header permata pengalamanku

Susah Minta Maaf dan Memaafkan? Begini Psikologinya!

20 komentar
minta maaf

Alasan Sulit Minta Maaf

Minta maaf merupakan salah satu cara meredam konflik dan memperbaiki sebuah hubungan yang retak. Kendati sekilas terasa melegakan,  dampak minta maaf bisa positif atau negatif bagi kesehatan mental, tergantung niatnya. Itu sebabnya, sebagian orang ada sulit meminta maaf. Kenapa, ya?

Mengancam Harga Diri

Sebagian orang enggak terbiasa legawa mengakui kesalahan karena bertentangan dengan karakter atau kepribadiannya. Mereka berpikir, melakukan kesalahan adalah kejahatan, kelalaian berarti enggak peduli, dan kekeliruan itu artinya bodoh. 

Malu

Umumnya, rasa bersalah bikin seseorang merasa enggak enak dan dia merasa lega setelah meminta maaf. Namun, ada juga yang justru merasa enggak nyaman dan malu setelah meminta maaf karena terpaksa melakukannya. Mereka yang terpaksa minta maaf bisa mengalami krisis identitas.

Enggan Bertanggung Jawab

Beberapa orang merasa, dengan meminta maaf, dia jadi harus bertanggung jawab atas suatu persoalan, termasuk hasil kesalahan orang lain. Hal ini membuatnya enggan meminta maaf karena memang umumnya dalam permasalahan selalu ada andil pihak lain, jarang banget hanya berupa kesalahan tunggal. 

Malas Berhadapan dengan Kesalahan Bertumpuk

Ada juga yang merasa meminta maaf hanya menjadi pintu pembuka bagi tuduhan dan konflik lainnya. Dia khawatir orang lain jadi berkesempatan mengungkit kesalahan sebelumnya sehingga tampak lebih parah dari aslinya.

Takut Kesalahan Lain Terungkap

Bisa jadi, kesalahan yang tampak sesungguhnya hanya puncak dari sebuah gunung es. Ada lebih banyak lagi kesalahan yang terkait dengan hal tersebut. Sehingga, mengakuinya akan membuatnya mudah tergelincir untuk membuka hal-hal yang masih ditutupinya itu.

Khawatir Pertahanan Psikologis Jebol 

Beberapa orang cenderung nyaman meluapkan emosinya dengan rasa marah, mudah tersinggung, atau menjaga jarak alih-alih meminta maaf. Mereka khawatir jika meminta maaf akan membuatnya hancur dan putus asa. 

Beberapa persepsi keliru di atas sebenarnya bersifat traumatis dan merusak kesehatan mental. Kalau kamu merasa susah minta maaf, coba cek kesehatan mental ke psikologi, atau konsultasi psikiater jika diperlukan.

Alasan Sulit Memaafkan

Selain, susah meminta maaf, kita juga perlu waspada jika termasuk orang yang sulit memaafkan. Umumnya, kita percaya bahwa butuh waktu untuk memaafkan. Sejumlah faktor bisa membantu proses memaafkan ini menjadi cepat.

Misalnya, karena memang pihak yang memaafkan ini orang yang baik. Mereka peduli terhadap nasib orang lain, rendah hati, dermawan, dan ramah. Bisa juga karena faktor keterikatan interpersonal, dukungan sosial, religiusitas, berat-ringannya perbuatan zalim yang dirasakan, dan sebagainya. 

Proses Memaafkan

Tampaknya memang normal jika kita enggak bisa langsung memaafkan orang lain. Para ahli psikologi seperti Robert Enright percaya ada tahapan yang dilalui seseorang untuk betul-betul memaafkan, yaitu:

  1. sakit hati dan dendam
  2. mulai memikirkan pemaafan
  3. aktivitas memaafkan
  4. merasakan adanya internalisasi kebermaknaan memaafkan.

Jauh sebelum Robert Enright, lebih kurang 1000 tahun lalu, argumentator Islam Imam Al-Ghazali, juga menyampaikan pemaafan itu berlangsung bertahap. Tentu tahapnya disiapkan dan dijalani orang-orang yang berkomitmen memaafkan. Tahapan itu adalah:

  1. Gadhab (marah)
  2. Hilmun (pengendalian rasa tersinggung)
  3. ‘Afwun (memaafkan) 
  4. Ihsan (membalas dengan kebaikan)
  5. Rifqun (lemah lembut)

Siapa yang Sulit Memaafkan?

Orang disebut sukar memaafkan ketika dia terlalu lama berada di tahap pertama. Tipe yang paling sulit memaafkan adalah kepribadian neurotisisme. Ciri-ciri penting dalam orang tipe ini adalah mudah merasa marah, sedih, stres, cemas, dan depresi. 

Dengan perasaan itu, individu selalu diliputi rasa permusuhan terutama terhadap orang yang pernah menyakiti hatinya.  Orang yang bertipe neurotis adalah orang yang tidak stabil secara emosi. Mereka mudah terpengaruh oleh suasana hati akibat stimulasi tak menyenangkan dari lingkungan. Istilah populernya adalah baper.  

Nah, lo? Kalau kamu merasa gampang baper, yuk coba ditata ulang agar semuanya bisa berjalan proporsional. Jangan ragu untuk meminta bantuan orang terdekat yang kamu percaya. Mereka merupakan orang yang bisa memudahkanmu mengenali diri. 

Jika perlu, berkonsultasilah ke ahli seperti psikolog, psikiater, terapis dan semisalnya. Mereka memiliki metode yang berbeda untuk membantu menjadi pribadi yang lebih baik. Salah satu atau beberapa di antaranya bisa jadi cocok untukmu. Semangat!                                                                                                                                                                                                 

Related Posts

20 komentar

  1. Ternyata ada beberapa tahapan bagi seseorang untuk bisa memaafkan ya. Wawasan baru nih seputar psikologi. Kadang kita ngadepin orang yang udah jelas-jelas salah, tapi nggak mau minta maaf dan merasa paling benar. Nah kalau gitu berabe juga ya. Kalau didiemin jadi kebiasaan.

    BalasHapus
  2. terimakasih remindernya, semoga saya bisa jadi pribadi yang lebih baik yang mudah minta maaf dan memaafkan

    BalasHapus
  3. Sering banget menghadapi orang yang udah salah gak mau ngaku salah dan gak mau minta maaf. Bikin stress dan jengkel kadang-kadang
    Pengen maafin tapi kok rasanya sulit kalau terus diulang-ulang, huhuhu

    BalasHapus
  4. Sesuai pengalaman saya, banyak sekali orang yang menjadikan tameng minta maaf untuk mengulang lagi kesalahannya. Misalnya sudah menyakiti orang lain, maka minta maaf, besok mengulang lagi. Kebetulan saya pernah tinggal di lingkungan seperti itu. Saat anak meledek temannya, orang tua buru-buru menyuruh minta maaf, tapi tidak mengajarkan anak agar tidak boleh mengejek. Katanya, namanya juga anak-anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul. kalau yang ini kasusnya terlalu mudah minta maaf, ya

      Hapus
  5. Saya juga sering banget memperhatikan beberapa anak zaman sekarang sulit banget loh untuk minta maaf. Sepertinya gengsi menjadi penyebabnya. Apalagi kalau sudah berkelompok. Semoga adab minta maaf dan memaafkan bisa kembali tumbuh di generasi sekarang.

    BalasHapus
  6. Kalau meminta maaf saya cukup mudah apalagi tahu saya salah undah pasti dna bakalan minta maaf, termasuk memaafkan saya juga mudah. Tapi kenapa orang lain begitu sulitnya meminta maaf kalau mereka salah, tidak pada saya, tapi mungkin ke orang lain, saya perhatikan itu di beberapa lingkungan, sepertinya sebuah gengsi saat mereka mengucap maaf

    BalasHapus
  7. Iya sih. Aku mengetahui beberapa orang yang sulit banget buat minta maaf. Bahkan untuk kesalahan yang jelas-jelas dia lakukan. Pun orang yang sulit memaafkan. Nggak perduli seberapa keras orang yang bersalah padanya berusaha membangun hubungan baik dan meminta maafnya.

    BalasHapus
  8. Walau gak mudah untuk memaafkan maupun minta maaf, tetapi memang harus diusahakan ya, karena kaitannya sama kesehatan mental juga

    BalasHapus
  9. semoga kita menjadi orang yang mudah memaafkan dan dengan berjiwa ksatria mampu meminta maaf ketika salah yaa mba, soalnya itu perihal yang dasarr banget ya

    BalasHapus
  10. Maaf, kata yang sederhana namun penuh arti. Tapi ya, kadang ada yg enggan meminta maaf karena gengsi.

    BalasHapus
  11. memaafkan itu ada tahapannya ya ternyata. ini nih pasti soal ego ya

    BalasHapus
  12. Saya dulu sulit memaafkan orang lain. Tapi setelah hati mulai ditata, sekarang perlahan bisa memaafkan. Memang butuh proses.

    BalasHapus
  13. Masih harus belajar lagi nih buat bisa memaafkan orang lain, soalnya kadang masih suka gengsi kalau minta maaf.

    BalasHapus
  14. Benar banget, malu dan gengsi biasanya seseorang sulit meminta maaf. Kalau dulu sih saya iya tapi semakin kesini saya lebih mudah memaafkan dan biasanya gak bawa ke hati dan memilih melupakan saja.

    BalasHapus
  15. Mwehee, setuju banget proses memaafkan itu yang agak memakan waktu. Kalau minta maaf sih kerasa lebih mudah bagi saya daripada memaafkan. :3

    BalasHapus
  16. Semenjak anak-anakku beranjak remaja, aku mulai belajar meminta maaf dan memaafkan. Makin tambah umur bener banyak belajar dari anak dan lebih sabar. Yang tadinya gengsi, ditekan lagi egonya, jadi kalau salah ya berani meminta maaf, biar mereka juga meniru hal seperti ini.

    BalasHapus
  17. Memaafkan ini bagi anak kecil, tampak begitu mudah. Namun, bagi orang dewasa, proses memaafkan oranglain tampak berliku dan panjang. Semoga kita bisa senantiasa menjadi pribadi yang bersih dan senantiasa membuka pintu maaf yang sebesar-besarnya pada orang lain yang mungkin saja gak bermaksud menyakiti hati kita.

    BalasHapus
  18. Memaafkan mungkin mudah diucapkan tapi harus diakui tidak semudah itu untuk dilakukan. Sekarang sedang dlm tahap belajar no baper-baper. Efeknya luar biasa loh, jadi lebih positif dan bisa santai menghadapi berbagai karakter orang. Semoga step selanjutnya jadi lebih mudah meminta maaf dan memaafkan.

    BalasHapus
  19. Orang yg sulit meminta maaf, menurutku tipe arogan. Dan pasti ada yg salah dengan cara didikannya di rumah. Makanya terbawa hingga besar. Dari kecil, aku selalu tekanin anak2, bahwa minta maaf bukan sesuatu yg memalukan. Hanya orang2 berjiwa besar yang mau merendahkan hatinya utk meminta maaf.

    Beda lagi dengan sulit memaafkan.terkadang kita harus tahu dulu sebesar apa kesalahan yg dilakukan orang lain itu. Kalo memang sangat menyakitkan, aku masih bisa ngerti kenapa mereka sudah memaafkan. Tapi bukan berarti itu benar Yaa. Krn dlm Islam aja disarankan utk memaafkan sesama. Ya masa Tuhan aja maha pengampun, kitanya ga 😁

    Lagian capeeek mendendam itu mba. Pikiran jadi ga tertekan, kepikiran dendam, ga bisa happy. Jadi aku sendiri memilih utk melupakan kalo ada yg jahat. Maafin, tapi aku ga mau utk berhubungan lagi, drpd sakit hati keduakali 😄.

    BalasHapus

Posting Komentar