header permata pengalamanku

Smartphone Videography Workshop Plus di Batik Semarang 16

21 komentar
Sanggar Batik Semarang 16, tempat kami belajar

Bagi yang merupakan kontakku di media sosial, kemungkinan semingguan ini sempat mendapati aku menyinggung soal pengalaman mengikuti Smartphone Videography Workshop, ya. Yang membuat pelatihan ini terasa plus plus adalah karena selain belajar membuat video, kita juga belajar membatik berhubung lokasi pelatihannya memang di Sanggar Batik Semarang 16. Seru!

Saat membaca penawaran untuk mengikuti pelatihan ini, aku antusias sekali ingin berpartisipasi. Rupanya, putri sulungku pun ingin turut serta. Ya oke lah kalau begitu, aku daftarkan juga.

Lokasi sanggar ini sebenarnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku. Hanya sekitar 15 menit perjalanan. Alamat lengkapnya di Desa Sumberejo RT 02 RW 05, Meteseh, Tembalang, Meteseh, Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50271, dekat dengan obyek wisata Brown Canyon.

Sesi 1: Teori


Sesi Teori Smartphone Videography Workshop oleh Mas Teguh Sudarisman

Acara pelatihan ini dibagi menjadi 3 sesi. Sesi pertama adalah sesi teori. Mas Teguh membukanya dengan bercerita tentang sejarah singkat sanggar batik ini. Menarik sekali menyimak kesungguhan pasangan Pak Budi dan Bu Umi mengembangkan seni batik di Semarang hingga akhirnya berdirilah sanggar indah ini dengan berbagai fasilitasnya yang makin membuat betah.

Selanjutnya, Mas Teguh menerangkan bahan teori yang sudah dibagikan sebelumnya di grup WA. Banya fakta menakjubkan seputar videografi dan teknik pembuatan video yang baru aku ketahui. Ya memang dasarnya aku awam sekali ya, soal video. Jadi banyak ilmu baru yang kuserap di sini.

Seperti misalnya, Mas Teguh melarang pengambilan gambar dengan cara menggerakkan gawai dari kiri ke kanan, bawah ke atas, ke bawah berputar lagi... Hahaha... Ya, ampun! Itu kan aku banget yang suka ambil cara long shot.

"Yang mengambil gambar dengan cara seperti itu akan saya pecat menjadi murid! Karena saya tidak pernah mengajarkan cara begitu," tegas Mas Teguh. Gedubrak, deh! Belum apa-apa sudah kena ultimatum, nih.

Memang beralasan sih, sebenarnya. Karena pengambilan gambar dengan bergerak begitu sangat rawan guncangan. Yang mana hasilnya tentu cukup mengganggu pandangan.

Sebenarnya boleh saja mengambil gambar sambil beredar begitu, asalkan tidak terlalu lama. Seluas mata memandang saja. Karena kita juga harus mengukur kemampuan kita menahan guncangan pada gambar.

Makanya kita disarankan menggunakan alat peredam guncangan seperti tripod, gorillapod atau tongsis. Dijelaskan deh, aneka fungsi tiap piranti tersebut beserta kisaran harganya. Jadi kita bisa memperkirakan modal yang dibutuhkan untuk mendalami dunia videografi.

Lalu, bagaimana cara mengambil gambar yang ideal? Disarankan untuk mengambil gambar sepotong-sepotong untuk mendapat gambaran utuh. Potongan itu meliputi 4 teknik yang populer, yaitu:
  • Close up: mengambil gambar wajah subyek yang sedang kita bidik dari jarak dekat
  • Wide Shot: mengambil gambar dari jarak agak jauh agar tampak situasi di mana subyek sedang berada
  • Activity: mengambil gambar tentang apa yang sedang dikerjakan subyek
  • Over shoulder: mengambil gambar dari balik pundak yang berhadapan dengan subyek. Jika subyek menghadap kamera, maka kita mengambil gambarnya dari depan. Jika subyek sedang berdialog, maka kita mengambil gambar dari atas pundak masing-masing lawan dari pembicara.
Setiap potongan kita ambil selama sekitar 10 detik. Jika tidak menggunakan alat penstabil guncangan, maka disarankan menahan nafas selama pengambilan sepotong gambar agar tidak berguncang. Ternyata ilmu tarik dan buang nafas bukan hanya dipakai saat melahirkan, ya. Hahaha...



Usai sesi 1, kami dipersilakan untuk menikmati camilan terlebih dulu. Ada brownies, klepon dan apa lagi ya, satunya? Aku memilih brownies. Hmm... Lumayan enak. Sedangkan minumannya disediakan pilihan teh dan kopi. 

Sesi 2: Workshop Batik


Perajin batik di Ruang Canting sedang menutupi pola batik dengan lilin panas

Ini adalah sesi yang paling kutunggu. Saatnya menambah ilmu tentang batik sambil praktik membuat video. Kami diantar berkeliling di lantai 1 sambil dipandu oleh Pak Budi dan Mas Teguh. 

Di sini dijelaskan bahwa proses membatik dimulai dengan menggambar pola batik pada kain. Hal ini berlaku untuk batik tulis, ya. Selanjutnya, pada bagian berikutnya, kami menyaksikan bagaimana pola yang sudah dilukis tersebut ditutup lilin panas sehingga nantinya ia tidak terkena warna celupan.

Selain dengan cara ditulis langsung, pola batik juga bisa dibuat dengan cara cap. Lempeng cetakan yang memuat suatu motif dicelupkan ke lilin panas dan dicapkan ke atas kain. Tentu saja cara ini lebih mudah, cepat dan menghasilkan motif yang seragam. Hasilnya biasa dikenal dengan sebutan batik cap.

Bahan pewarna alami batik
Setelah pola tertutup lilin, kain dicelupkan ke bahan pewarna yang diinginkan. Kain batik di lantai 1 ini diproses menggunakan pewarna alami. Sedangkan pewarna sintetis digunakan pada kain batik yang diproses di lantai atas.

Kain batik dijemur usai diwarnai
Setelah dicelup warna, maka lilin yang menempel pun diluruhkan. Kemudian kain dijemur hingga kering. Jika akan diberi warna lebih dari satu, maka kain kembali dicanting untuk menutupi bagian pola yang tidak hendak dikenakan warna, kemudian dicelup warna lain dan seterusnya hingga memperoleh hasil motif dan ragam warna yang dimaksud.

Kain batik yang antre untuk diwarnai lagi dengan warna lain

Wah, ternyata rumit ya pembuatan batik itu. Eit, bukan hanya pembuatan batiknya yang sulit. Proses penunjang lainnya pun cukup butuh kecermatan. Selain proses membatik, di sini kita juga bisa melihat langsung proses penenunan kain dan pembuatan cap untuk pola batik.

Koleksi cap untuk batik

Cap untuk batik dibuat dari tembaga sisa hasil olahan industri. Satu lempengnya bisa berharga satu juta rupiah. Profesi pembuat cap ini masih sangat langka, lho. Kamu berminat untuk menekuninya?

Di sebelah kiri tempat pembuatan cap terdapat ruang untuk menyimpan aneka alat cap yang digunakan di sini. Semua cap tersusun rapi hingga ke dinding bagian atas di sekeliling ruang ini. Banyak dan cantik-cantik motifnya!

Alat Tenun Bukan Mesin
Definisi tentun

Sedangkan di sebelah kanannya adalah tempat menenun benang menjadi kain menggunakan alat manual. Sedangkan di sisi lain terdapat alat tenun bertenaga mesin. Jadi, sanggar ini memang menyajikan proses pembuatan batik benar-benar mulai dari 0.

Ruang konveksi

Setelah kain batik sudah jadi, sebagian ada yang dijual dalam bentuk lembaran kain dan sebagian yang lain dijahit untuk menjadi pakaian maupun produk yang lain. Ruang konveksi tersebut terletak di sebelah ruang tenun. Sedangkan di ujung sana, terdapat galeri yang memajang hasil pengerjaan batik di sini.

Aksesori dari bahan batik dengan pewarna alami
Koleksi kain batik tulis

Galeri ini terdiri dari 2 lantai. Lantai bawah memajang koleksi produk batik yang menggunakan pewarna alami. Ciri khas dari batik yang menggunakan pewarna alami adalah warnanya yang lembut dan tidak mencolok. Produk di sini bisa bernilai hingga jutaan untuk yang berbahan sutra.

Sebagian koleksi di galeri lantai 2

Lantai 2 galeri tampak lebih luas dan memiliki lebih banyak koleksi. Di sini dipajang produk-produk batik yang menggunakan pewarna sintetis. Tentu saja hasil warnanya lebih meriah.

Kolam Air Mancur di sekeliling tempat belajar membatik

Puas mempelajari proses membatik, kami pun diberi kesempatan untuk mencoba membatik sendiri. Di dalam sebuah ruang besar, sudah disediakan alat-alatnya. Satu tungku dengan lilin cair di atasnya dikelilingi 4 set perlengkapan membatik yang terdiri dari bangku kecil, canting, celemek dan selembar kain yang sudah dicap pinggirannya dengan pola yang sudah digambar. Tugas kami adalah melapisinya dengan lilin panas.

Perlengkapan belajar membatik

Berhubung putriku sudah pernah belajar membatik sebelumnya, dia bisa menyelesaikan dengan cepat. Bahkan polanya ditambah dengan gambar-gambar kreasinya sendiri. Kalau aku? Berhubung pengalaman pertama, ya jadinya apa adanya. Lengkap dengan totol-totol bekas tetesan lilin panas di sana-sini. Hehehe...

Hasil karya putriku
Hasil karyaku

Herannya, setelah dicelup warna dan dijemur, kok ya hasilnya tetap cantik ya? Waduh, begini ini kan bisa membuat aku nekat membatik lagi dan lagi walaupun baru sekali belajar. Karena girang sekali rasanya melihat hasil yang cantik.

Saputangannya sudah jadi
Jika kamu ingin mencoba belajar membatik juga, bisa kok di sini. Biayanya hanya 50 ribu rupiah untuk saputangan dan 175 ribu rupiah untuk syal. Kalau menyaksikan proses membatik di sanggar? Itu sih, gratis!

Sesi 3: Mengedit Video

Usai membatik, kami pun dipersilakan untuk istirahat salat dan makan siang. Tepat pukul 1 siang, sesi terakhir pun dimulai dan berlangsung hingga jam 2 siang. Di sini kami diajarkan cara mengedit video menggunakan aplikasi Legend dan Quik.

Legend adalah aplikasi untuk membuat animasi teks. Aplikasi ini digunakan untuk membuat intro dan outro dalam video yang kami buat. Sebenarnya aplikasi Quik juga menyediakan teks yang beranimasi di dalamnya. Namun siapa tahu butuh animasi yang berbeda dari yang ada di Quik, kan?

Setelah membuat 2 slide untuk intro dan outro, kemudian kami diajari menggunakan Quik. Quik adalah aplikasi praktis untuk merangkai dan menghias video menjadi cetar membahana. Aplikasi ini cocok untuk membuat video singkat yang dimaksudkan untuk segera menarik perhatian. Ideal sekali dipasang di Instagram.

Dalam Quik, terdapat beberapa pilihan template yang keren semua untuk video kita. Tinggal disesuaikan dengan kebutuhan. Bagi pemula sepertiku, aplikasi ini cukup lucu untuk dijadikan mainan baru.

Secara umum, Quik membantu kita menemukan momen ter-wow dalam sepotong video dan akan menampilkannya sebagai pusat perhatian. Namun, kita tetap bisa kok, mengeditnya jika pilihan Quik kurang cocok di hati. Setiap template memiliki kebijakan fasilitas tersendiri terkait pemilihan warna, pemenggalan video, pemberian efek dll. Jadi, kita bisa mencoba-coba untuk melihat efek yang diberikan masing-masing template terhadap foto atau video yang kita masukkan.

Dianjurkan oleh Mas Teguh untuk hanya memilih satu fokus cerita saat akan merangkai video. Karena yang akan dibuata dalah video singkat untuk dimuat di Instagram. Walaupun seharian di sanggar sana memang seru sekali. Sehingga sebenarnya banyak sekali yang ingin diceritakan. Lebih baik kita membuat banyak video singkat dengan cerita yang berlanjut untuk diunduh beberapa kali.

Inilah hasil kerjaku selama 1 jam menyimak sambil praktik mengedit video. Sudah seperti videografer profesional belum? Hihihi... Masih jauh, ya? Bagaimana pun, terimakasih yang tak terhingga kepada Mas Teguh dan Pak Budi atas kesempatannya belajar ilmu asyik begini.


Bagaimana? Tertarik mencoba aplikasinya? Apa masih butuh tutorial? Coba buka dan utak-atik sendiri dulu, deh. Mudah, kok. Selamat belajar!

Related Posts

21 komentar

  1. Wah asik, belajar bikin video sambil dapet pengetahuan tentang batik. Salam kenal ya mbak. Aku jadi kangen semarang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga. yuk balik ke semarang :)

      Hapus
  2. Wah, asyik banget membatiknya mbak, aku dulu juga ngebatik waktu ada blogger gathering ke pekalongan. Hehehe, nice

    BalasHapus
  3. aduh batiknya jadi pingin, skrg mah batik bisa dipakai buat santai ya

    BalasHapus
  4. baru tahu saya ternyata semarang punya batik lokal yang keren gini. Mantep banget mbak dapat ilmu belajar videograpi dan langsung dipraktekin, jadi mau belajar juga nih.

    BalasHapus
  5. wahhh keren videonya, hasil nuntut ilmunya ga sia-sia, saya pengen nonton lebih lama videonya mba, soalnya bagus lhoo,,, jadi pengen ikutan acara beginian, nambah wawasan

    BalasHapus
    Balasan
    1. aih jadi malu. blm apa2 kok ini. mas sabda kalo belajar pasti lebih bagus deh hasilnya :)

      Hapus
  6. Aku bisanya baru pakai batiknya saja belum bisa bikin batiknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi... sekadar oret2 lilin mungkin bisa lah...

      Hapus
  7. Tahun lalu aku pernah ikutan workshop videografi...tapi kayakya kok nggak pinter2

    BalasHapus
    Balasan
    1. rajin dipraktikin dong mbak biar makin terasah :)

      Hapus
  8. Mbak Ida, putrinya kreatif ya bikin sapu tangannya jadi beda. Videonya pakai appl quick ya mba, mupeng belajar yg ini. Pantes milih ikutan workshop ini, ada belajar membatik segala

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya pake Quik.
      iya nih, gara2 berat ke anak yg lagi doyan sama video dan membatik :)

      Hapus
  9. Andaikan bisa membelah diri pengem banget deh kemarin tu ikutan workshop ini mbak

    BalasHapus
  10. Seru banget ya workshop, duh jadi keinget jaman SMP waktu belajar mbatik. Sapu tangan batiknya cantik mbak. Putrinya mbak Farida pinter juga ya membatiknya. Duh, jadi pengen belajar mbatik lagi. Nice sharing mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yukk... belajar membatik. di kendal ada kah workshopnya?

      Hapus
  11. AKu dulu waktu SMP belajar mbatik lho mbak, seru aja jadi 1 kain batik hasil cantingan sendiri, tapi ya....belum bagus :D

    BalasHapus

Posting Komentar