Melanjutkan webinar tentang melatih kesadaran diri dan mengenali jati diri dengan inner child therapy, minggu berikutnya aku masih setia dong, mengikuti rangkaian parade Happy Innerchild. Sesi yang diisi Pak Adi W. Gunawan dan Pak Asep Haerul Gani ini memberikan banyak wawasan baru buatku.
Memberdayakan Inner Child untuk Sukses Masa Depan
Ternyata, ada banyak sisi dalam diri kita yang disebut ego state. Ini sangat membuka mataku dan menjadi jawaban tentang fenomena banyaknya pikiran dan pendapat dalam diri kita yang saling berkomunikasi. Juga, bagaimana masalah kesehatan jiwa seperti multi kepribadian itu terjadi.
Setidaknya, ada 3 bagian dalam diri yang bisa kita kenali, yaitu: sisi yang mengajak kebaikan, sisi yang mengajak keburukan, dan sisi pengamat yang menyaksikan pertentangan di antara keduanya lalu mengambil keputusan untuk memilih yang mana.
Bahkan, ahli dari Barat menyebutkan ada 9 bagian dalam diri kita. Sedangkan Pak Adi, mengembangkan teori sendiri ada 15 bagian yang Beliau sebut ego personality. Salah satunya adalah inner child. Setiap saat, bagian-bagian dalam diri kita inilah yang mewakili berbagai macam pikiran dalam benak kita.
Pada saat tertentu, satu bagian diri kita akan lebih dominan dan memenangkan perdebatan dalam diri. Jika kita melihat reaksi seseorang yang tidak biasa, maka yang sedang berperan saat itu adalah bagian dirinya yang lain, termasuk salah satunya bisa jadi inner child-nya.
Ada kalanya, inner child muncul karena terluka. Luka batin sejatinya adalah emosi negatif yang menempel pada sebuah memori. Bisa karena kejadian yang buruk atau sekadar persepsi yang salah. Luka ini bisa terbentuk sejak dalam kandungan.
Tidak hanya di rumah, anak juka bisa terluka batinnya akibat pengalaman di sekolah maupun lingkungn pergaulan yang lain. Jika emosi yang timbul tidak terekspresikan, ia bisa menjadi penyakit dan ketakutan yang tidak jelas.
Semua itu karena sejatinya peran utama pikiran bawah sadar adalah melindungi kita. Pikiran bawah sadar hanya akan menyimpan memori baik. Memori yang ditunggangi emosi negatif akan berkeliaran dalam otak dan sesekali muncul menganggu kita karena butuh diselesaikan.
Meski pikiran sadar sudah lupa dan tidak paham kaitannya dengan kejadian saat ini, tetapi alam bawah sadar tetap menyimpan memori tersebut dan menjalankan mekanismenya. Mekanisme perlindungan ini bisa berlapis-lapis sehingga perlu diselesaikan satu per satu untuk menyembuhkan luka di masa lalu.
Luka ini membutuhkan inner child therapy agar tidak menyabotase perilaku kita ketika dewasa. Setiap kali kita mengakses masa lalu negatif, maka kita akan mengalami trauma yang sama di pikiran. Untuk bisa merasa positif, kita bisa mengakses inner child yang membuat bahagia di masa kecil.
Bawalah diri kita yang dewasa berdialog dengan si Kecil dalam diri dan berikan apa yang paling dibutuhkannya, yaitu rasa aman. Banyak-banyaklah menyayangi diri, serta tidak menyalahkan dan membenci diri. Terimalah dengan ikhlas hingga kita bisa sembuh dari luka, kesehatan mental pulih, dan berdaya. Jika kita telah pulih, tidak akan ada drama yang timbul meski ingatan tentang luka itu hadir.
Psikodinamika Inner Child dalam Pernikahan
Melengkapi pembahasan tentang kesehatan mental terkait dengan ego personality, Pak Asep secara khusus menguraikan masalah banyak bagian diri ini dalam kehidupan pernikahan. Kata orang, pernikahan adalah pembelajaran seumur hidup untuk mengenal dan bekerjasama dengan pasangan.
Padahal, manusia bisa saja berperilaku berbeda dalam situasi yang berbeda karena adanya banyak bagian kepribadian dalam dirinya. Inilah yang menyebabkan kadang persepsi seseorang terhadap kita berbeda-beda. Hal ini wajar. Bahkan, kita memang harus memiliki banyak topeng dan menggunakan untuk setiap situasi dan waktu yang tepat.
Banyaknya cara bersikap dalam diri kita menjadi semakin rumit ketika dua manusia bersatu dalam sebuah pernikahan. Satu bagian dari diri suami bisa berselisih dengan satu bagian dari istri. Saat konflik reda, mungkin bagian lain dari istrinya yang tidak terima.
Itu sebabnya, konflik suami-istri seolah terus-menerus. Hal ini menguatkan konsep yang kuusung dalam interaksi dengan pasangan dalam skenario film Suami Akhir Pekan. Bisa saja, konflik itu muncul dari luka innerchild masing-masing.
Sebuah peristiwa sederhana bisa ditangkap apa adanya oleh anak dan menjadi sebuah trauma yang tidak disadari. Seseorang yang terjebak innerchild, karena ada topeng yang tidak bisa dipenuhi saat masih dini. Topeng itu pun muncul di situasi-situasi tidak terduga.
Demi kesehatan jiwa bersama, kita perlu memahami ego state masing-masing. Kita bisa lebih memaklumi setiap kejadian dengan bijak. Cintai innerchild kita dan pasangan kita, sehingga bisa sama-sama berproses menjadi lebih baik.
Kembalikan setiap masalah rumah tangga pada hakim pernikahan, yaitu tujuan pernikahan. Dengan mengingat tujuan menikah, kita tidak mudah goyah dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul. Kalau sudah punya alat untuk membereskan urusan diri dan pasangan begini, wajar saja jika kita bisa meningkatkan kualitas hidup dan bahagia. Mau?
Dunia anak dan perkembangannya membuat saya sebagai pemerhati merasakan kebahagiaan membaca tulisan ini, seperti khasanah istilah baru membuat literasi ini semakin berkembang dan bermanfaat.
BalasHapusAkhir-akhir ini banyak dibahas tentang inner child. Di sinilah peran orang tua ya dalam mendampingi anak-anak. Udah kayak gelas aja, engga boleh retak, nanti akan membekas. Alhamdulillah banyak sesi sharing ttg psikologi, spya kita bisa lebih happy di kemudian hari.
BalasHapusMirip banget malaikat dan setan seperti sisi yang mengajak kebaikan, sisi yang mengajak keburukan ya?
BalasHapusbagus banget tulisannya, untuk mengingatkan bahwa orangtua harus membekali diri sebelum memutuskan mempunyai anak
Aku sering lihat nih yang bahas tentang inner child, kayaknya sekarang banyak yang sadar ya inner child itu penting banget diperhatikan karena itu bisa pengaruh sama gaya hidup dan pola asuh pada anak kita.
BalasHapusMemang ya, kalau diperhatikan, kebanyakan masalah suami istri itu, pemicunya ya inner child ya.
BalasHapusEgo akibat inner child.
Dan memang benar, kadang di sisi lain kita merasa udah accept dengan keadaan pasangan, lah masih ada sisi lain yang ga terima :D
Saya baru menyadari tentang pentingnya menyembuhkan innerchild baru-baru ini. Ya bersyukur gak punya masa lalu menyedihkan. Tetapi, setidaknya bisa jadi panduan untuk saya. Setidaknya bisa ngajarin ke anak-anak untuk bisa memaafkan masa lalu. Meskipun mereka kelihatan baik-baik aja sampai sekarang. Siapa tau sebetulnya ada beberapa hal dari pola asuh saya yang kurang berkenan bagi mereka
BalasHapusTulisannya bagus banget kak, emang ya inner child sesuatu banget semoga kuta senantiasa diberi petunjuk melakukan hal yang benar apalagi dalam pernikahan ada kalanya kita harus memafkan, meminta maaf dan mengalah dengan sabar, kelapangan hati adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam rumah tangga
BalasHapusAku setuju dengan kembalikan masalah kehidupan saat berumah tangga dengan tujuan awal menikah. Karena pada dasarnya menikah itu bertujuan untuk menyempurnakan separuh agama.
BalasHapusBtw, baca tulisan di atas sampai tuntas ternyata kualitasnya oke banget, saya jadi tahu inner child sebagai pedoman dalam kehidupan manusia supaya membangun interpersonal yang lebih maju di tengah2 kehidupan sosial ya...keren kak, makasih ya kak ilmu nya.
Kadang kala tanpa kita sadari, kita sering dihadapkan pada dua pilihan untuk satu masalah. Apakah kita akan melakukan satu pekerjaan atau nggak misalnya. Ada bagian dalam diri kita kadang menilai tentang sebaiknya kita melakukannya. Dan ada juga pemikiran bahwa kita nggak perlu melakukannya.
BalasHapusTernyata menarik banget ya pemahaman tentang inner child ini. Banyak hal yang harus kita pelajari karena nyatanya inner child akan banyak mempengaruhi cara kita bersikap, bertindak dan berpikir saat dewasa. Bahkan hingga terbawa pada saat kita memutuskan hidup berumah tangga. Saya jadi ingin menggali lebih banyak ilmu tentang inner child ini deh.
BalasHapusAku baru ngeh soal inner child ini :) Ternyata dalam berumah tangga itu sebenarnya banyak ilmu yang mesti dipelajari sedini mungkin. Urusan keharmonisan suami siteri, tentang anak dan perkembangannya dalam keluarga dan sebagainya. Pola berpikir dan pengasuhan anak juga harus dibicarakan dan dipahami bersama. TFS.
BalasHapusInner child ini harus disembuhkan terlebih dahulu ya kak, jadi nggak terbawa hingga dewasa. Karena akan mempengaruhi pola asuh kita juga terhadap anak2
BalasHapusYang ngadain siapa sih mbak acara itu, kalau ada lagi pengen ikutan sekalian belajar.
BalasHapusSetuju sih untuk ngebalikin ke hakim pernikahan, aku juga sering cekcok apalagi tinggal dengan mertua nggak gampang
Saya merasa banyak tercerahkan mbak setelah mengikuti parade webinar ini. Akhirnya sya lebih semangat dalam menjalani kehidupan
BalasHapusmemberdayakan ego personality untuk bahagia..wah, menarik sekali temanya. Dan benar jika mesti terima dengan ikhlas hingga kita bisa sembuh dari luka, kesehatan mental pulih, dan berdaya. enggak bakal ada drama deh nantinya
BalasHapusTernyata BISA BANGET yaaa, aku baru nyadar nih, dan semogaaaa bisa dipraktekin semua orang
BalasHapuskarena emang memberdayakan diri tuh amazing!
Aku dulu gak sadar ada innerchild mbak, tetapi saat menikah dan punya anak innerchild tersebut keluar. Rasanya nyesek? aku jadi sering 'tantrum". Tetapi Alhamdulillah sekaranng sudah gak karena sudah ikut terapi. Hasilnya juga aku jadi makin produktif.
BalasHapusPengalaman di masa lalu memang dapat memberikan pembelajaran yang bermanfaat untuk jangka panjang, hingga tua nanti. Jadi harus dicoba untuk berdamai dan bersatu dengan inner child untuk hidup yang lebih baik.
BalasHapusSemoga bisa dipraktekkan oleh semua orang :)
Ternyata penting banget memahami ego state masing-masing ya agar bisa lebih memaklumi setiap kejadian dengan bijak. Selama ini sih kadang kalo ada kejadian ya masih suka menyalahkan juga karena belum bisa diterima gitu.
BalasHapusinnerchild ini lagi banyak di bahas ya, sebagai orang tua, saya pun berusaha agar anak-anak tak mengalami luka batin di masa kecilnya.
BalasHapusPak Adi W. gunawan ini salah satu pembicara favorit saya, tulisan-tulisannya mudah dimengerti
Aku pun sedang belajar mba untuk menakhlukan ego nih, makasih banget udah dibikinin rangkuman acara tersebut ya mba Farida.
BalasHapus