header permata pengalamanku

Sehat Cerdas untuk Semua dengan Ayam dan Telur

10 komentar
Hai, Ibu-Ibu! Apa nih, bahan makanan favorit keluarga di rumah? Kalau di rumahku, jawabannya adalah ayam dan telur. Dan sepertinya, ini adalah jawaban mayoritas dari para keluarga di Indonesia, ya. Tidak heran, sebagai sumber protein, tentu saja ayam dan telur ini memiliki rasa dan aroma yang gurih menggugah selera dan bisa diolah menjadi beragam menu.

Mengapa Konsumsi Ayam dan Telur di Indonesia Rendah?

Herannya, walaupun ayam dan telur adalah bahan pangan yang disukai oleh hampir seluruh penduduk Indonesia, ternyata kedua bahan ini tidak selalu tersedia lho, di atas meja makan keluarga Indonesia. Mengapa, ya?

1. Harga

Apakah karena harganya mahal? Eit, siapa bilang? Ayam dan telur ini adalah sumber protein yang paling murah lho, harganya. Tidak percaya? Coba cek tabel di bawah ini.
Harga Per Gram Sumber Protein di Indonesia
Nah, kan? Ternyata, asumsi masyarakat bahwa tahu dan tempe adalah sumber protein termurah itu salah, Ibu-Ibu! Dengan lebih teliti mencermati kandungan protein dari masing-masing bahan, maka kita akan mendapati bahwa ayam dan telurlah yang memiliki harga termurah untuk setiap gram protein yang dimilikinya.

2. Daya Beli vs Prioritas Belanja

Mmm... Ya, mungkin memang sebenarnya ayam dan telur ini adalah sumber protein termurah. Namun bisa jadi, karena daya beli masyarakat yang sangat rendah, maka harga tersebut pun tidak terjangkau oleh mereka. Oya?
Ya, aku tidak menampik bahwa memang masih banyak saudara-saudara kita yang tinggal di negeri tercinta ini berada di bawah garis kemiskinan. Tapi, ternyata ini bukan alasan mayoritas masyarakat hingga menjadi jarang mengkonsumsi ayam dan telur, lho. Yuk, tengok video hasil reportase dari RCTI berikut ini:
Yang menggemaskan itu, jika ada keluarga yang jarang makan ayam dan telur namun Sang Ayah masih bisa membeli rokok setiap hari. Ih, sebal! Padahal jika kita membandingkan dengan harga sebatang rokok, maka harga sebutir telur itu kurang lebih harganya sama dengan sebatang rokok. 
Namun berdasarkan data pemerintah, konsumsi telur masyarakat Indonesia hanya 100 butir per orang per tahun, sedangkan konsumsi rokok masyarakat Indonesia mencapai lebih dari 1.100 batang per orang per tahun. Artinya, masyarakat Indonesia rata-rata hanya makan 1 butir telur setiap 3 hari, tapi bersedia membeli rokok rata-rata 3 batang rokok setiap hari. Menyedihkan sekali, ya? 
Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya konsumsi ayam dan telur di Indonesia bukan semata karena minimnya daya beli masyarakat. Melainkan juga disebabkan oleh minimnya perhatian masyarakat terhadap kualitas gizi sehari-hari demi meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bersama.

3. Suntikan Hormon pada Ayam Pedaging

Belum lagi berbagai anggapan salah yang beredar tentang ayam dan telur. Misalnya, ada anggapan bahwa ayam pedaging (broiler) bisa cepat besar karena disuntik hormon. Duh, mari kita berhitung, ya. Harga satu dosis hormon sekali suntik itu bisa mencapai 5 USD (Rp. 65.000). Sedangkan harga ayam di tingkat peternak kurang dari Rp 20 ribu/ekor. Mana mungkin?
Pertumbuhan ayam pedaging (broiler) yang cepat itu sebenarnya merupakan hasil persilangan puluhan tahun sesuai dengan kaidah ilmu genetika sehingga menghasilkan varietas ayam dengan mutu genetik yang bagus.

4. Kandungan Kolesterol pada Telur

Timbul juga kekawatiran di tengah masyarakat untuk mengkonsumsi telur disebabkan kandungan kolesterol di dalamnya. Benar, telur memang mengandung kolesterol. Namun kolesterol yang dimaksud merupakan jenis kolesterol baik yang diperlukan tubuh, bukan kolesterol jahat.  
Banyaknya kasus kolesterol di masyarakat pada umumnya bukanlah karena telur maupun komoditi peternakan lainnya, melainkan karena masakan yang digoreng dengan minyak berulang-ulang. Minyak goreng yang rusak karena mengalami pemanasan berulang inilah yang berubah menjadi kolesterol jahat bagi tubuh. Jadi, kalau kita selalu menggoreng ayam dan telur dengan minyak goreng yang bersih, aman deh.

5. Alergi Ayam dan Telur

Ya, memang sebagian manusia memiliki riwayat alergi terhadap jenis bahan pangan tertentu, termasuk ayam dan telur. Reaksi alerginya dapat berupa gangguan kulit atau saluran pernapasan. Alergi ini banyak terjadi pada anak-anak atau mereka yang masih balita. 
Namun itu tidak berarti semua orang akan mengalami hal yang sama jika mengkonsumsinya. Orang yang tidak punya riwayat alergi pada telur tentu saja tidak usah khawatir, karena justru telur mengandung protein hewani dengan asam animo yang sangat lengkap dan bermanfaat untuk pertahanan tubuh.
Contohnya saja putra terbesarku. Dia ini sejak mengenal makanan, sangat suka dengan telur. Hampir setiap hari dia minta telur ada dalam menunya. Padahal, dia juga tahu bahwa setiap kebanyakan makan telur (biasanya setelah makan 3 butir berturut-turut), kulitnya akan timbul bisul, ruam-ruam merah dan terasa gatal. Namun kegemarannya akan telur tidak jua surut. Alhasil, sudah beberapa tahun ini reaksi alerginya setelah makan telur tiba-tiba hilang begitu saja. Mantap, kan?

Pentingnya Edukasi Masyarakat tentang Ayam dan Telur

Nah, terbukti ya, ternyata berbagai kekawatiran di atas tidak beralasan. Ayam dan telur sangat layak dimasukkan dalam menu sehari-hari karena dengan harga murah bisa memberikan aneka manfaat yang melimpah bagi kesehatan dan kecerdasan.


Beredarnya berbagai anggapan keliru menunjukkan perlunya upaya serius untuk melakukan edukasi ke masyarakat mengenai pentingnya ayam dan telur.  Selain diharapkan masyarakat menjadi lebih sehat dan cerdas, peternakan unggas pun dapat semakin berkembang sehingga menggerakkan roda ekonomi masyarakat.

Hal inilah yang mendorong tercetusnya penyelenggaraan acara festival ayam dan telur oleh Menteri Pertanian, Dr. Ir. Suswono, MA, di Senayan Jakarta, tanggal 15 Oktober 2011. Sejak saat itu, setiap tanggal 15 oktober diperingati sebagai Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN). Acara HATN telah diakui sebagai bagian dari World Egg Day oleh International Egg Commision sejak 2016. Liputan kegiatan HATN dimuat di website resminya, www.internationalegg.com.
World Egg Day (WED) sendiri jatuh pada setiap minggu kedua bulan Oktober di Hari Jumat. Jadi , tanggal peringatan WED berbeda-beda setiap tahunnya. Tahun ini jatuh pada hari Jumat, 13 Oktober 2017.

HATN dan WED tahun ini akan dipusatkan di Lombok, Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat. Acara yang akan dilaksanakan bekerjasama dengan Lombok Post group ini didukung oleh Pemda Provinsi NTB khususnya Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB dan dinas terkait lainnya, Fakultas Peternakan Universitas Mataram (Unram), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Nusatenggara Barat (UNTB), komunitas peternak unggas, dan sejumlah lembaga dan komunitas lainnya. Direncanakan puncak acara dilaksanakan pada Minggu, 1 Oktober 2017.

Sementara itu di Jakarta direncanakan akan dilakukan sejumlah acara oleh Pinsar Indonesia berupa aksi sosial, lomba menulis blog, penyuluhan gizi dan berbagai acara lainnya, yang akan dipusatkan di Taman Kalijodo, Jakarta Barat.

Dengan mengangkat tema “Ayam dan Telur Makanan Kita Semua,” HATN 2017 mengandung spirit bahwa ayam dan telur menjadi makanan semua lapisan masyarakat, karena harganya terjangkau dan kandungan gizinya luar biasa. Dengan mengonsumsi sebutir telur sehari dan sepotong daging ayam, tubuh kita akan lebih sehat dan cerdas. Anda juga setuju, kan?

Referensi:
  1. http://pinsarindonesia.com/bahan-lomba-menulis-hatn-2017/
  2. https://manfaat.co.id/manfaat-telur
  3. http://www.khasiat.co.id/daging/ayam.html

Related Posts

10 komentar

  1. Telor dan ayam banyak manfaat juga ya mba selain untuk keceplosan otak juga protein didalam ayam dan telur juga sangat bagus. Biasanya aku selalu makan telur digoreng, direbus, atau dijadikan sebagai masakan

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali. sudah enak, banyak manfaatnya pula :)

      Hapus
  2. suer... aku baru nyadar itu yang foto pertama bukan ayam dan telor beneran.. Anakku yang komen.. "itu telor dan ayamnya mainan ya bunda.." qiqiqiqi..
    anakku alergi tapi makan telor.. lagian juga dokternya ga ngelarang.. asal ga overdosis aja..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi.. iya. itu mainannya anakku. telur dan ayam sama gedenya :P
      sama dong ya sama putraku juga walau sempat alergi telur tetap suka makannya. alhamdulillah sekarang reaksi alerginya sudah ngga muncul. Mungkin karena daya tahan tubuhnya lebih meningkat ya :)

      Hapus
  3. Ayam, telur, rahu, tempe, wajib ada di rumah. Kalau anak saya, dimasakain ayam tiap ari dgn berbagai model hayuk saja...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha.. iya. ayam dan telur mau setiap hari di rumah juga tetap laris ya :)

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  5. Telur dan ayam ini alhamdulillah sering makan mbak. Selalu ada stock telur di rumah, juga ungkepan ayam, jd kalau males masak tinggal goreng hehe
    TFS

    BalasHapus
    Balasan
    1. aseek... anti mati gaya deh ya kalau sudah ada telur dan ayam di rumah :)

      Hapus

Posting Komentar