header permata pengalamanku

Ramadan 1445 Hijriah yang Sangat Berkesan

17 komentar

 ramadan 1445 hijriah

Kalau ditanya, Ramadan manakah yang paling berkesan buatku, terus terang aku bingung jawabannya apa. Sebab, buatku, setiap hari itu istimewa dan punya cerita. Apa lagi, kalau yang dimaksud adalah bulan Ramadan. 

Namun, biar lebih gampang, sepertinya aku akan menyebutkan Ramadan terdekat sebagai jawaban. Alias, ya Ramadan tahun 2024 ini. Kenapa sih, Ramadan 1445 Hijriah yang sedang berlangsung ini berkesan buatku? Ini dia beberapa alasannya!

Tanpa Rukhsah Bumil/Busui

Ya, akhirnya. Setelah 20 tahun, aku bisa kembali berpuasa seperti orang kebanyakan yang enggak sedang hamil atau menyusui (Betul kan, ya? Orang yang lagi enggak hamil dan menyusui itu lebih banyak? He he he.)

Mungkin, sebagai pembaca ada yang ingat kalau aku diberi rezeki hamil sejak awal menikah, dan terus berlanjut hingga anak ke-8. Jadilah sepanjang usia pernikahan ini, aku secara kontinyu mengalami hamil, melahirkan, menyusui, hamil sambil menyusui, atau menyusui dua anak. Artinya, setiap tahun aku selalu masuk kategori bumil/busui yang mendapatkan keringanan untuk tidak berpuasa. 

Awalnya, tentu keringanan ini sangat membantu. Apa lagi, saat hamil anak pertama, aku hiperemesis alias merasa mual di sepanjang kehamilan sampai menjelang melahirkan. Jadi, ya sering membatalkan puasa demi mengisi perut yang lagi-lagi kosong.

Namun, pada kehamilan-kehamilan berikutnya, aku mulai jenuh dengan kondisi tidak berpuasa di bulan Ramadan. Aku kangen semua sensasinya yang dulu bisa kunikmati saat masih gadis. Makanya, aku selalu berusaha untuk bisa tetap berpuasa meski akhirnya setiap tahun tidak pernah penuh sebulan, padahal juga enggak sedang haid atau nifas.

Baru di Ramadan 1445 Hijriah ini, aku berani membulatkan tekad untuk benar-benar berpuasa sebulan penuh, kecuali saat haid. Walaupun saat ini aku masih menyusui, tetapi anakku ini sudah lebih dari dua tahun umurnya. Jadi, mestinya sih, kalau aktivitas menyusui membuatku lebih lemas saat berpuasa, maka ya anaknya yang terus dilatih untuk bisa disapih. Bukannya aku yang membatalkan puasa. Betul, enggak?

Syukurlah, hingga hari ini, puasaku masih penuh dan hanya akan batal jika haid nanti. Pokoknya, sudah kaya zaman masih gadis deh, rasanya puasa tahun ini. Kalau begini caranya, boleh dong, jadi merasa lebih awet muda? 

Anakku juga sepertinya sudah lebih bisa dialihkan dari ASI. Dia juga enggak selalu tergantung sama aku untuk memenuhi kebutuhannya. Insyaallah, dengan berpuasa, akan membantu anak lebih siap lepas dari ASI, ya.

Banjir!

banjir semarang

Ya, baru beberapa hari memasuki bulan suci Ramadan, banjir Semarang menyambut kami. Enggak tanggung-tanggung, karena bisa dibilang ini banjir terparah yang pernah kami alami selama tinggal di kota lumpia ini. Banjir Semarang kali ini membuat aku sempat terjebak dan tetap tinggal di dalam rumah yang penuh genangan air hingga di atas lutut. 

Sebelumnya, kami jarang kebanjiran karena sudah melakukan antisipasi pada bangunan. Atau aku dan anak-anak sudah sempat diungsikan dulu ke tempat yang lebih aman dan nyaman hingga rumah kembali layak ditempati.

Namun, banjir kali ini didahului oleh hujan lebat terus-menerus selama beberapa hari, sehingga kanal pun enggak sanggup menampung dan meluaplah air hingga ke jalan-jalan utama. Alhasil, aku enggak sempat mengungsi karena mobil sudah enggak mungkin dipaksa menerjang air.

Ada sih, bantuan perahu karet yang datang. Namun, ya memprioritaskan yang benar-benar butuh terlebih dulu, kan? Karena masih bisa berteduh di lantai dua rumah, maka kami harus mengalah dan menjadikan satu lantai itu tempat beristirahat 14 orang anggota keluarga. Padahal, sebagian besar area juga sudah dipenuhi dengan tumpukan barang dari lantai satu yang masih sempat bisa diselamatkan.

Mau nekad mengarungi genangan dengan kaki juga bingung, mau jalan ke mana? Di mana-mana air! Para pengungsi pun ditempatkan di sekolah, masjid, dan lokasi lain yang masih harap-harap cemas menanti apakah air itu akan masuk juga ke tempat mereka, karena hujan masih saja terus turun.

Mau jalan semampunya hingga bisa menemukan tempat agak kering dan pesan ojol untuk mengantar ke hotel terdekat yang aman? Enggak ada sopir ojol yang beroperasi, Kawan! Itu entah karena memang kondisinya masih enggak memungkinkan untuk mobilitas, atau ya para sopirnya sendiri harus berjibaku menolong keluarganya sendiri dari banjir.

Syukurlah, begitu genangan air berkurang, aku dan anak-anak akhirnya bisa mengendarai mobil dan mencari tempat yang kondusif untuk bersemayam sementara. Dan, akhirnya banjir pun surut. Kami pun bisa menikmati bulan Ramadan ini bersama keluarga di rumah tercinta. Alhamdulillah.

Kapan Ramadan yang paling berkesan bagimu?

Related Posts

17 komentar

  1. Innalillahi...di bulan Ramadan kebanjiran. Syukurlah sudah surut, semoga engga terjadi banjir lagi. Alhamdulillah, terharu, perjuangan menjadi Ibu dengan 8 putra-putri, sekarang bisa puasa. Semoga tuntas satu bulan penuh. Amin...

    BalasHapus
  2. semoga kedepannya tidak banjir lagi ya kak. Alhamdulillah juga puasa kak Farida sekeluarga terus berjalan. Tetap jaga kesehatan ya

    BalasHapus
  3. Masya Allah kak Alhamdulillah bisa merasakan kembali puasa Ramadan ya sambil mempersiapkan sapih juga. Banjir juga tidak bisa diprediksi datangnya ya. Semoga dimudahkan semuanya ya kak.

    BalasHapus
  4. Saat bulan Ramadhan dan berpuasa itu memang terasa ada yang kurang ya. Pas mens saja tuh merasa nggak nyaman. Terus bulan Ramadhan tahun ini kita dikasih hujan terus di awal bulan. Beberapa daerah ada yang kena banjir. Semoga bumi kembali membaik.

    BalasHapus
  5. Turut prihatin mbak. Terkena banjir pasti sedih sekali ya. Semoga ke depannya sudah tidak ada banjir lagi.

    BalasHapus
  6. Aku juga kepikiran. Gmn ya nasib warga Demak dan sekitarnya yang rumahnya benar2 terendam banjir. Iya kalo ada saudara yg mau menampung. Kalo pemerintah bikin penampungan smeentara..apalagi ini suasana Ramadhan dan bentar lagi lebaran..pasti sedih bgt dong.

    BalasHapus
  7. Hampir sama mba, saya juga kalau puasa kalau gak lagi hamil ya lagi nyusuin hihi, tahun ini puasa masih menyusui, tapi anak cuma nyusu pas malam ajaa. Pagi siang sore puasa nyusu duluu

    BalasHapus
  8. Masya Allah ... 8 anak dan masih bisa produktif nulis. Luar biasa. Btw, selamat kembali menikmati berpuasa di bulan Ramadan :)

    BalasHapus
  9. Wah semoga semua baik baik saja ya kak. Bulan Ramadan kena banjir pasti sesuatu banget ya. Semoga ada hikmah di balik semua ini. Semangat kak

    BalasHapus
  10. Subhanallahu..
    Banyak bencana membuat kita tersadar berbagai nikmat yang telah Allah berikan. Semoga banjirnya ga dateng-dateng lagi, anak-anak dan ka Farida sehat selalu.
    Aamiin.

    BalasHapus
  11. Innalillahi, ikut prihatin, Mbak. Semoga sekarang semua sudah baik-baik aja, dan bisa menjalani ibadah di Bulan Ramadhan dengan lancar yaa...

    BalasHapus
  12. Whah pengalaman hamilnya sama dengan istri saya, Mbak. Ia pun mengalami Hiperemesis Gravidarium sehingga mualnya terus menerus sampai waktu kelahiran dan bahkan sampai beberapa kali diopname saat mengandung itu, dampaknya ya jadi tidak bisa ikut shaum di beberapa kali bulan Ramadan ketika bertepatan dengan masa hamilnya. Sekarang alhamdulillah sudah bebas juga dari masa mengandung dan menyusui, sehingga tahun ini insyaAllah lancar puasanya

    BalasHapus
  13. Ya ampun, sedih banget ya mba kena musibah banjir gitu, mana lagi puasa pula, ada aja memang ya cobaannya, semoga gak ada banjir2 susulan ya mba, stay safe sekeluarga

    BalasHapus
  14. masyaallah 8 anak, wow banget itu mbak, saya juga pernah 4 tahun berturut-turut hamil dan menyusui bergantian, alhamdulillah waktu itu ondisinya tidak seperti anak pertama, jadi masih bisa ikut puasa
    ramadan yang palimg berkesan hingga saat ini, adalah saat anak pertama lahir, ramadan pertama tanpa bapak dan bapak mertua almarhum

    BalasHapus
  15. Ramadan waktu kecil sih paling berkesan banget buatku, sekitar usia SD atau SMP gitu. Soalnya dulu belum ada mini market, kalau mau jajan aneh-aneh gitu harus ke supermarket yang agak jauhan. Pergilah mau cari milo dan susu indomilk botol, perginya naik angkot pulangnya jalan kaki karena gatau angkot pulang. Padahal posisinya lagi puasa ituu.. wkwk.

    BalasHapus

  16. mengesankan banget Ramadan tahun ini ya mbak! Mulai dari melepas rasa kangen berpuasa tanpa rukhsah bumil hingga menghadapi cobaan banjir yang begitu menyulitkan. Tapi dari situ juga muncul kesyukuran dan kebersamaan yang luar biasa. Semoga kedamaian dan kebahagiaan selalu menyertai keluarga mbak dan kita semua, terutama di bulan suci Ramadan🌙✨

    BalasHapus
  17. Saya pun pernah mengalami hamil berturut-turut dua kali mbak. Kebayang mbak sampai 8 kali. Pastinya kangen banget bisa puasa Ramadan.

    Ya Allah, kebanjiaran. Semoga semuanya baik-baik saja ya mbak.

    BalasHapus

Posting Komentar