header permata pengalamanku

Cinta Itu Mengajak, Bukan Menghakimi

12 komentar

anak murtad

Menyikapi anak yang murtad (keluar dari agama Islam) adalah ujian luar biasa berat bagi orang tua. Namun, dalam Islam dan dalam psikologi, ada pendekatan bijak yang bisa diambil agar tidak memperburuk keadaan, dan bahkan bisa membuka pintu hidayah kembali. Berikut cara-cara menyikapinya:

1. Tetap Tenang

Perasaan sedih, marah, kecewa, atau terpukul adalah wajar. Tapi hindari reaksi yang terlalu keras seperti mengusir, mencaci, atau langsung memutus hubungan. Tindakan tersebut bisa memperlebar jarak dan menutup pintu dialog.

2. Antara Dosa dan Kewajiban Orang Tua

Dalam Islam, murtad adalah dosa besar. Tapi selama anak masih hidup, pintu taubat selalu terbuka. Fokuslah pada upaya menyelamatkan, bukan menghukum.

3. Perkuat Hubungan

Jangan memutuskan silaturahim. Teruslah menjadi sosok yang hangat dan bisa dipercaya. Jangan membuat anak merasa bahwa cinta dan penerimaan orang tua bersyarat. Justru dari kedekatan inilah, ruang dakwah bisa tumbuh.

4. Doakan Sepenuh Hati

Doa orang tua untuk anaknya tidak pernah terhalang. Rasulullah ﷺ bahkan mendoakan pamannya yang kafir sampai akhir hayat. Jangan remehkan kekuatan doa, terutama di sepertiga malam terakhir dan di waktu-waktu mustajab.

5. Evaluasi Lingkungan dan Komunikasi

Periksa apakah selama ini ada luka, ketidakpuasan, atau pertanyaan yang tidak terjawab terkait agama yang membuat anak menjauh. Dengarkan curhat mereka tanpa menyela. Kadang, mereka tidak mencari kebenaran lain, tapi mencari pemahaman yang tidak mereka dapat di rumah.

6. Gunakan Pendekatan Logis dan Hati ke Hati

Jika terbuka kesempatan, ajak berdiskusi dengan lembut. Hindari debat keras. Gunakan pendekatan akal, kasih sayang, dan pengalaman hidup. Perlihatkan bahwa Islam bukan sekadar aturan, tapi jalan hidup yang indah, adil, dan penuh cinta.

7. Libatkan Ustaz atau Konselor yang Bijak

Jika perlu, minta bantuan ustadz, guru, atau konselor keluarga yang lembut dan berpikiran terbuka, bukan yang hanya menghakimi. Kadang, anak lebih mudah mendengar dari pihak ketiga yang tidak membuatnya merasa disalahkan.

8. Jangan Putus Asa

Ingat: Nuh ‘alayhis-salām adalah nabi, tapi anaknya tetap kafir. Hidayah mutlak milik Allah. Tugas orang tua adalah berusaha dengan penuh kasih, bukan menjadi Tuhan bagi pilihan anak. Selama hayat masih ada, selalu ada harapan.

Terbaru Lebih lama

Related Posts

12 komentar

  1. Menyikapi anak yang memutuskan keluar dari agama Islam memang sangat berat. Namun, dengan pendekatan yang bijaksana, penuh kasih sayang, dan kesabaran, orang tua bisa menjaga hubungan baik sambil terus membuka pintu hidayah baginya.

    BalasHapus
  2. Yang penting udah ada niat, lalu kita berikhtiar dan hasilnya semua kita serahkan pada Allah SWT ya...
    Tapi kalau cinta bertepuk sebelah tangan emang sulit sembuhnya sih hehe...

    BalasHapus
  3. Yang kocak urusan warisan. Harusnya udah ga dapet bagian karena hukum warisan cuma ada di Islam. Tapi yang murtad tetep minta bagian yg sama hehee..

    BalasHapus
  4. Pastinya bukan hal yang mudah, tapi namanya syariat harus ditegakkan, walau ya risikonya jadi patah hati. Semangat selalu ya, inshaAllah dengan kasih sayang cinta itu bisa kembali

    BalasHapus
  5. Jadi ingat sewaktu masuk Islam, yang bikin galau itu bilang ke ibunda,
    beliau sudah menjanda (ayah meninggal) sejak saya berumur 10 tahun, rasanya bersalah banget, karena saya tahu betapa terpukulnya ibunda

    BalasHapus
  6. Masalah yang berat memang kalau ada keturunan yang meninggalkan keyakinan selama ini. Marah, kecewa, sedih pastilah ada ya mbak, tapi tak boleh lantas memicu emosi negatif dan jadi kehilangan akal sehat menghadapinya

    BalasHapus
  7. Dari kacamata orang tua kalau anaknya murtad pasti sedih.
    Tapi kalau dari kacamata manusia aku pribadi menghormati pilihan orang, karena menurutku yawda itu pilihan. Trus kalau murtadnya karena pernikahan, ya sudah daripada nanti anak yang dilahirkan punya dua Tuhan dan bikin bingung.
    Tapiiiii ya amit2 kalau kejadian di keluarga ya, semoga kita bisa membimbing anak2 kita untuk selalu memeluk iman Islam yang makin ke sini kek makin asing aamiin,

    BalasHapus
  8. Saya dua kali meliha hancurnya org tua yang anaknya murtad. Ada yang sempet "musuh" tapi akhirnya silaturahmi lagi. Ada juga yang sampai saat ini hati org tua belum sepenuhnya menerima.
    Sepupu saya sendiri, sampe akhirnya anaknya kembali masuk islam dan tak lema kemudian ibunya meninggal (insyaallah dengan tenang)
    Smogaaa keluarga kita selalu dalam naunganNya selamanya, aamiin

    BalasHapus
  9. Jadi ingat pengalaman teman baik saya Mbak. Anak lelakinya murtad karena ingin menikahi seorang perempuan yang memang lahir dari keluarga penganut Katholik yang kuat. Entah berapa banyak air mata yang dia keluarkan saat berbagi cerita. Bahkan dalam satu masa, saya tidak bisa mengendalikan kesedihan sendiri.

    Seperti yang dituliskan di atas, hanya doa terus menerus yang dihajatkan kepada Allah SWT. Semua anggota keluarga besar bahkan kerap mengadakan pengajian dalam lingkup keluarga saja. Mudah-mudah Allah SWT membuka jalan dan mengembalikan keimanan sang anak.

    BalasHapus
  10. Orang tua jadi serba salah sih. Di satu sisi, mereka tahu bahwa murtad adalah dosa besar. Tentu mereka akan sangat marah kalau anak yang diasuh dan dididik secara Islam malah memilih murtad

    Tapi, ada benarnya juga untuk nggak terlalu keras dalam bersikap. Karena selama hayat masih dikandung badan, masih ada harapan hidayah itu kembali datang.

    BalasHapus
  11. Sebagai orang tua, pastinya hanya bisa berpasrah pada Allah SWT dan tak henti berdoa agar anaknya ditunjukkan jalan yang benar. Benar-benar ujian yaa mbak, dan pastinya ada banyak air mata dan cerita di baliknya.

    BalasHapus
  12. Setuju banget cinta itu bukan menghakimi apapun itu karena kita tak pernah tahu bagaimana orang bisa bangkit dari ujian tersebut

    BalasHapus

Posting Komentar