header permata pengalamanku

Inilah 4 Kuliner Khas Kabupaten Semarang Idamanku

21 komentar
Selama tinggal di Kota Semarang, aku belum pernah menginjakkan kaki ke daerah kabupatennya. Ingin sih, suatu saat bisa ke sana. Jalan-jalan sambil mencicipi kuliner khasnya. Menelusuri apa saja kuliner tradisional yang dimiliki oleh Kabupaten Semarang ini melalui internet, sukses membuatku makin tergiur saja untuk mencobanya. Mau tahu apa saja kuliner yang jadi idamanku dari daerah ini?

Tahu Baxo Bu Pudji

Foto: seputarsemarang.com
Sebenarnya, jauh sebelum aku pindah ke Semarang pun, aku sudah mengenal tahu bakso. Tahu bakso adalah tahu biasa yang diisi bagian tengahnya dengan adonan bakso. Aku biasa menemukannya sebagai salah satu isian dalam semangkuk menu bakso di samping bakso bulat, siomay dan pangsit beserta aneka bahan pendampingnya seperti bihun, mi kuning, kuah dan taburan seledri serta bawang goreng.

Namun, sejak tinggal di Semarang, tahu bakso begitu setia mengisi hari-hariku. Bahkan pada hari pertama aku pindah ke sini, tahu bakso adalah hantaran yang aku dapatkan dari tetangga, yang tak lain adalah pemilik rumah yang saat ini sedang kukontrak.
Dan selanjutnya, hampir setiap hari Suami membeli tahu bakso. Mungkin selain karena memang Beliau menyukainya, makanan satu ini pun sangat mudah dijumpai di seantero sudut Kota Semarang. Walaupun sebenarnya kuliner ini disebut sebagai oleh-oleh khas Ungaran, ibukota Kabupaten Semarang. 
Tak ayal lagi, di mana pun Suami menemukannya, Beliau sering menyempatkan diri untuk membeli dan menikmatinya. Entah dengan dicamil langsung bersama cabe rawit atau saus kecap, sebagai pelengkap hidangan bakso atau pun lauk teman nasi dan sayur masakan hari itu.

Nah, jika ada kesempatan, ingin rasanya mencicipi tahu bakso langsung dari daerah asalnya. Label yang paling terkenal untuk kuliner ini adalah Tahu Baxo Ibu Pudji. Kabarnya, Beliaulah yang pertama kali menjadikan tahu bakso terkenal sebagai salah satu oleh-oleh khas Ungaran, yang kemudian diikuti oleh banyak produsen untuk membuat yang semisal.

Berawal dari kreativitas Ibu Pudji untuk mengolah bahan yang sudah akrab di tengah masyarakat dan banyak tersedia di kota ini, yaitu tahu. Ibu Pudji adalah nama panggilan akrab Beliau karena merupakan istri dari Bapak Pudjianto. Nama asli Beliau sendiri adalah Sri Lestari.
Sejak tahun 1996, Ibu Pudji mulai merintis usaha ini dan menjajakannya dengan gerobak dorong di tengah ibu-ibu anggota arisan dan karyawan perkantoran di sekitar Ungaran. Karena citarasanya yang lezat, tahu baksonya pun semakin terkenal. Banyak orang yang memborong dan membawanya ke luar kota sebagai oleh-oleh. 

Sejak tahun 2005, agar tidak ada ketergantungan bahan baku serta menjaga mutu produknya, didirikanlah pabrik tahu sendiri di Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat. Semua proses dilakukan di pabrik. Mulai dari pemilihan kacang kedelai sampai tahu selesai dikemas. Pembuatan tahu sama sekali tidak menggunakan bahan pengawet seperti formalin. Adonan bakso milik Ibu Pudji dibuat dari daging sapi giling yang dicampur dengan tepung kanji dan bumbu. Peralatan maupun pengolahan pun dijaga agar selalu higienis. Makanya, tahu bakso ini hanya dapat bertahan 2 hari.

Sebenarnya, apa sih keistimewaan tahu bakso Bu Pudji ini? Terus terang, aku sendiri tidak yakin apakah pernah membeli dan mencicipinya. Karena saking banyaknya jenis dan merek tahu bakso yang telah dibeli Suami.
Namun kabarnya, tahu bakso yang satu ini memang berbeda dibandingkan tahu bakso kebanyakan. Isi baksonya lebih padat. Rasa gurihnya pas di lidah. Bentuknya juga menarik, sesuai dengan mottonya. Rapi, rata dan rapat.
Hmm... Seingatku, tahu bakso yang selama ini aku rasakan rata-rata rasanya mirip, tidak ada yang menonjol. Bukan berarti tidak enak, ya. Namun ya sulit dibedakan satu sama lain. Sepertinya sama saja. Makanya aku penasaran, apakah memang tahu bakso Ibu Pudji ini memiliki perbedaan mencolok dengan yang lainnya?

Tahu bakso ini memiliki beberapa gerai diantaranya:
  • Rumah Makan Ibu Puji Jalan Diponegoro 14, Gapura Batas Kota Ungaran
  • Jalan Letjen Suprapto No 24, Ungaran
  • Jalan Jendral Sudirman 56, Kecamatan Ungaran Timur 

Tahu Baxo Ibu Pudji dikemas dalam kotak berisi 10 buah tahu bakso. Tersedia dalam 2 pilihan, yaitu goreng dan basah. Tahu bakso goreng untuk segera dinikmati. Sedangkan tahu bakso basah cocok sebagai oleh-oleh. Yang nantinya tinggal digoreng saat akan dinikmati

Kopi Banaran

Foto: seputarsemarang.com
Maunya sih menikmati di lokasi langsung, bukan untuk dibawa sebagai oleh-oleh. Karena sebenarnya lambungku tidak terlalu ramah dengan kopi. Tapi aku ingin sekali menikmatinya di tengah suasana perkebunan kopi yang sejuk bersuhu 23ºC – 27º C. Apa lagi kalau dapat tempat di gazebo lesehan di belakang cafenya. Ditemani menu tradisional seperti ubi goreng, mendoan goreng, jamur goreng, singkong, kentang goreng, gemblong goreng, pisang goreng madu, jadah Bandungan dan lain-lain.

Ya, Kopi Banaran adalah produk yang bisa didapatkan di Kampoeng Kopi Banaran. Kawasan agrowisata ini berada di areal perkebunan kopi milik PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero), Kebun Getas. Berada di ketinggian 680 M di atas permukaan laut.
Kampoeng Kopi Banaran terletak di Jalan Raya Bawen-Solo KM 35, Bawen. Dari arah Kota Ungaran, letaknya di kanan jalan. Di sinilah Kopi Banaran ditanam, dipetik dan dipanen. Untuk kemudian diolah sendiri di pabrik yang terletak di Gemawang, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.

Kopi Banaran adalah jenis kopi Robusta dengan ciri khas rasa yang lebih manis. Ada aroma mirip cokelat atau mocca di belakang kopinya. Bisa jadi, mungkin hal ini disebabkan oleh lahannya yang juga digunakan untuk menanam cokelat. Di samping untuk pasar dalam negeri, produk dari perkebunan di sini juga untuk diekspor.

Selain kopinya, aku juga ingin merasakan produknya yang lain, yaitu Teh Dakobar. Dakobar adalah singkatan dari Daun Kopi Banaran. Ya, walaupun disebut sebagai teh, namun produk ini bukan dibuat dari daun tanaman teh. Melainkan dari daun tanaman kopi yang difermentasi. Memang, teh adalah sebutan umum untuk setiap jenis minuman yang berasal dari tanaman yang diseduh.
Tradisi meminum daun kopi ini juga dikenal di daerah selain Banaran. Hal ini muncul disebabkan pada masa penjajahan Belanda dulu, rakyat Indonesia yang diposisikan sebagai pekerja kebun kopi harus rela tidak menikmati lezatnya biji kopi hasil kerja keras mereka. Mereka mencukupkan diri dengan menyeduh daun kopinya saja.

Menikmati kopi di sini bisa dilakukan bersama keluarga. Karena tempat wisata ini dilengkapi aneka wahana permainan seperti area outbound, kolam renang, taman buah, flying fox, ATV, taman bermain, tempat berkemah, gazebo, lapangan tenis, berkuda, mobil wisata, taman kelinci dan coffee walk.
Bahkan kawasan ini juga dilengkapi Banaran 9 Resort yang memiliki bungalow dengan aneka pilihan jenis kamar. Sangat cocok menjadi tempat untuk menikmati Kopi Banaran sambil menikmati eksotisme pemandangan Rawa Pening, Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo dan pemukiman di Ungaran. 

Geplak Waluh Bu Nanik

Foto: semarangcoret.com
Labu kuning, atau yang dalam Bahasa Jawa disebut waluh, adalah salah satu bahan pangan kesukaanku. Aku suka sekali berbagai olahan menggunakan bahan ini. Baik dalam bentuk sayur masakan maupun sebagai hidangan manis.
Makanya, aku langsung berbinar-binar membaca berita tentang adanya produk aneka camilan berbahan dasar labu kuning. Apa lagi kalau camilan yang dimaksud adalah geplak. Wow! Itu oleh-oleh dari Jogja yang paling favorit bagiku.

Hadirnya jenis oleh-oleh yang satu ini berawal dari keprihatinan Bu Nanik melihat kondisi labu kuning di daerahnya yaitu Desa Getasan, Kecamatan Getasan yang terletak di sisi utara lereng Gunung Merbabu. Tanaman labu kuning di sana melimpah namun tidak dimanfaatkan dengan maksimal oleh penduduk. Akhirnya banyak yang terbuang sia-sia. Paling-paling sayuran kaya karbohidrat dan padat gizi ini hanya dijadikan makanan ternak.

Dan ternyata, tidak hanya diolah menjadi geplak. Labu kuning nan legit ini juga dikreasikan menjadi berbagai kudapan yang sangat menarik bagi pecinta makanan manis sepertiku. Egg roll, pia, kembang goyang, sirup, stik, sampai wingko! Duh, bagaimana aku tidak tergiur? Kalau bisa mampir ke sana, sepertinya aku akan memborong banyak, nih

Serabi Ngampin

Foto: semarangcoret.com
Nah, ini! Satu lagi makanan kesayanganku. Serabi! Seperti pada umumnya, serabi adalah kue tradisional dari adonan tepung beras. Adonan yang sudah disiapkan dimasak di atas tungku menggunakan penggorengan mungil dari tanah liat yang telah diolesi sedikit minyak. Rasa serabi biasanya campuran antara manis dan gurih, dengan rasa manis yang lebih dominan.
Walaupun cara memasak serabinya sama, namun ada sedikit perbedaan pada Serabi Ngampin ini. Selain ukurannya yang lebih kecil, rasanya pun cenderung gurih. Sedangkan sensasi manisnya akan kita dapatkan dari juruh atau Gula Jawa cair yang ditambahkan bersama dengan kuah santan. Citarasanya menjadi unik dan khas. Serabi ini hadir dalam 2 varian warna. Yaitu warna cokelat dari Gula Jawa dan warna hijau dari daun suji.

Ngampin adalah nama salah satu desa di kecamatan Ambarawa. Serabi yang khas dari daerah ini bisa kita dapati di sepanjang jalan Solo-Yogya. Di sana, terdapat deretan pedagang kaki lima yang menempati lapak-lapak berukuran sekitar 1,5 x 1,5 meter yang terbuat dari papan. Serabi ini memang lebih nikmat dicicipi di tempat selagi hangat.

Makanya, kapan ya aku bisa ke Kabupaten Semarang? Kalau kalian bagaimana? Pernahkah mencicipi kuliner khas di kabupaten ini? Yang manakah yang menjadi favoritmu?

"Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Pesona Kabupaten Semarang"

Related Posts

21 komentar

  1. Belum pernah nyobain kopinya, jadi pengen

    BalasHapus
  2. tahu bakso ini enak, pas jajan kulineran di pasar jogja itu aku juga ketemu kuliner ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe.. Iya ya. Banyak penggemar nih tahu bakso :)

      Hapus
  3. Duhhh, jadi kangen ama serabi ngampin..sudah lama gak lewat kalo melintas Ambarawa. Pasti lewat jalan arterinya

    BalasHapus
  4. Serabi enaknya dimakan anget-anget. Duuuh, ngiler!

    BalasHapus
  5. Waaa, baru nyadar, bisnis geplak walohku ternyata sukses juga
    *eh

    Selain taxo, geplak dan serabinya nih yg belom pernah nyoba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kalo tahu bakso dah bergelimpangan ya bun di semarang. Cuma penasaran pingin nyoba yg bu pudji.
      Mari berburu serabi dan geplak hehehe..

      Hapus
  6. Dari semua jajanan di atas, aku belum pernah nih nyicip yang geplak waluh. Mau juga dooonkkk...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha itu. Kyknya yg paling ga tenar nih ya yg serba waluh. Pdhl aku mupeng bgt karena bahannya waluh :)

      Hapus
  7. Dari keempat makanan itu, aku baru cobain yang tahu bakso. Ah... jadi keingetan Semarang deh.. ^_^

    BalasHapus
  8. Kopi banaran menurutku kurang manteb si mbak tp tempat wisatanya asyik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi.. Iya. Biasanya kopi jawa kurang strong. Gpp dih buat icip2 aja toh lambungku jg ga kuat terlalu banyak :)

      Hapus
  9. Tahu bakso sekarang nggak khas Ungaran lagi, Mbak Farida. Di Surabaya tempatku tinggal, sudah banyak yang jual. Kayaknya tahu baxo ini buka franchise di mana-mana deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari dulu tahu baso sdh ada di mana2. Cuma yg pertama mempopulerkan sbg oleh2 ya bu pudji ini.

      Hapus
  10. Kelewatan satu deh kak, jangan lupa nyobain Sate Kelincinya. Karena itu salah satu kuliner khas Kabupaten Semarang yang wajib dicobain jika berkunjung di Kabupaten Semarang, karena tidak ada di daerah lain juga ni makanan.

    BalasHapus

Posting Komentar