Angka itu menunjukkan konflik yang dihadapi para tokoh terkait kasus talak tiga.

Aku jadi teringat film Hatiku Bukan Pualam (1986). Duh, hidup di zaman apa aku? Maafkan umurku ini. Karena ya, memang konfliknya sama: mengakali syariat talak tiga dengan meminta sahabat jadi muhallil. Bedanya, kalau film tempo dulu itu genrenya drama banget, sedangkan Talak 3 justru menyuguhkannya lewat komedi. Makanya aku kepo, bagaimana film komedi berjalan di atas tema seberat ini?

Pendapatku tentang Talak 3

Talak 3 bukan sekadar romkom biasa. Di balik tawa dan konflik absurd yang terjadi, film ini berdiri kokoh di atas fondasi kisah cinta yang rumit dan tak bisa dibalik semudah kata “maaf.” Sebagai film romantis, Talak 3 mengambil langkah berbeda dari kebanyakan cerita cinta di layar lebar yang seringkali berakhir pada "mereka akhirnya bersama." 

Justru, di sinilah kekuatan romantisnya muncul—dari kerinduan yang tertahan oleh hukum, hasrat untuk kembali tetapi dibatasi syariat, dan pertanyaan besar: apakah cinta yang lama layak diperjuangkan kembali jika harus lewat jalur orang lain?

Tokoh Bagas mewakili banyak pria yang baru memahami nilai cinta setelah kehilangan. Sedangkan Risa adalah sosok perempuan yang telah disakiti tetapi tetap memiliki lapisan perasaan yang kompleks: marah, kecewa, ragu, dan masih menyimpan ruang untuk luka lama yang belum sembuh. Hubungan mereka bukan lagi soal “jatuh cinta,” tetapi tentang kedewasaan dalam mencintai. Inilah bentuk romansa yang lebih dewasa, pahit, tetapi jauh lebih menggugah.

Kehadiran Bimo sebagai pihak ketiga juga tidak dimanfaatkan sebagai sosok antagonis cinta, melainkan untuk menguji keikhlasan cinta lama yang belum tuntas. Saat perasaan mulai berpindah arah, penonton disodori pertanyaan emosional: yang pantas bersama itu siapa—yang dulu mencinta, atau yang kini lebih menghargai?

Dibungkus dengan gaya komedi yang ringan, Talak 3 sebenarnya adalah kisah cinta yang matang, sarat muhasabah, dan penuh ambiguitas emosional. Ia menunjukkan bahwa dalam cinta, ada batas yang tak bisa dilanggar. Dan, dalam syariat, ada hikmah yang tak bisa dibengkokkan demi keinginan sesaat—bahkan atas nama cinta.

Talak 3 berhasil mendapatkan nominasi di Festival Film Indonesia (FFI) 2016 untuk Penulis Skenario Asli Terbaik. Hal ini menunjukkan bahwa koridor yang dibangun untuk berjalannya cerita dalam film ini digarap cukup serius meski bergenre romantis komedi. Wajar dong, kalau berhasil bikin aku jatuh cinta dan percaya lagi bahwa Indonesia bisa bikin film romantis komedi yang bagus.

Kelebihan

Berikut sejumlah kekuatan yang membuat Talak 3 bukan sekadar film romkom, tetapi juga sebuah eksperimen berani tentang bagaimana cinta dan syariat bisa saling beradu—dalam tawa dan diam.

✔️ Berani Mengangkat Hukum Islam Secara Ringan

Topik talak tiga dan muhallil adalah isu sensitif. Film ini berhasil menyajikannya dengan pendekatan komedi ringan yang tidak menggurui dan tidak pula mengolok-olok syariat.

✔️ Akting Kuat

Yang paling menakjubkan sih, si Bella ya. Dia tampil segar, menghidupkan karakter Risa yang tegas tetapi jenaka, dan membuktikan bahwa dia bisa lucu tanpa kehilangan kedalaman emosi. Comic timing-nya natural—mulai dari dialog ketus, ekspresi pasrah, sampai interaksi canggung dengan Bimo. Kelucuan Bella bukan dari slapstick, melainkan dari gestur dan sikap karakter Risa yang serius tetapi terbuka dengan hal-hal nyeleneh karena terbawa perasaan.

Berikutnya, Vino yang hadir dengan gaya khasnya yang konyol, impulsif, dan egois. Dan, pastinya Reza yang kali ini tampil lugu, tulus, dan ternyata memiliki kejutan emosional. Dia adalah karakter penengah yang memberi makna dalam kebisuan.

✔️ Balutan Komedi Segar di Tema Berat

Meski membahas isu agama dan hukum pernikahan, film ini berhasil tetap menghibur berkat komedi situasional dan dialog ringan yang relate dengan penonton modern. Dialog cepat dan dinamika tokoh yang kadang absurd tetapi terasa nyata. Beberapa percakapan begitu menggelitik karena menyindir cara sebagian orang mempermainkan syariat demi keinginan pribadi.

✔️ Visual yang Cerah dan Produksi Profesional

Kualitas gambar, pencahayaan, dan scoring musik menunjang gaya film yang modern dan ramah penonton.

Kekurangan

Dengan topik berat seperti perceraian dan pernikahan ulang, seharusnya ada eksplorasi emosional yang lebih dalam, terutama dari sisi karakter Risa. Bukannya tidak ditunjukkan. Namun, bagi sebagian orang, mungkin terkesan terlalu mengentengkan.

Kesimpulan

Talak 3 adalah romkom yang segar dan berani—mengangkat konflik syariat yang rumit menjadi tontonan ringan, penuh tawa, tetapi tetap menyentuh sisi religius dan emosional. Dengan akting prima dan pendekatan humoris, film ini cocok ditonton siapa saja yang sedang mempertanyakan: “Kalau cinta itu tulus, apa harus lewat jalur rumit?” 

Rekomendasi untuk penonton yang ingin tertawa sambil belajar—bahwa cinta tanpa ilmu bisa salah arah, sementara cinta dengan ilmu pun tetap butuh keberanian untuk jujur. Saat ini bisa ditonton di Netflix, ya. 

Kamu sudah menontonnya? Apakah film romantis komedi favoritmu? Yuk, bagikan di kolom komentar!

Related Posts

12 komentar

  1. Pelajaran yang seharusnya bisa diambil penonton pernikahan itu bukan permainan. Talak bukan kata atau ucapan yang bisa diucapkan sembarang. Kalau iya sama saja dengan melecehkan pembuat aturan yaitu agama Islam itu sendiri

    BalasHapus
  2. Ini film lama kan ya? Aku inget pernah nonton film ini. Bisa kebayang hatinya Risa gimana ketika menghadapi dilema antara harus nikah ulang sm Bagas tapi hatinya udah kadung kepincut sama Bimo. Itulah makanya ya jangan main-main ngucap talak, bahaya.

    BalasHapus
  3. Saya sepertinya sudah pernah nonton film ini, tapi saking sudah lamanya tak ingat sama sekali endingnya. Seinget saya pun film ini sempat ramai dibicarakan karena topik yang diangkat. Btw, Jadi kangen sama aktingnya Bella.

    BalasHapus
  4. Hal-hal begini bukannya nggak ada ya di dunia nyata. Sudah terucap talak 3, eh ternyata si suami menyadari betapa mantan istrinya berharga.

    Mana nggak bisa balik lagi kecuali istrinya dinikahi oleh orang lain terlebih dahulu.

    Di mana saat pernikahan yang baru berpotensi hati istri berpaling ke suami barunya ketimbang mantan suami

    BalasHapus
  5. Isu sensitif tapi bisa dikemas secara ringan, apik juga nih berarti, bisa memberikan pandangan juga buat yang menontonnya

    BalasHapus
  6. Judulnya saja nampak berat, Talak 3, tapi ternyata bergenre komedi, keren ini...apalagi pemainnya jempolan, bisa jadi tontonan yang menghibur dan ringan

    BalasHapus
  7. Topik ini sepertinya cocok ditonton untuk dewasa. Kalo anak2 harus dalam pendampingan orang tua ya.

    BalasHapus
  8. oh ini film lama ya, eh tapi isi pesannya tetap relate dengan saat ini.
    Iya sih, kadang setelah kehilangan, baru deh terasa bahwa selama ini kehadiran seseorang sangat berarti dalam hidup

    BalasHapus
  9. Sempat ngira salah ketik: FFI 2016?
    Sesudah searching, ternyata ini emang film lawas ya?
    Tapi tetep asyik untuk ditonton karena tema kawin-cerai-talak ini mewarnai kehidupan kita sehari-hari

    BalasHapus
  10. Saya sepertinya dah lama juga nonton film ini. Kalau gak salah zaman Reza tuh lagi booming banget. Keknya dia selalu ada di hampir setiap film. Di sini justru saya merasakan bonding yang pas antara Reza dan Vino. Yang satu tampak un-control (Vino) sementara yang satu lagi gampang gelagapan dan peragu (Reza). Tapi saya enjoy dengan kelucuan dan kegalauan yang terbangun. Saat sesungguhnya Reza sudah lama memendam rasa sama Bella dan tak mau (lagi) melepasnya.

    BalasHapus
  11. Aku kok jarang kelewat film romcom NF yaa..
    Sukanya film Indo yang nongol di berandaku tuh temanya hantu-hantuan. Jadi mikir, apakah slama ini genre ini yang paling direkomendasikan buatku??
    Huhuhu..

    Aku jarang nonton Romcom INdo juga siiyh..
    Terakhir malah nontonnya Testpack yang diangkat dari novelnya Ninit Yunita.
    ((sama lawasnya yaak.. dari jaman megalitikum banget niih))

    Barruu tau kalau Reza Rahadian pernah se-frame ama Laudya dan Vino.
    Kereen siich.. aktor top-tier yang pastinya budgetnya gak main-main.

    BalasHapus
  12. yang nonton ini pasti gara-gara pemainnya bagus semua... ini meskipun komedi tapi sebenernya agak dark juga ya masalah pernikahan talak-talak begini kalau di dunia nyata pasti menguras beban pikiran

    BalasHapus

Posting Komentar