header permata pengalamanku

Film "The Menu" tentang Apa Sebenarnya, Sih?

15 komentar

film the menu tentang

Ada yang sempat menonton film "The Menu" ini di bioskop pada pertengahan November kemarin? Pas aku menonton sih, enggak sampai separuh ruangan terisi. Jadi, kayanya film ini enggak terlalu populer, ya. Mungkin, kamu yang belum menonton jadi penasaran sebenarnya film "The Menu" tentang apa. 

Kalau ditilik dari judulnya, sudah jelas sih, film ini bercerita tentang makanan. Itu juga yang bikin aku akhirnya bersedia menemani suami yang mengotot banget pengin menyaksikannya di bioskop. Padahal, sudah tahu kalau aku itu enggak terlalu suka film horor menegangkan yang berpotensi ada adegan sadis di sana.

Aku itu sukanya ya lihat yang indah-indah. Misalnya, film yang bertema kecantikan termasuk skincare, fesyen, pemandangan alam, atau ya kuliner seperti film ini. Makanya, meski agak waswas, aku memberanikan diri menonton tanpa info awal apa pun termasuk melihat trailer-nya.

Kenapa Membuat Ulasan Film "The Menu"?

Walau suka menonton film, enggak semuanya kuulas dalam blog ini. Sebab, selain sok sibuk, juga karena biasanya suaraku sudah terwakili oleh kebanyakan ulasan tentang film tersebut di dunia maya. Terus, kenapa sekarang menulis tentang "The Menu"?

Pertama, karena ternyata film ini luar biasa bagus di luar ekspektasiku. Kedua, aku heran ketika keluar studio bioskop, banyak penonton yang bingung usai menonton dan saling bertanya sebenarnya film "The Menu" tentang apa. Nah, lo?

Ketiga, aku tergelitik dengan komentar beragam yang kubaca di internet tentang film ini. Menurut mendiang sutradara Indonesia Richard Oh, salah satu ciri-ciri film yang bagus adalah yang bisa memecah penonton menjadi dua sama besar, suka dan tidak suka. Film yang bagus adalah film yang membuka ruang untuk mendiskusikannya sepanjang hidup. Bukan film yang secara umum disetujui, atau sebaliknya, dicerca masyarakat. Jadi, kupikir bolehlah ikut urun pendapat soal "The Menu".

Keempat, aku merasa sangat konyol ketika membaca sebuah ulasan di situs terkenal tentang film "The Menu". Di situ disebutkan bahwa nantinya terkuak ternyata salah satu menu yang disajikan dalam film ini adalah daging manusia! Ya, Tuhan. Ini yang menulis benar-benar menonton filmnya enggak, sih?

Sekilas Film "The Menu" tentang Apa

Film ini bermula dengan menyoroti seorang penggemar kuliner bernama Tyler (Nicholas Hoult) yang mengajak rekannya, Margot (Anya Taylor-Joy), untuk datang ke sebuah restoran eksklusif Hawthorn milik koki kenamaan, Julian Slowik (Ralph Fiennes), di pulau pribadinya. 

Setelah melakukan perjalanan menggunakan kapal yang sudah disediakan, mereka dan tamu penting lain disambut kapten restoran bernama Elsa (Hong Chau) yang mendapati nama Margot enggak tercatat di daftar tamu. Namun, Elsa tetap mempersilakannya mengikuti tur keliling pulau melihat sumber alam yang dipakai sebagai bahan menu dan masuk restoran bersama para tamu yang lain. 

Chef Julian pun masuk ke bagian dapur restoran yang terbuka, bergabung dengan timnya. Sajian demi sajian dihidangkan. Dari yang awalnya tampak normal dan ditanggapi dengan impresi masing-masing tamu yang berbeda, dan terus meningkat menjadi semakin aneh sekaligus menegangkan.

Kesanku tentang "The Menu"

Aku enggak merasa asing dengan konsep tema dalam jamuan makan malam mewah seperti yang disajikan dalam film ini. Sebab, memang biasanya begitu. Chef selalu menyusun menu dengan pertimbangan sangat mendalam untuk sebuah tema, cerita, atau filosofi yang ingin disampaikan.

Ini bisa dilihat kalau kamu juga suka menonton acara kompetisi memasak di televisi sepertiku, misalnya Masterchef atau Hell Kitchen. Aku pribadi langsung terngiang dengan video ulasan Raditya Dika tentang restoran Namaaz di bawah ini.

Apa lagi, saat ada menu tortilla dengan gambar yang sesuai dengan masing-masing tamu. Mirip banget deh, dengan yang dialami Raditya Dika dalam video di atas. Itu artinya, tim restoran memang melakukan riset sebelumnya tentang tamu-tamunya.

Walaupun film ini memang menebar kengerian sejak menu kedua, tetapi aku jamin enggak ada adegan kanibal sama sekali di sini. Teror disajikan dengan cara yang jauh lebih cerdas dari sekadar menampilkan hal-hal menjijikkan, darah berceceran, atau aksi kejar-kejaran.

"The Menu" merupakan sebuah satir yang seru. Chef Julian menyindir kemegahan dengan cara paling mewah menggunakan kapasitasnya di dunia kuliner nan bergengsi. Berbagai pesan tersirat dari tingkah laku para karakter, nama menu, dan komentar para tamu. Film ini menjadikan masyarakat kelas atas sebagai korban atas kemunafikannya sendiri.

Penulis Seth Reiss dan Will Tracy menyusun naskah dengan alur yang begitu rapi. Meski para pemain tampil kebanyakan terpusat hanya dalam satu set padat, yaitu restoran, tetapi sangat jauh dari kesan menjemukan. Plot hadir dengan cara baru yang enggak terduga dan belum pernah kudapati dalam film-film yang kutonton sebelumnya.

Narasi yang filosofis, hidangan yang menggiurkan, karakter yang bermacam-macam dengan konfliknya masing-masing, serta ketegangan yang terus meningkat dibalut musik pengiring yang sangat orisinal dan pas menjadi kuncinya. 

Para aktornya pun berperan sangat baik. Taylor-Joy sebagai Margot yang mewakili orang awam di dunia kuliner dengan aksi cuek dan berani yang sangat proporsional, Ralph Fiennes sebagai chef yang diamnya membuat merinding tetapi tetap bisa bertutur ramah dan hangat, serta Nicholas Hoult sebagai Tyler fans berat sang chef yang menggelikan.

Penjelasan tentang "The Menu"

Untuk beberapa penonton yang masih merasa bingung pada bagian-bagian dalam film ini, mungkin aku bisa menjelaskan sedikit sesuai apa yang kutangkap aja, ya. Bisa jadi, banyak pengulas yang masih bertanya-tanya karena enggak ada kesempatan menonton kembali "The Menu". Sebab, aku juga enggak tahu sih, film ini bisa ditonton di mana selepas dari bioskop.

Jika kamu mengenal filsafat India, akan memudahkanmu memahami karena film ini sangat kental diliputi olehnya. Misalnya, kata kunci mindfulness yang disebutkan Elsa sejak awal hidangan. Hal ini dipertegas dengan imbauan Chef Julian yang bilang, "Do not eat. Taste. Savor. Relish". Jelas banget sih, bahwa beliau sangat berharap para tamu makan enggak sekadar memasukkan hidangan ke mulut, tetapi menghayati dan menghargainya.

Karena sangat memegang prinsip ini, buatku enggak heran kalau Chef Julian jadi nekat menyusun menu nan gila. Ini merupakan alasan yang cukup kuat mengingat yang memotivasi beliau adalah sebuah pemahaman yang ideologis.

Terus, buat yang masih merasa enggak jelas siapa sebenarnya Margot, itu sudah diterangkan lo dalam dialog yang ditonton semua tamu. Jadi, mestinya kamu enggak lupa ya bahwa Tyler tadinya memang hendak mengajak orang lain, bukan Margot. Perubahan semacam ini sangat mengganggu Chef Julian yang hiper perfeksionis dalam merancang setiap rencananya.

Memahami filsafat India juga membantumu mengerti bagaimana caranya lolos dari restoran itu. Terus terang, aku sudah terpikir cara ini sejak awal yang ternyata benar. Tentang karma dan moksa, dipadukan dengan permainan pikiran untuk mengubah persepsi dan memenangkan debat.

Selamat penasaran dengan "The Menu"!

Related Posts

15 komentar

  1. Jadi makin penasaran. Jujur sempat mau liat tapi maju-mundur. Oke sekarang mau nonton. Moga di Netflix ada ya mbak.

    BalasHapus
  2. Woahhh ternyataaaaa..... Tadinya kukira "cuma" pilem enteng macam Aruna dan Lidahnya.
    Ehhh tibakno sangat filosofis yak

    BalasHapus
  3. Ulasan ini sebetulnya udah bagus, tapi belum membantuku untuk paham keseluruhan cerita dari film. Mungkin sebaiknya memang nonton langsung ya. Sayangnya udah ga ada di bioskop lagi. Moga nanti mungkin ada di Netflix atau app nonton resmi lainnya. tfs.

    BalasHapus
  4. Kalau sampai banyak yang bertanya tanya selepas nonton film, bisa jadi juga momen menontonnya banyak terdistraksi (dari sisi penonton). Kadang film yang bagus emang penontonnya nggak selalu membludak sih ya Mba.

    BalasHapus
  5. Riset itu penting. Keren film The menu wajib kalian tonton. Aku aja penasaran. Katanya menunya makin lama makin misterius ya

    BalasHapus
  6. Harus nonton langsung nih filmnya, soalnya bagus sinopsisnya jadi kepo lihat wajah aktor dan aktrisnya

    BalasHapus
  7. Wow, keren ada film yang unik gini ya, mba. The menu ini mungkin bakalan tayang di aplikasi streaming online kalau banyak yang masih penasaran alurnya kayak gimana. Tapi paling nunggu setengah tahun dulu dari jarak tayang di bioskop kali yaa. Moga aja bisa nonton film ini selain di bioskop. Hehe

    BalasHapus
  8. Filmnya ada chef nya juga, kayaknya seru juga nih. Apalagi bikin tegang ya, pas cicipi makanan, boleh juga nih

    BalasHapus
  9. Sip, aku langsung mau nonton film ini. Wkwkwkwk. Aku suka spoiler dan spoiler ini bikin aku penasaran karena tensinya naik terus. Pecah pastinya.

    BalasHapus
  10. Adlsdbksd banget sih...kalo ada daging manusia yang dimasak.
    Rasanya lemes banget gasii..??

    Jadi inget kejadian di Indonesia, Sumanto.

    Selain mendapat pelajaran mengenai memasak, pastinya Film The Menu membuat penonton berdecak kagum dengan aksi chef di dapur yang memukau.

    BalasHapus
  11. Film kesukaanku nih, berkisah tentang kuliner
    dan endingnya terbuka!
    Ending terbuka itu bikin penonton mereka-reka ending dan bisa jadi obrolan yang rame banget, sehingga selesai nonton kita bisa debat kusir, hehehe

    BalasHapus
  12. Serius, bikin pinisirin deh The Menu. Aku lebih suka sama film yg kita tuh dibuat mikir, dan nggak gampang ditebak.

    Sayangnya, nggak tau platform buat nontonnya lagi ya, Mbak, hiks.

    BalasHapus
  13. waaah jadi pinipsirin nih mba ama filmnya,,, aku suka genre film yang begini dengan alur yang bikin mikir dan misterius hihhi

    BalasHapus
  14. Asli saya nyesel kemarin lupa nggak jadi nonton film ini. Ternyata maknanya dalam banget gitu plus nilai filosofisnya kental banget...

    BalasHapus
  15. judulnya unik juga, the menu
    jadi penasaran pengen nonton, nama pemainnya terasa asing semua buatku,kalau ga nonton kan ga bakalan kenal ya

    BalasHapus

Posting Komentar