header permata pengalamanku

Lunpia Cik Me Me, Ikon Kuliner Kota Semarang

36 komentar

Hari Sabtu, 6 Januari 2018 lalu, aku bersama beberapa anggota komunitas bloger perempuan Semarang Gandjel Rel diundang Cik Me Me untuk bertandang ke gerainya, di Jalan Gajahmada 107 Semarang. Wah, tentu saja undangan ini aku sambut dengan gembira. 

Karena memang aku sudah lama penasaran dengan Lunpia Cik Me Me dan belum berkempatan untuk mencobanya. Ketika datang tawaran untuk mencicipinya secara gratis, siapa sih, yang tidak mau? Hehehe…

Makan di tempat? Bisa!

Memasuki gerainya, kita akan langsung berhadapan dengan jajaran meja kursi yang menandakan bahwa makanan ini dapat kita cicipi di tempat. Berjalan ke sisi kiri pintu masuk, kita akan disambut oleh para petugas kasir yang siap melayani dengan berbagai pilihan Lunpia dan makanan tradisional lain yang bertumpuk di hadapannya. Jadi, jika kita terburu-buru, kita bisa langsung ke kasir untuk memilih produk dan membayarnya di tempat yang sama, tanpa perlu berkeliling atau menunggu pesanan disiapkan dulu. Di bagian belakang kasir, terdapat dapur depan untuk menyiapkan isian Lunpia, menggoreng dan mengemasnya. Fresh from the wok!

Menikmati secara langsung atraksi penyiapan Lunpia

Bagi rekan-rekan yang muslim, jangan kawatir soal kehalalan makanan ini, ya. Karena Lunpia Cik Me Me ini telah mengantongi Sertifikat Halal MUI dengan nomor registrasi 15100013431214. Sertifikat Halal ini dipajang di pojok meja kasir untuk membantu menepis keraguan para pengunjung.

Sertifikat Halal MUI

Jika waktu kita lebih luang, kita bisa memilih menikmati makanan dan minuman sambil duduk santai di kursi yang disediakan. Pulangnya, kita juga bisa memilih aneka oleh-oleh khas Semarang dan sekitarnya yang dipajang dalam ruangan tersendiri. Tidak hanya berupa makanan, di sini juga disediakan cinderamata berupa kaos maupun gantungan kunci sebagai alternatif.  

Ruang khusus untuk memilih aneka oleh-oleh. Awas ngiler berkepanjangan!

Gerai ini terdiri dari 2 lantai. Lantai atasnya berupa hall dan ruang pertemuan. Dilengkapi dengan fasilitas tempat bersuci dan shalat, bahkan area bermain. Di hall inilah kami disambut langsung oleh Cik Me Me untuk berbincang-bincang tentang produknya sambil mencicipi Lunpia.

Lantai 2

Ruang Pertemuan

Area Bermain

Sebagaimana yang sudah dimaklumi banyak orang sepertinya ya, bahwa Lunpia adalah sebuah ikon kuliner yang khas dari Kota Semarang. Sampai-sampai kota ini juga dikenal dengan julukan Kota Lunpia. Karena memang dari kota inilah, jajanan bernama Lunpia mulai dikembangkan dan dikenal masyarakat luas.

Berbincang dengan Cik Me Me yang cantik tentang Lunpianya

Lunpia merupakan sebuah makanan yang lahir dari perpaduan budaya setempat dengan Tionghoa. Hal ini bisa langsung dilihat dari asal nama makanan ini sendiri yang diambil dari Bahasa Tionghoa. Lunpia/Lumpia adalah makanan berisi rebung (tunas bambu muda) yang digulung bersama kulitnya.
Lunpia Semarang diolah pertama kali pada tahun 1870 oleh sang pelopor engkong buyut leluhur Cik Me Me, yaitu pasangan suami istri Tjoa Thay Joe dan Mbok Wasi. Keseharian keduanya berdagang jajan pasar dan bertempat tinggal di jalan brondongan 76, Semarang. Karena mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat, maka usaha pembuatan lunpia ini diteruskan oleh generasi-generasi berikutnya.

Silsilah Dinasti Lunpia Semarang

Cik Me Me yang merupakan generasi ke-5 bekerjasama dengan ayahnya, sang maestro chef Tan Yok Tjay, membangun usaha dengan nama Lunpia Delight sejak tahun 2014. Menu yang disajikan di sini sangat spesial dengan citarasanya masing-masing. Ada 6 pilihan rasa yang siap menggoyang lidah: 
  • Lunpia Original. Spesial racikan yang diolah dari rebung pilihan, udang, dan telur ayam.
  • Lunpia Raja Nusantara. Merupakan inovasi dari perpaduan lunpia original yang melebur dalam racikan jamur segar dan gurihnya kacang mete super.
  • Lunpia KaJaMu. Singkatan dari Kambing Jantan Muda yang merupakan spesial racikan diolah dari rebung pilihan, telur ayam dan Kambing Jantan Muda.
  • Lunpia Fish Kakap. Menu Spesial Rasa Ikan Kakap racikan yang diolah dari rebung pilihan, udang, telur ayam dan ikan kakap terbaik.
  • Lunpia Crab. Menu Spesial Rasa Kepiting Spesial racikan yang diolah dari rebung pilihan dipadu dengan udang, telur ayam dan daging kepiting terbaik.
  • Lunpia Plain. Spesial racikan khusus bagi vegetarian, diolah dari rebung pilihan saja.

Lunpia Delight Kini Lebih dikenal dengan nama Lunpia Cik Me Me

Nah, ketika Lunpia Delight menginjak ulang tahun pertama, Bapak Drs. Adi Trihananto, MSi selaku Setda Kota Semarang dalam pidato sambutannya mempertanyakan nama yang berbau Barat untuk sebuah ikon tradisional seperti Lunpia ini. Hal ini ditanggapi secara positif oleh pihak manajemen sehingga mulailah diramu formula label dan logo yang lebih membumi dengan mencantumkan nama Cik Me Me. Tampaknya, sebuah keputusan yang tepat, ya?

Lunpia dan Wedang Uwuh racikan Cik Me Me

Ada 2 jenis sediaan lunpia, yaitu Lunpia Basah dan Lunpia Goreng. Lunpia Basah langsung dinikmati begitu saja setelah rapi tergulung. Sedangkan Lunpia Goreng diproses kembali dengan menggorengnya secara cepat, kurang lebih 2 menit, dalam minyak yang sangat panas. 

Lunpia Basah tahan selama 8 jam di suhu ruang, sedangkan Lunpia Goreng tahan 24 jam. Jika di kulkas, keduanya bisa bertahan selama 1 minggu. Daya tahan ini bukan disebabkan oleh penggunaan bahan pengawet. Karena Lunpia Cik Me Me berkomitmen untuk menjaga semua bahannya alami tanpa pengawet buatan. Agar produknya tetap terjaga nilai kesehatannya. Semua rahasia kelezatan dan keawetannya terletak pada cara pengolahannya yang sangat teliti dan tidak main-main.

Makanan ringan ini bentuknya bulat panjang. Untuk memudahkan saat dimakan, Lunpia biasanya dipotong empat bagian. Dan sebagai pelengkapnya, Lunpia biasa dimakan bersama daun bawang, cabe, potongan acar mentimun serta saus asam manis.
Ternyata, masih banyak lho, yang mengira bahwa daun bawang yang disertakan bersama lunpia itu hanyalah hiasan. Mereka tidak tahu kalau daun bawang ini sebenarnya untuk dinikmati bersama Lunpia guna meningkatkan derajat kelezatannya sekian kali lipat. Hal itu dialami pula oleh beberapa teman bloger yang hadir kemarin. Hahaha…
Lha piye tho, Cah Semarang kok ora ngerti cara mangan Lunpia? Sampai akhirnya kemarin diajari oleh Cik Me Me cara menikmati Lunpia dengan daun bawang. Jadi, setelah menggigit Lunpia, kita selingi dengan menggigit daun bawang mulai dari pangkalnya yang berwarna putih. Bergantian seperti kalau kita menikmati gorengan bersama cabe rawit.  

Daun bawang ini selain memperkaya citarasa Lunpia dengan tambahan sensasi gurih dan sedikit pedasnya, juga bermanfaat untuk menghalau masuk angin yang biasa dialami jika kita bepergian jauh. Makanya, Lunpia ini jadi pilihan favorit bagi para pelancong untuk dijadikan oleh-oleh karena selain lezat juga berkhasiat saat dinikmati di tengah perjalanan. 
Apa lagi pendamping Lunpia yang dipilih oleh Cik Me Me ini adalah dari jenis daun bawang merah. Jadi bukan daun bawang putih atau kucai yang biasanya dipakai oleh penjual Lunpia kebanyakan. Jadilah sensasinya benar-benar khas dan layak untuk dicoba. 

Lunpia Original jatahku

Lalu, lalu… Dari sekian banyak pilihan rasa itu, mana yang jadi favoritku? Aku berkesempatan untuk mencoba yang original. Enak sih. Isiannya padat. Rebungnya itu benar-benar lembut. Rasa udang dan ayamnya juga cukup kental. Makan sepotong saja sebenarnya sudah cukup mengenyangkan.
Tapi yang namanya lapar mata dan tergiur oleh komentar teman-teman bloger tentang rasa yang lain, atas nama memperkaya pengalaman icip-icip, aku pun ikut merasakan yang Kajamu, Raja Nusantara dan Crab. Hasilnya? Kajamu ini member sensasi tambahan pedas dari lada dan bumbu yang lain, sedang Raja Nusantara terasa istimewa dengan tambahan kacang medenya yang super gurih saat berdampingan dengan jamur. 

Lunpia Crab favoritku!

Dan yang kepiting? Dia juaranya! Sensasi manisnya benar-benar pas di lidah. Duh, sepertinya masih muat nih, kalau beberapa potong lagi Lunpia Crab masuk ke dalam perut. Tapi berhubung ternyata memang kebanyakan teman bloger sepakat mendaulat Lunpia Crab sebagai yang terbaik, maka tak heran kalau cepat habisnya. Hahaha…

Itulah sekilas ceritaku tentang pengalaman mencicipi Lunpia Cik Me Me. Sebuah karya anak bangsa yang patut dijadikan ikon khas Kota Semarang. Jika Anda datang ke kota ini, jangan lupa membelinya sebagai oleh-oleh, ya. Jangan kawatir jika Anda tidak sempat mampir ke Jalan Gajahmada. Karena Lunpia Cik Me Me juga membuka gerai di Bandara Ahmad Yani. 
"Lunpia itu punya saya," kata Cik Me Me.

Related Posts

36 komentar

  1. aduh jadi kangen dengan lumpia semarang krn aku suka banget

    BalasHapus
  2. Duh, prmgen nyoba semua variannya

    BalasHapus
  3. Rmang enak lunpia cik meme mah 👍😊

    BalasHapus
  4. lumpia cik meme mah emang enak, setiap kesana ndak pernah absen beli :)


    salam kenal
    diah
    www.diahestika.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ada penggemar beratnya. Paling suka yg rasa apa nih?

      Hapus
  5. aku penasaran aja, yang bener itu lumpia atau lunpia ya? hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asal katanya sih lunpia. Kena lidah Jawa jd lumpia hihihi..

      Hapus
  6. lunpia warisan keluarga ya.. pasti resep dan cita rasanya sudah teruji.. apalagi ada sertifikasi halal. nilai tambah deh

    BalasHapus
  7. Paling seneng belanja oleh-oleh khas Semarang . Paling sesuai dengan kantong dan lidah aku hahaha

    BalasHapus
  8. Masih bingung membedakan Lunpia (pake N) sama Lunpia (pake M) , apakah sama atau emang berbeda

    BalasHapus
  9. Enaknya lunpia cik Meme. Kepengen deh.
    Pasti bikin kenyang.

    BalasHapus
  10. Aku suka wedang uwuhnya...lunpianya juga suka banget

    BalasHapus
  11. Bikin ketagihan kalau makan lunpia ini mah :)

    BalasHapus
  12. Aduuuh jadi pengen makan lunpia lagii 😋😋

    BalasHapus
  13. Paling suka sama lunpia semarang. Dah lama ga makan.. yummy...

    BalasHapus
  14. Kalo aku suka semua, hahahaa... Apa2 doyan, karena enak semua dan punya rasa khas masing2 ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Iya masing2 bumbunya khas jd ga sekadar ganti daging aja😊

      Hapus
  15. Ohh.. ternyata yg dibandara itu punya Cik Me Me juga ya, keren banget makanan tradisional bisa jd bisnis besar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ada gerai lunpia cik me me di bandara ahmad yani.
      Keren memang. Dasarnya udah pny resep mantap dan manajemen yg bagus sih ya😊

      Hapus
  16. Aku pernah makan daun bawang dan ttp ga suka rasanya mba hahahaha.. Jd kalo makan lumpia, aku pasti ga prnh gigitin daun bawangnya itu..

    Lumpia mah fav ku bangettt. Kalo lg mudik ke solo, aku pasti minta mampir semarang utk beli lumpia dulu :D. Sbnrnya mau siapapun penjualnya, aku ttp suka sih. Kayaknya kalo di semarang mah, semua lumpia enak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.. Namanya udah selera ya. Yuk ke Semarang lagi😊

      Hapus
  17. ini makanan favoritku wajib coba....nanti kalau kesemarang lagi

    BalasHapus
  18. Wuaahdugh. Fix. Sky lapeeeer bin ngileer. Pinyin ke Semarang lagiii

    BalasHapus

Posting Komentar