Membaca tulisan Mbak Ria M. Fasha yang berjudul “Ketika Rumah Tangga Diuji, Apa Hikmahnya?” cukup membuat kepala terasa berat. Bukan karena susah memahaminya. Namun karena langsung terbayang bagaimana rasanya saat bahtera rumah tangga mulai dimainkan riak ombak prahara.
Aku ingat betul yang aku rasakan saat pertengkaran pertama kami sejak akad nikah itu terucap. Seketika bangunan langit seolah runtuh menimpaku. Berat, sakit serta membuatku terasa lemah dan semakin lemah.
Padahal masalahnya ya, sepele saja. Dan pertengkarannya pun bukan yang sengit begitu. Hanya berselisih pendapat. Suatu hal yang wajar dalam berinteraksi dengan siapa pun. Sejak sebelum menikah pun, kami sudah beberapa kali bersilang pendapat soal itu.
Namun tetap saja, pecahnya sebuah perdebatan dalam rumah tangga membuat semua mimpi indah dalam khayalanku runtuh sudah. Kukira semua perbedaan akan bisa melebur begitu saja saat kami menikah. Ternyata tidak. Tidak ada yang otomatis. Semua membutuhkan usaha.
Sejak hari itu, aku menyadari bahwa aku harus lebih kuat hati dan telinga dari sebelumnya. Aku harus lebih terampil mendengar dan berbicara dari sebelumnya. Aku harus memperkaya kemampuanku berinteraksi dengan cara-cara baru yang bisa naik beberapa level dalam waktu singkat.
Karena aku berhadapan dengan seseorang yang akan berhubungan secara intens denganku. Orang asing yang tiba-tiba saja begitu dekat dengan keseharianku dan menduduki posisi penting dalam hidupku. Bahkan dia lebih dekat dari teman, saudara maupun orangtua.
Kalau dulu ada masalah, aku bisa mengunci kamar dan membenamkan wajahku ke atas bantal. Dan tak seorang pun bisa mengganggu. Tapi kini, ada yang terus menggedor pintu minta dibukakan bahkan bisa merusak kunci dengan paksa untuk sekadar bertanya kalem, “Ada apa?” Argh…!
Jauh sebelum menikah, sudah banyak bacaan tentang kehidupan rumah tangga yang kulahap. Begitu juga praktiknya, sudah sering aku amati diam-diam. Bagaimana orang-orang yang kukenal menjalankan kehidupan berkeluarganya dan menyelesaikan berbagai masalah di dalamnya.
Namun tetap saja, ada lubang menganga yang menuntutku untuk terus belajar di sepanjang pernikahan ini. Yaitu belajar mencintai. Karena memang kami bukanlah bermula dari sepasang insan yang di mabuk asmara untuk kemudian mengikat janji akan hidup bersama selama-lamanya.
Sebab itulah, sejak awal aku memilih panggilan “Sayang” untuknya. Bukan karena aku sudah benar-benar sayang padanya. Namun untuk selalu mengingatkanku bahwa aku harus menyayanginya. Panggilan itu ibarat mantra. Walau awalnya tiada maksud, lama-kelamaan mempengaruhi jiwa juga.
Kalau Cinta jangan Marah
Jadul banget ya, quote di atas. Yang tahu berarti kita seumuran. Hahaha…
“Kalau cinta jangan marah.”
“Kalau ngga cinta?”
“Ya tetap jangan marah. Karena kan kamu harus belajar mencintai.” Begitulah suara-suara di kepalaku sering bertalu-talu jika aku sedang jengkel berat sama Suami.
Berhasil? Tidak selalu. Namun memang harus kuakui bahwa kata-kata cinta itu cukup magis dalam menyulap suasana hati hingga menjadi lebih tenang.
Menurutku, setiap perempuan itu diciptakan sebagai manusia terkuat di dunia. Seperti sosok seorang ibu yang pernah aku ceritakan ini, misalnya.
Baca juga: Perempuan Penuh Inspirasi.
Perempuan itu bisa diajak susah maupun senang. Bisa dilimpahi berbagai tugas dan kesibukan. Bisa tulus menerima keadaan Suami yang jelek, miskin, sakit parah atau bahkan membagi hati. Perempuan bisa saja tetap tegar melewati semua itu.
Namun jangan pernah, sekali pun jangan pernah, berkata kasar padanya. Karena itu akan meluluhlantakkan seluruh sendinya seketika. Lebih-lebih jika disertai dengan kekerasan fisik. Big no! Perempuan bukan diciptakan untuk itu.
Karena ia akan segera kehilangan setiap kekuatannya. Untuk kemudian jatuh menangis. Sekeras apa pun hati perempuan, akan merintih jika disakiti dengan kata-kata. Kini engkau tahu cara cepat menghancurkan seorang perempuan, kan?
Sebaliknya, jika engkau sangat bingung menghadapi perempuan yang sulit ditebak maunya namun ingin selalu dimengerti, maka caranya mudah saja. Karena kata orang, lelaki itu kelemahannya di mata, sedangkan perempuan kelemahannya di telinga.
Ungkapan cinta yang disampaikan dengan tulus akan secara ajaib mengurai berbagai kekusutan sikap seorang perempuan. Biarlah dibilang gombal, terimalah disebut bohong, akui saja kalau dituduh cuma lagi ada maunya.
Namun apa yang kausampaikan dari hati akan tembus hingga ke hati. Kata-kata itu tetap bekerja dengan efektif walau ditutupi dengan cibiran bibir atau kibasan daster. Berani coba?
Lalu, para istri yang kebanyakan jarang menerima kata cinta dari Suami, bagaimana dong? Kata cinta itu tetap bekerja, baik jika disampaikan darinya maupun darimu. Jadi, mulai saja dengan diri kita.
Bukalah dengan pujian, iringi dengan terimakasih dan tutup dengan kata cinta. Mau lanjut dengan yang lain? Itu terserah Anda berdua. Ehem, berani coba juga?
Kata², walau sederhana, dampaknya sangat terasa memang..
BalasHapusSeperti halnya saya berhenti memuji dirinya hanya karena dia bilang, "ah gombal.."
Saya merasa kata pujian yang saya berikan tak lagi bermakna..
Sejak itu, saya hanya memuji orang yang bisa menerimanya.. Walau bukan orang terdekat sekali pun..
eh, siapa bilang ga bermakna? tu di artkelku kan udah ditulis bahwa kata2 cinta tetap bekerja dgn efektif walau ditanggapi dgn cibiran dan kibasan daster hihihi... tetap semangat bilang cinta ke istri, om!
HapusEmang beber banget. Wanita ituakan luluh hany dengan pujian semata. Walaupun sekecil apapun itu. Tapi wanita bisa jatuh juga dengan perkataan yg menyakitkan.
BalasHapusnah iya, sesederhana itu ya..
HapusAku speechles, Mbak.
BalasHapusAlhamdulillah aku mah rajin dibilang sayang dan cinta sama suami. Tapi yang namanya hidup memang tak selalu mulus hanya dengan pujian semata. Ini aku lagi mellow baca ini mau nangis rasanya.
pukpukpuk, sayang...
Hapusbukan berarti semua kelar dengan kata cinta ya.
namun dengan itu perempuan jadi mampu bertahan hingga kini.
betul, nggak?
itulah kadang perempuan itu sjka sulit dimnegerti ya tpi dengan kata sederhana saja bs luluh kl diucapkan dg tulus
BalasHapushihihi... iya.. mintanya ina-inu ternyata saat dibilang cinta udah tenang :)
HapusAku sama suami sering sih bilang cinta, sayang, kangen atau kalimat2 penggoda lainnya...hihi Suamiku orangnya lumayan romantis sih
BalasHapusalhamdulillah :)
HapusYa cinta harus dipupuk dengan komunikasi, kasih sayang dan perhatian,kata romantis yang sederhana bisa bikin cinta makin berbunga, makin romantis makin harmonis makin banyak pahalanya insyaAllah Aamiin :)
BalasHapusaamiin..
HapusUngkapan cinta lama lama ... nggak perlu yang indah berbunga-bunga, cukup dengan sederhana dan tindakan cinta yang nyata.
BalasHapussip. betul bgt
HapusSharing yg indah mba.. jadi merasa masih banyaaak yg harus kuprlajari dlm hidup..
BalasHapusalhamdulillah. semoga bermanfaat :)
HapusKata cinta memang selalu menenangkan ya, Mbak.. bikin adem...
BalasHapusiyes hehehe..
HapusSuami istri memang kudu dan wajib saling mencintai ya mbak. Kalo nggak gitu bisa bubar deh. Huuuaaaa....kan sedih.
BalasHapushehehe.. ya, berusaha saling mencintai setiap hari :)
HapusAku belajar banyak dari tulisanmu Mba Farida, terima kasih untuk selalu mengingatkan.
BalasHapussama2 say :)
HapusSetuju Mbak, harus katakan cinta selalu pada yang terkasih biar cinta mekar terurus..
BalasHapusiya. yuk, bilang cinta lagi hihihi..
HapusSetuju banget mba. Bagi saya menikah itu untuk menyenangkan hati satu sama lain. Jadi mengungkapkan cinta walau dengan hal-hal sederhana terasa penting untuk keberlangsungan rumah tangga yang harmonis.
BalasHapusalhamdulillah, moga langgeng ya pernikahannya :)
HapusAdem banget bacanya mbak, mungkin benar juga ya, saya gak pernah manggil sayang ke suami, cuman ke anak2, kayaknya harus dipraktekin, 'papi sayang' meski geli awalnya hahaha..
BalasHapusaih, moga bikin hepi ya..
Hapus