header permata pengalamanku

Si Unyil, Boneka Kesayanganku di Masa Kecil

12 komentar
Apa mainan kesayanganmu di masa kecil dulu? Kalau aku sih, boneka Si Unyil. Konon, katanya aku ini susah sekali dipisahkan dari boneka satu ini. Mau sampai lecek, kotor dan bau juga jangan sekali-kali berusaha mengambilnya walau barang sebentar. Bisa-bisa tangisan manis pun menggelegar!
Begitu eratnya ikatan batin dan fisikku dengan boneka satu ini. Kabarnya, hal ini berlangsung sampai bertahun-tahun lamanya. Aku pun mendapat julukan kesayangan dari keluargaku terkait dengan boneka ini, yaitu Kunyil. Yang diucapkan dengan selugas-lugasnya menjadi lebih mirip terdengar sebagai Konyel. Hahaha....

Aku sebenarnya tidak ingat kapan pertama kali memiliki boneka ini. Yang pasti, aku lahir tahun 1980. Dan serial Si Unyil mulai tayang di TVRI pada tahun 1981. Seingatku, aku sudah memilikinya saat berusia 3 tahun. Jadi ya... Sekitar tahun-tahun itu lah aku dibelikan boneka ini. Bersamaan dengan langsung populernya serial Si Unyil di televisi.

Awalnya, aku merasa lebih akrab dengan bonekaku daripada serial TV-nya. Ya, anak umur segitu sih, ya. Tentu lebih menyenangkan bermain sendiri dengan mainan yang nyata di hadapan daripada hanya duduk bengong menonton layar kaca selama setengah jam.

Kenapa sih, aku suka banget sama boneka ini? Kemungkinan besar karena ya, karena memang dialah teman yang disediakan. Namanya juga anak introvert. Sukanya ya menyendiri. Kalau pun ada teman, favoritnya adalah kawan yang bisa diajak bersepi-sepi. Nah, boneka ini yang hadir dan setia menemaniku menikmati kesendirian. Jadi bisa dicurhati, diajak main dan lain-lain tanpa protes. Hehehe...

Sstt, Ternyata Si Unyil Bukanlah Tokoh Favoritku, Lho

Sebenarnya nih, Si Unyil bukanlah karakter favoritku di serial ini. Iya sih, dia ini karakter yang positif, ya. Anak SD yang rajin belajar, juara kelas, taat beragama, baik pada sesama dan dicintai oleh hampir semua orang. Tapi, yang serba positif begini kadang terasa membosankan nggak, sih?

Aku tuh sebenarnya paling suka sama Kinoy. Siapa hayo dia? Masih pada ingat, nggak? Dia adalah adik sepupunya Si Unyil yang tinggal di rumah keluarga Unyil. Sehari-harinya, dia memanggil orangtua Unyil dengan sebutan Pakde dan Bude.

Aku gemesss... banget deh sama Kinoy ini. Setiap kali menonton serial Si Unyil, yang aku tunggu-tunggu ya, aksinya dia. Gimana nggak gemes, coba? Kinoy itu kan tampangnya chubby, suaranya imut, anaknya manja, cengeng dan gampang tantrum. Hahaha... 

Selain itu, seragam sekolahnya Kinoy sangat menarik perhatian. Warnanya kuning ungu dengan desain yang sangat lucu. Warna yang sangat mencolok, ya. Dan tanpa sadar warna ungu ini menjadi warna favoritku hingga sekarang. 

Lalu... lalu... Buat yang seumuran nih, Sadar nggak sih kalau di zaman itu jarang sekali TK yang menerapkan warna menyenangkan begitu sebagai seragam sekolah? Setahuku, seragam sekolah itu ya warna putih merah dan putih biru. Bukan hanya dipakai anak SD dan SMP, anak TK pun seragamnya ya didominasi dua warna itu. 
Se-Indonesia kayaknya sama deh, seragam TK-nya, tidak variatif tergantung kreasi masing-masing sekolah seperti sekarang. Kalau pun ada yang yang lebih berwarna biasanya seragam olahraganya. Hayo, inget nggak? Benar atau betul?

Aih, jadi ingat masa TK lagi bersama guru kesayanganku. Yang mau tahu kisahnya, silakan baca artikel Guruku Sayang, Penghias Masa Kecilku.

Kekuatan Sugesti Asosiasi Si Unyil

"Kenapa sih, aku dipanggil Kunyil? Aku kan masih TK. Mestinya aku dipanggil Kinoy," protesku suatu hari. Saking inginnya diizinkan jadi Kinoy. Karena menurutku karakternya pas lho, denganku saat itu yang manja dan cengeng. Hihihi...
"Karena kamu itu sukanya boneka Si Unyil," jawab Bunda enteng. Memangnya tidak ada boneka Kinoy, ya? Kalau ada, pasti aku lebih memilih Kinoy. Hihihi...

Tapi ya itulah, tetap saja aku dipanggil Kunyil. Tidak ada yang mempertimbangkan kesesuaiannya menurut penilaianku. Bahkan untuk mempertegas, kakakku dianggap sebagai Ucrit karena sama-sama penakut dan adikku dianggap Usrok karena kemiripan nama dan perilakunya yang agak serampangan. Jadilah kami 3 bersaudara yang mewakili 3 personil Band Dekil. Hihihi...

Saking melekatnya asosiasi karakter Unyil itu padaku, belakangan aku baru tahu lho kalau Si unyil itu karakter laki-laki, ya? Lha aku pikir perempuan, sama kayak aku. Makanya semua orang di rumah tetap ngotot memanggilku Kunyil. Si Ucrit itu juga laki-laki, kan? Kupikir perempuan pula karena penakut sama seperti kakak perempuanku. Kalau Usrok jelas laki-laki karena karakternya agak grusa-grusu, cocok dengan adik lelakiku.

Pengaruh Positif Karakter Si Unyil dalam Hidupku

Baiklah, kembali ke laptop Si Unyil! Walaupun Kinoy adalah tokoh yang selalu aku rindukan kehadirannya di setiap episode, namun rasanya juga tidak lengkap kalau Si Unyil belum muncul, ya. Pernah ada di beberapa episode yang karena fokus ceritanya bukan tentang Unyil, aku sampai bertanya-tanya, kapan nih Si Unyil nongol?

Karena begini lho, Unyil itu sering dicitrakan sebagai tokoh yang solutif. Ini sebuah peran yang keren, kan ya untuk anak seusia SD. Jadi aku sering menanti-nanti bagaimana Si Unyil mengatasi problem yang disebabkan oleh Kinoy, atau dialami oleh teman-teman sekelasnya maupun yang melibatkan orang dewasa. Walaupun kadang Unyil bukanlah orang utama yang menyelesaikannya, tapi tetap dia punya andil penting sebagai perantara yang mengantarkan pada solusi. 

Dari sini, tentu saja aku belajar banyak tentang cara mengatasi segala sesuatu. Ternyata aku juga bisa lho walaupun masih anak, begitu pikirku. Makanya, begitu beranjak SD, lambat laun aku mulai menyesuaikan diri dengan karakter Unyil, mempelajari dan menduplikasinya. Ya, Si Unyil adalah inspirasiku.

Hingga akhirnya boneka itu benar-benar rusak tak berbentuk. Aku sendiri lupa bagaimana caranya dia lenyap. Walau begitu, karakternya tetap hidup dan mempengaruhi pembentukan pribadiku.

Sudah besar begini, aku kadang terpekur memikirkan bagaimana boneka ini ternyata benar-benar berpengaruh bagiku. Dari yang awalnya kosong sama sekali tidak tahu apa itu Unyil saat pertama kali menerima bonekanya. Kemudian berlanjut penolakanku terhadap karakter Unyil yang dilekatkan padaku dan aku lebih ingin menjadi Kinoy. Namun seiring dengan tetap masifnya sugesti orang di sekitar bahwa aku adalah Unyil, dan karena memang Unyil adalah karakter positif yang layak untuk dipelajari, maka aku pun akhirnya tumbuh menjadi Unyil juga.

Ternyata ya, pembentukan karakter di masa kecil itu memang membekas kuat hasilnya. Melalui mainan, cerita dan sounding sehari-hari, seseorang bisa menjadi karakter seperti yang ditanamkan orang-orang di sekitarnya. Dan tak lupa, ternyata nama memang ibarat doa.

Kalau saat ini aku bertemu lagi dengan boneka Unyil, aku tidak akan terus-menerus memeluknya dan menggendong ke sana ke mari seperti aku memperlakukannya di masa kecilku. Tampaknya aku hanya akan menyapanya, menjabat tangannya, tersenyum padanya dan berbincang ringan layaknya kawan lama. Tapi kalau misalnya ada boneka Kinoy nih, waaa... bakal aku uwel-uwel gemes dia! Hahaha...

Inilah kisahku tentang mainan favorit di masa kecil. Kalau mainan favoritmu dulu apa?

Related Posts

12 komentar

  1. aku juga merasakan boneka unyil di televisi

    BalasHapus
  2. Wah mbak.. jaman kecilku udah gak ada deh si unyil. Sikomopun samar2.. jamanku powerrangers, dragonball, triokwek2, boneka barbie.. hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hohoho.. Si unyil sempet tayang ulang sih sampe th 2000 an😀

      Hapus
  3. Hahaha ... aku juga ngefans sama si Unyil waktu kanak-kanak dulu.

    Tiap kali tokoh pak Ogah muncul, ikut geregetan pengin kujitak dan temenku sering jadi salah sasaran akibatnya ... kena jitakku 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.. Apakah temanmu itu gundul?

      Hapus
    2. Ngga 😁

      Kasian sih kalo ingat itu, beberapakali kena jitakku.
      Setelah itu dia kapok ngga mau nonton bareng lagi.

      Hapus
    3. Hahaha... Baguslah berarti temanmu cerdas 😂

      Hapus
  4. Wah, apa ya mainanku? Kayaknya jaman aku dulu, banyakan lari2, main lompat tali, engklek dan sebangsanya, hahhaaa. Jadul banget yak, tapi asik sih, fisik bergerak terus tiap main keluar rumah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hohoho.. Iya, aku jg main itu. Lumayan lah ya jd anak gaul jmn dulu bikin sehat😂

      Hapus
  5. Mainan ku waktu masih kecil banyak mbak tapi ala-ala orang kampung lah. Aku waktu masih kecil, dulu suka banget bikin kalung, gelang dan boneka dari daun singkong di kebun belakang rumah. Btw, kalau jamanku ya nontonnya laptop si unyil itu waktu aku masih SD. Nice sharing mbak Farida.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi.. iya. jamanmu si unyil dah punya laptop ya :)

      Hapus

Posting Komentar