header permata pengalamanku

Pengalamanku Mengikuti Wisata Budaya di Klub Merby

27 komentar

Hai, hai.. Siapa yang sedang menunggu berita terbaru hari ini dariku? Kali ini, kabar terkini dariku adalah tentang pengalamanku beberapa minggu lalu mengikuti Wisata Budaya di Klub Merby, Semarang.

Lokasinya berada di Jl. Mataram No. 653, Wonodri, Semarang Sel., Kota Semarang, Jawa Tengah 50242. Klub Merby adalah sarana berlatih dan berkreasi bagi anak bangsa dalam ilmu dan seni yang dapat mendukung masa depannya untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Di sini disediakan banyak sekali pilihan kursus untuk anak, seperti: clay, aksara, bimbel, sempoa, english, mandarin, vokal, tari tradsional, balet, alat musik, presenter, akting, lukis, wushu, catur, kepemimpinan, membatik dan membuat aneka kreasi dari berbagai bahan.

Kesungguhan Klub Merby untuk turut melestarikan budaya lokal tampak saat diselenggarakannya wisata budaya yang aku ikuti ini. Acara ini murni sebagai bentuk kepedulian untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada generasi mendatang, tanpa mengharap imbalan materi.

Begitu menuju pintu masuk, aku langsung disambut Mas-Mas dengan pakaian adat Jawa yang tersenyum sambil mengucapkan, "Salam Semarangan..." Aku hanya mengangguk karena tak tahu bagaimana menjawabnya.

Memasuki bangunannya, akan terasa sekali nuansa tradisional yang kental. Yang pertama menarik perhatian kita adalah pajangan aneka busana berbahan batik seperti yang tampak dalam foto di atas.

Sebelah kirinya adalah Kedai Dahar tempat menjual aneka masakan tradisional, sehat dan tanpa menggunakan bahan pengawet maupun MSG. Selain itu, di sini juga menyediakan berbagai jamu tradisional: beras kencur, kunir asam dll.

Kios Merby

Di sebelah kanan, membentang panjang Kios Merby yang menjual ebrbagai alat tulis, mainan dan alat belajar lainnya. Menghadap sebuah ruang tunggu dengan perabotan klasik penuh ukiran Khas Jawa.

Ruang Tunggu

Sebelum melalui ruang berikutnya, kami disambut resepsionis untuk mengisi daftar hadir dan memilih salah satu barang dari tumpukan cinderamata yang disediakan. Bermacam-macam benda unik di sana. Ada kipas yangs ekaligus bisa dijadikan topi, gasing, seruling dll.

Cinderamata pilihanku

Setelah berpusing-pusing memilih di antara benda-benda lucu tersebut, akhirnya pilihanku jatuh pada mainan di atas. Ada yang tahu nama dan cara memainkannya? Kalau aku sih, mengenalnya dengan nama Othok-Othok. Hehehe...

Pameran lukisan karya para anak didik

Masuk lebih dalam, kita akan mendapati dinding yang penuh dengan karya lukis anak didik Klub Merby. Indah sekali dengan warna-warna yang cerah. Nun jauh di sana tampak aneka mainan yang siap dieksplorasi anak. Ada ayunan, becak mini dan aneka pernik tradisional seperti ini:

Berbagai benda tradisional untuk memancing rasa ingin tahu anak

Salam Semarangan

Tibalah saatnya acara dimulai. Kami dipersilakan duduk di atas tikar yang digelar di tanah berumput. Di sini, kami berkenalan dengan pemandu utama acara ini, yaitu Mbak Krisna. Beliau membuka acara dengan Salam Semarangan.

Mbak Krisna menjelaskan filosofi Salam Semarangan

Seperti menjawab rasa penasaranku, kemudian Mbak Krisna menjelaskan makna dari Salam Semarangan. Jadi, salam ini memang sengaja dikenalkan sebagai identitas warga Semarang untuk menyambut tamu dan saling bertegur sapa.

Gerakan Salam Semarangan diambil dari salah satu gerakan tari tradisional Jawa yang dsiebut ngiting. Yaitu dengan mempertemukan ujung ibu jari dan ujung jari tengah membentuk lingkaran. Rupanya, memang gerakan ini dipilih karena filosofinya yang mendalam.

Jari yang membentuk lingkaran disebabkan oleh makna lingkaran yang merupakan lambang kejujuran, kesetiaan dll.

Mengapa yang dipilih untuk membentuk lingkaran dengan ibu jari adalah jari tengah, bukan yang lain? Karena jari tengah adalah jari yang tertinggi. Saat dia ditundukkan untuk bertemu dengan ibu jari, artinya: setinggi apa pun kedudukan kita, kita tetap menaruh hormat kepada orangtua maupun yang dituakan.

Dan gerakan ngiting ini diletakkan di ulu hati alias di dada kiri saat mengucapkan salam, memiliki makna bahwa kita mengucapkan salam tersebut benar-benar berasal dari hati.

Dengan adanya salam ini, maka kita bisa menyebarkan sapaan secara praktis. Saat bertemu banyak orang, kita tidak perlu menyalami satu per satu. Cukup dengan gerakan Salam Semarangan, maka yang lain pun akan membalas dengan Salam Semarangan juga.

Setelah sambutan singkat, kami pun dipersilakan untuk meniliki ruang berikutnya. Sedangkan anak-anak dianjurkan untuk tetap tinggal di tempat tersebut untuk dikenalkan dengan berbagai alat-alat tradisional yang sudah disediakan.

Art Shop & Learn

Perjalanan pertama kami diantarkan ke ruang Art Shop & Learn. Untuk menuju ke sana, kami kembali ke bagian depan bangunan melewati Kedai Dahar dan menaiki tangga spiral yang ada di dekatnya.

Art Shop & Learn

Sesampainya di atas, mata pun dimanjakan oleh hamparan aneka koleksi batik tradisional dan modern yang diwujudkan dalam bentuk kain sarung maupun berbagai model pakaian untuk segala umur. Selain itu, tentu saja juga tersedia berbagai karya seni tradisional lain yang siap dibeli.

Minuman sambutan berupa jamu tradisional

Setiap yang masuk dipersilakan untuk menikmati jamu tradisional olahan Klub Merby yang disajikan dalam tempurung kelapa. Sedap!

Tutorial memakai kain sarung

Kemudian, kami pun diperkenalkan sekilas pandang tentang batik. Apa saja ciri khas motif dari masing-masing batik Solo, Jogja, Semarang, Lasem dll. Kami juga diajari cara memakai kain sarung dengan beberapa gaya yang langsung kami praktikkan walau sebisanya. Hihihi...

Pawon Mbah Buyut

Sambil tetap mengenakan kain sarung batik, kami pun diantar untuk menelusuri kelas-kelas yang digunakan untuk belajar. Di sebuah pojok tikungan tangga, terdapat tempat pajangan yang memuat aneka alat dapur tradisional dari bahan gerabah. Pojok ini disebut Pawon Mbah Buyut.

Tur Kelas Merby


Bunga tropis penghias pintu

Ada banyak sekali kelas yang dilengkapi dengan fasilitasnya masing-masing sesuai jenis kursus yang diikuti. Setiap kelas dihiasi lukisan tangan berbentuk bunga-bunga tropis, lengkap dengan nama ilmiahnya masing-masing. 

Menanamkan tanggung jawab pada anak

Hal unik lainnya adalah disediakannya kolong di depan kelas tempat untuk menata alas kaki. Ini dimaksudkan untuk melatih tanggung jawab anak agar menjaga kerapian dan selalu menaruh barang di tempatnya. 

Di sini juga disediakan dua wastafel dengan tinggi yang berbeda sesuai masing-masing kelompok usia anak didik. Sehingga mereka bisa membasuh tangannya sendiri. Benar-benar berkomitmen untuk menanamkan budaya yang baik, ya.

Perpustakaan Perangko dan Uang Kuno

Di sudut deretan kelas, terdapat sebuah perpustakaan yang menyimpan koleksi perangko dan uang kertas terlengkap dari tahun ke tahun. Awalnya koleksi ini adalah milik pribadi, namun kemudian dibuka untuk umum agar dapat berbagi pengetahuan.

Ruang Gambang


Belajar bersama Gambang Semarang

Selanjutnya, kami menuju Ruang Gambang. Sayup-sayup suara gamelan terdengar semakin jelas. Begitu kami memasuki ruangannya, ... Kejutan! Ternyata yang memainkan gamelan adalah anak-anak yang tadinya kami tinggalkan bereksplorasi sendiri usai sambutan.

Di sini, kami diajari menyanyikan lagu khas Kota Semarang diiringi Gambang Semarang. Selain itu, kami juga dikenalkan dengan kendi sebagai alat penyimpan minuman zaman dulu. Kendi biasa ditaruh di luar. Selain agar airnya sejuk, juga untuk berbagi minuman dengan musafir yang lewat.

Dan keherananku sejak kecil tentang Kendi Walik pun terjawab di sini. Jadi, ada jenis kendi yang cara mengisinya itu lewat sebuah lubang di bawah. Namun saat dibalik, air di dalamnya tidak tumpah. Kok bisa, ya? Hayo, tanya ke Klub Merby saja. Hehehe...

Lenggang Semarangan


Berlatih menari Lenggang Semarangan

Dari ruang gambang, kami keluar berkumpul di pelataran yang cukup luas. Pada salah satu dindingnya, terdapat sebuah kaca yang sangat besar. Rupanya ini adalah ruang tari. Di sini, kami belajar tarian daerah khas Semarang, namanya Lenggang Semarangan.

Gerakannya cukup sederhana dan mudah diikuti. Dimulai dengan gerakan seolah sedang bersolek mempersiapkan diri dan ditutup dengan memberi salam. Menurutku, gerakannya cukup kental dengan suasana Melayu. Sebagai contekan, bisa dilihat cuplikannya dalam video di akhir artikel ini.

Presentasi tentang Rumah Oei Lasem

Usai bergerak dengan gembira, kami pun melepas penat sambil minum air mineral dan disuguhi dengan presentasi tentang sebuah bangunan warisan budaya. Namanya adalah Rumah Oei Lasem. Rumah ini kini difungsikan sebagai penginapan.

Bagaimana kamu membaca kata 'Oei'? Yang benar adalah, 'oe' sebagaimana ejaan dulu dibaca sebagai huruf 'u.' Jadi, 'Oei' dibaca sebagai 'Ui' atau dalam aksen Jawa jadi terbaca sebagai 'Wi.'

Membatik, Berkreasi Janur dan Balapan Engrang Batok


Peralatan membatik

Selanjutnya, kami pun kembali ke bawah untuk acara bebas. Di sini, kami bisa memilih untuk membatik, membuat kreasi dari janur atau mencoba berbagai alat permainan tradisional bagi putra-putrinya. Tentu saja semua dengan dibimbing oleh para pengajar di Klub Merby.

Membuat keris dari janur

Untuk kreasi janur, kali ini kami diajari cara membuat model keris. Mungkin agak sedikit sulit bagi yang pertama mencobanya, namun selanjutnya semua terasa lebih mudah dan cepat dibandingkan membuat bungkus ketupat.

Sambil berkreasi, kami juga bercengkrama membahas tentang pentingnya acara-acara semacam ini bagi anak-anak. Selain manfaatnya yang besar, juga untuk meminimalisir kecanduan anak zaman now terhadap gawai.

Secara umum, setiap hal yang dipresentasikan hari itu hanya bersifat sekilas. Klub Merby sangat terbuka lho, jika kita ingin memperdalam lebih lanjut tentang salah satu budaya yang menarik bagi kita. Misalnya ingin diadakan kelas membatik, tutorial kain sarung atau pelatihan kreasi janur.

Balapan engrang batok

Sebagai penutup, sempat diadakan balapan engrang batok bagi anak-anak yang hadir. Senangnya para juara bisa membawa hadiah tambahan dari Klub Merby!

Kedai Dahar


Kedai Dahar

Sejak awal, ruangan ini sudah beberapa kali disebut namun hanya numpang lewat, ya. Kinilah saatnya kami menikmati hidangan khas ndeso di Kedai Dahar. Di sini disediakan nasi, lauk-pauk, sayur masakan, kerupuk dan aneka jajan tradisional.

Saat aku mencicipinya, ternyata rasanya mewah, lho. Tidak ragu-ragu bahan dan bumbunya. Tentu saja dengan sensasi yang cukup manis sebagaimana khasnya kuliner kota Semarang.

Wedang Ronde

Namun bagiku, tampuk juara masih dipegang oleh Wedang Rondenya. Duh, ini Wedang Ronde terbaik yang pernah kurasakan. Terutama bola-bola ketannya itu lho, isinya penuh dan kaya rasa. Pokoknya aku harus balik lagi ke Klub Merby untuk kembali menikmatinya.


Bagi kamu warga Semarang atau yang mampir ke Semarang, sebaiknya agendakan waktumu untuk menjelajah warisan budaya di Klub Merby, ya. Ada banyak pilihan pengetahuan dan keterampilan yang disediakan. Pasti salah satunya akan menancap di hatimu.

Related Posts

27 komentar

  1. Waah serunya... Bisa mampir langsung tanpa harus daftar dulu y mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau sekadar liat2 bisa. tapi kalau mau ada pelatihan ya konfirmasi dulu ya untuk disediakan pemandu dan waktunya

      Hapus
  2. Bisa jadi referensi kalau ke Semarang nih. Ini untuk umum atau harus rombongan mba? Buka setiap hari kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau sekadar liat2 bisa pribadi. kalau mau pelatihan kyknya harus rombongan ya. kecuali memang pas klub merbynya lagi buka event apa gitu

      Hapus
  3. Seruuuu banget mbaaaa...wisata budaya memang selalu menarik dan membuka wawasan kita yaaa. Aku pengen ikutan juga kalau ada kesempatan :)

    BalasHapus
  4. Wah seru sekali, wisata dengan edukasi dan mengusumg budaya emang keren deh :)

    BalasHapus
  5. Hlo kok aku ga minum rondenya sihh. Ketoke enak. Soalnya ronde semarang tuh beda ama ronde cilacap. Jadi kadang ga cocok di lidahku

    BalasHapus
    Balasan
    1. lho? hayo balik ke merby buat icip rondenya. the best deh dari yg pernah aku icipi sepanjang hidup

      Hapus
  6. Salah satu yg kudapat sejak ikut acara ini adalah jadi tertarik main gamelan

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi... aku kenal gamelan sejak sd. emang it's fun

      Hapus
  7. Aku malah baru tahu kalo di kedai Dhahar ada wedang ronde. Seneng pokoknya ke Klub Merby ya mbak, aku jadi bisa belajar bikin batik tulis. Yeay...

    BalasHapus
  8. Huhu aku gagal merapat,acaranya seru banget. Aku sering ke merby tapi baru tahu ada art shop hihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah aman berarti ya selama ini ga kalap belanja hahaha...

      Hapus
  9. duuuh baca postingan ini jadi pengen balik lagi deh pengen belajar tentang batik dan pengen ngajakin nadia lagi main disini

    BalasHapus
  10. Hai hai hai #ngikutin kalimat pembuka 😁 ..., aku salah satunya yang menanti kabar artikel terbaru kak Farida hehehe ...

    Keren banget wisata budaya ini,kak.
    Melestarikan kesenian traditional agar ngga hilang begitu saja tergerus jaman.

    Lihat suguhan jamu pakai batok kelapa, waah itu mengingatkan beberapa tahun lalu saat beli jamu semua pedagangnya pakai batok kelapa.
    Sekarang berganti semua pakai gelas 😓

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, padahal baru bbrp tahun dah susah nemu batok kelapa ya..

      Hapus
  11. Mupeng banget baca postinganmu Mba, semoga ya aku dapet kesempatan lain kali buat ikutan hiks.

    BalasHapus
  12. Bagus banget ya buat belajar seputar budaya Jawa khusunya Semarang 😍👍👍

    BalasHapus

Posting Komentar