header permata pengalamanku

Tampan Tailor, Salah Satu Film Favorit Sepanjang Masa

22 komentar

tampan tailor

Pertama membaca judul "Tampan Tailor" (2013), rasanya geli, ya? Kupikir ini film komedi. Akan tetapi, menilik tulisan "perjuangan ayah untuk anaknya" di poster, kok kaya genre drama, ya? Ternyata benar. Meski enggak terlalu populer karena hanya meraup sejumlah 100 ribuan penonton, tetapi aku berani menobatkan film "Tampan Tailor" sebagai salah satu film yang hadir tanpa cela di mataku.

Biasanya, kalau aku menulis ulasan kan, ada kelebihan dan kekurangan, ya. Kalau tanpa cela, itu artinya aku enggak menemukan satu pun poin untuk dikeluhkan walau mungkin bukan yang teristimewa. Bagiku, film semacam ini lebih nyaman ditonton dari awal sampai akhir dibandingkan film yang lebih unggul dari beberapa sisi, tetapi terasa mengganjal di sisi lain.

Bikin film yang tanpa cela itu susah banget dibandingkan yang mengandalkan kekuatan dari beberapa bagian aja. Sebab, hal ini sangat membutuhkan komunikasi dan eksekusi yang bagus dari setiap elemen. Jadi, kalau berhasil, menunjukkan bahwa kerjasama tim dalam pembuatan film ini berjalan lancar.

Yang Paling Kusuka dari FIlm "Tampan Tailor"

1. Mengangkat profesi yang unik

Tailor merupakan salah satu dunia yang menarik buatku, apa lagi yang khusus mengurusi busana pria. Jarang sekali kita mendapati profesi ini dalam film, ya. Apa lagi, profesi ini dibahas sebagai dasar berjalannya cerita.

2. Mengisahkan hubungan ayah dan anak

Ini juga jenis interaksi yang enggak terlalu banyak dijadikan tema sentral dalam film. Kalau anak sama ibu sih, banyak. Makanya, ini merupakan daya tarik utama buatku memutuskan menonton. Aku memang lebih suka genre drama keluarga yang inspiratif begini.

3. Berdasarkan kisah nyata

Ya, aku senang banget sama film yang bersumber dari kejadian nyata. Apa lagi kalau tak mengandung kekerasan verbal dan KDRT pada wanita. Film ini terinspirasi dari kisah hidup tailor kondang, yaitu Harry Palmer.

4. Adegan pembuka

Seperti yang tampak dalam poster, film dibuka dengan menampilkan seorang pria berbusana setelan jas rapi berdiri di pinggir puncak bangunan sambil mengucapkan sederet narasi yang dalam maknanya. Tiba-tiba, dia merentangkan tangan dan melompat. Apa? Aku asli syok banget dan sukses dibuat penasaran dengan maksud adegan tersebut. Jadinya, aku lebih cermat deh, mengikuti film ini hingga menemukan jawaban yang enggak langsung terpapar.

5. Skenario yang rapi

Tema boleh klise tentang ayah dan anak yang berjuang meraih harapan. Namun, skrip yang ditulis Alim Sudio dan Cassandra Massardi ini secara tak terduga mendistraksi pola klise itu dengan sangat baik. Ketimbang bermain-main dengan tangisan, mereka mengeksplor sebuah perjuangan penuh hati. 

Plot dihadirkan secara berlapis dan diselesaikan dengan baik tanpa terasa mengada-ada. Alurnya begitu asyik diikuti dengan gaya bercerita yang membumi dan cukup bernas. Romansa di dalamnya juga enggak biasa, menggelitik dan menghangatkan hati. 

Bangunan karakternya kuat, unik, dan realistis. Dialog-dialog menarik penuh filosofi tentang jas tanpa harus menggurui. Beberapa di antaranya terasa sangat segar dan orisinal, misalnya ada istilah "kembang apinya orang Jakarta", dan diselipi satu-dua kritik sosial. 

6. Sutradara

Pilihan sang sutradara, Guntur Soeharjanto, untuk tetap menghadirkan jalan cerita "Tampan Tailor" sebagai sebuah drama keluarga yang berjalan alami jelas berhasil membuat presentasi film ini menjadi lebih berkelas. 

7. Akting pemain

Vino G. Bastian tampil beda di sini karena berhasil masuk ke kontradiksi karakter Topan dalam menghadapi konflik-konfliknya. Dia bisa tampil lugu, lucu, dan menyenangkan sekaligus. Gaya berdiri, berjalan, dan bicaranya tampak padu dan baru. Lihat aja roman mukanya di poster, beda dari biasanya, kan?

Enggak heran, Vino mengaku cukup lama melakukan pendalaman karakter termasuk belajar menjahit kepada Pak Harry Palmer langsung. Vino bahkan membawa mesin jahit engkol ke rumahnya untuk latihan. Hasilnya cukup meyakinkan. Vino tampak luwes saat memegang kapur jahit dan penggaris kayu untuk menggambar pola jas.

Vino berhasil membangun emosi bersama Jefan Nathanio, pemeran tokoh anak. Memang layak diganjar sebagai pemenang kategori Aktor Cilik Terpilih di ajang Piala Maya 2013. Bertiga dengan kehadiran Marsha Timothy yang tak hanya sebagai tempelan, tetapi juga berhasil memberi nilai rasa lebih terhadap keseluruhan plot. Pemeran-pemeran pendukungnya juga juara, seperti Ringgo Agus Rahman dan Epi Kusnandar yang komikal tak berlebihan.

8. Sinematografi

Tata kamera yang dihadirkan oleh Enggar Budiono menampilkan nuansa muram, tetapi halus tanpa kehilangan kecantikannya. Gambar-gambar yang dihasilkan mampu menangkap sisi kota Jakarta yang begitu keras tetapi tersaji dengan kualitas gambar yang begitu nyaman disaksikan sehingga terasa lebih nyata dan hidup.

9. Musik Skoring

Tya Subiyakto menggawanginya beserta dua lagu latar, "Ya Sudahlah" dari Bondan Prakoso & Fade 2 Black serta "Andai Aku Bisa" yang merupakan lagu Chrisye dan dengan uniknya dnyanyikan kembali oleh Ahmad Dhani. 

Secara umum, semuanya bekerja efektif memperkuat emosi yang sudah hadir. Mungkin bagi sebagian orang terasa terlalu manipulatif jika musik orkestra hadir dalam situasi keseharian Topan dan anaknya yang sederhana. Akan tetapi, menurutku sih, porsinya masih aman.

Demikianlah pendapatku tentang film "Tampan Tailor". Kamu sudah menonton? Bagaimana menurutmu?

Related Posts

22 komentar

  1. Belum nonton aku... Baru tau bahwa ini cerita harry palmer Secara produk laku keras... Ah... Memang film ini juga bisa menginspirasi

    BalasHapus
  2. Vino baguuuusss bgt aktingnya ya.
    Bisa memainkan peran dgn riil

    BalasHapus
  3. Iya ceritanya bagus nih, sangat menginspirasi. Akting Vino juga keren. Heran juga ya kenapa kurang populer dibanding film lain.

    BalasHapus
  4. Aku belum nonton mbak.
    Tapi setelah baca review ini, aku jadi pengen nonton
    Apalagi yang main Vino Bastian

    BalasHapus
  5. Aku juga belum pernah nonton. Luar biasa sekali ya alur ceritanya menginpirasi untuk ayah-ayah dalam memperjuangkan anaknya

    BalasHapus
  6. Belum
    Aku mau nonton tapi bingung nonon di mana
    Pas ada di Bioskop aku ga bisa karena harus jaga mertua
    Penasaran banget acting-nya

    BalasHapus
  7. Kalau udah pemainnya Vino G. Sebastian biasanya sih filmnya pasti oke. Ini berarti udah film lama ya?

    BalasHapus
  8. Wah, ada ya film ini. Tadi ketika baca judulnya saya sampai cek berulang kali. Tampan Tailor. Ternyata isinya dalam ya.. pemainnya pun Vino G Bastian, yang memang berkualitas menurut saya. Makasi sudah review ini Mbak,.

    BalasHapus
  9. belum sempat nonton film ini saya. kira-kira ada di netflix nggak ya, mbak? memang sih banyak yang bilang film Tampan Tailor ini salah satu film terbaik vino bastian

    BalasHapus
  10. Ini ga ada bocoran jalan ceritanya gimana mba? Hehehee aku penasaran dong, apalagi bintangnya nih aktor favoritku, babang Vino euy :))

    BalasHapus
  11. Iya sih yaa..
    Rada geli baca judulnya, hihi.. Tapi aku suka aktingnya Vino G. Bastian. Totalitas dia tu.. Kaya setiap karakter tuh dihidupkan melalui "nyawa"nya sendiri.
    Ya gimana bilangnya yaa.. Hehhe, pokoknya kudu nonton juga nih Tampan Tailor.

    BalasHapus
  12. Belum nonton film ini. Jadi penasaran sama ceritanya. Bisa ditonton di mana ya? Senang kalo film Indonesia sekarang bagus-bagus .

    BalasHapus
  13. Hah, ada? Aku belum nonton. Wkwkwkwkwk. Makasih ya, tar weekend ahhh

    BalasHapus
  14. Ini film keren banget. Vino memang gak ada matinya

    BalasHapus
  15. Waaah aku Menjadi tertarik banget dengan film ini mbak. Asyiik jadi list tontonan week end ini mbak

    BalasHapus
  16. Aku pernah nonton film ini juga dan pesannya sampai banget. Jadi lebih sayang ke bapak setelah nonton ini

    BalasHapus
  17. Hubungan ayah dan anak kalau dibuat film emang dramatis jadinya ya soalnya sisi ayahnya bisa jadi inspirasi

    BalasHapus
  18. Justru film pendek kayak gini ini ceritanya lebih terisi dan bermakna tidak banyak keruwetan...aku termasuk penyuka film pendek gini

    BalasHapus

Posting Komentar