header permata pengalamanku

Menghafal Alquran Seumur Hidup

18 komentar

Berada di bulan yang diapit 2 hari raya dalam penanggalan Hijriyah ini memang rasanya istimewa. Bulan Dzulqa'dah, bulan di antara Syawal dan Dzulhijjah. Membuatnya masih tersuasana dengan nafas religi dari Idulfitri dan persiapan menyambut Iduladha.


Membaca tulisan Mbak Muthmainnah Yuria tentang Mengajari Balita Hafal Alquran dengan Ceria seakan menyuarakan kerinduan untuk tidak hanya menjadi baik bagi diri kita sendiri, melainkan juga keinginan untuk mampu mencetak generasi yang terbaik di masa mendatang. Dimulai dari rumah kita dengan mendidik anak-anak kita agar mencintai, membaca, mempelajari, menghafal dan mengamalkan Alquran sebagai panduan hidupnya.  

Wahai Para Orangtua Muslim, apakah memiliki anak penghafal Alquran juga merupakan salah satu agendamu? Kapankah Anda mulai mengajarkannya? Di usia berapakah Anda menargetkan anak-anak berhasil menghafal seluruh ayat Alquran?

Jawabannya bisa jadi bervariasi, ya. Dan itu sah-sah saja. Mengingat memang setiap keluarga bisa jadi memiliki fokus, potensi, kondisi dan situasi yang berbeda satu sama lain.

Kalau aku pribadi, bagaimana? Ya, tentu saja memiliki anak-anak penghafal Alquran itu sangat membahagiakan. Senyampang masih ada jalan untuk bisa mewujudkannya, maka kami berdua sebagai orangtua berusaha untuk terus menekuninya.

Mencuatkan Performa Terbaik Anak Sesuai Bakatnya



Ada satu hal yang tak boleh terlupa saat kita menetapkan sebuah target pencapaian bagi anak. Yaitu fakta bahwa setiap anak memiliki karakter yang unik. Bisa jadi masing-masing memiliki bakat dan cara yang berbeda dalam menghafal. Dan tugas orangtualah untuk menggali potensi anak dan mengasahnya dengan cara yang tepat bagi tiap-tiap mereka.

Di antara anak-anak kami, memang Si Kedua yang paling dini menunjukkan kemampuan hafalannya. Hal ini disebabkan cara belajarnya yang cenderung auditorial. Sehingga pas dengan penerapan sering-sering memperdengarkan bacaan Alquran.

Sejak usia 2 tahun, dia sudah menunjukkan minat yang besar menyimak saat Alquran dilantunkan. Dan di usia 3 tahun, dia sudah mampu membacakan kembali apa yang direkamnya selama ini, Tak hanya satu Juz 'Amma, namun juga beberapa surat panjang dalam juz-juz yang lain. 

Karena memang semuanya murni bersumber dari apa yang diserap dan disimpan di memorinya. Kami tidak menjadwalkan secara rutin baginya untuk belajar menghafal saat itu. Makanya hafalannya juga tidak urut per juz. Melainkan berdasarkan mana yang paling berkesan baginya sehingga lebih mudah diingatnya.

Sedangkan Si Sulung adalah anak visual. Segera setelah ia bisa membaca huruf di usia 5 tahun, dia pun berkejaran dengan adiknya dalam menghafal Alquran hingga hari ini. Karena memorinya tentang bacaan Alquran yang sebelumnya ia dengar, bisa terikat lebih kuat dengan cara sambil membaca teksnya berulang-ulang.

Yang Ketiga lebih unik lagi. Karena sepertinya dia ada bakat disleksia walau ringan. Hingga usia menjelang 8 tahun ini dia belum lancar membaca dan menulis. Cara bicaranya pun kadang gagap sejak usia 4 tahun.

Kalau aku menebaknya sih, karena sejak usia itu dia mulai suka menonton video berbahasa Inggris. Sehingga kerap ia kebingungan menyampaikan sesuatu karena masih sibuk memilah istilah di antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sehingga pengenalan Bahasa Alquran baginya tentu menjadi tantangan tersendiri.

Makanya saat ini Si Ketiga menjadi sparing partner adiknya, Si Keempat, dalam mencapai penguasaan yang umum di kalangan usia Sang Adik. Sebagaimana Si Sulung dan Si Kedua. Bedanya, pasangan ini berkejaran di milestone Sang Kakak.

Sekelumit kisah tentang Si Ketiga bisa dibaca di artikel Animals in The Nest Was So Good. Sedangkan gambaran tumbuh kembang Si Keempat ada di artikel Cherish Every Moment, Celebrate Every Day.

Bagaimana dengan pasangan terakhir? Belum tampak betul sih, bakatnya dalam menghafal Alquran. Yang terlihat baru Si Kelima cepat menirukan kalimat apa pun dalam sekali dengar dan Si Bungsu sangat berminat berkomunikasi timbal-balik sejak menjelang usia 3 bulan.

Cinta, Awal Segalanya

Lalu, di usia berapakah anak-anak ditargetkan sudah hafal Alquran? Kalau kami, tidak ada target usia soal itu. Karena target kami sesungguhnya bukan menjadikan anak-anak (sekadar) penghafal Alquran. Melainkan senantiasa menjadi para pengamal Alquran hingga tutup usia.

Toh, di usia berapa para sahabat Nabi mulai menghafal Alquran? Yang termuda adalah Ali radhiallahu anhu, sejak usia 8 tahun. Berapa lama mereka hingga akhirnya menghafal seluruh ayat Alquran? Setidaknya 23 tahun lamanya. Karena itulah rentang waktu turunnya Alquran.

Maka kami bertekad untuk menyiapkan energi setidaknya sebanyak, sebesar dan selama itu. Kami akan memulainya dengan menanamkan rasa cinta pada Alquran. Sehingga anak-anak merasa gembira berinteraksi dengannya.

Kami mencari ritme interaksi yang sekiranya dapat mereka terapkan hingga dewasa nanti. Saat makin banyaknya tugas dan godaan. Agar mereka tetap berusaha membaca, mempelajari, menghafal dan mengamalkan karena banyaknya keutamaan.

Tak apalah jika sekiranya membutuhkan 23 tahun bagi mereka untuk baru bisa menghafal Alquran. Dan kemudian mengulang-ulangnya di sepanjang umur. Yang penting, setiap proses dijalani dengan benar dan lengkap.

Hafalan adalah kemudahan bagi kita untuk dapat mengamalkan Alquran. Mendapatkannya adalah sebuah bonus berharga. Untuk itu, anak-anak tidak diminta menaklukkan target apa pun kecuali menaklukkan dirinya sendiri.

Selama mereka masih bersedia belajar dan menjadi lebih baik dari diri yang sebelumnya, maka itu berarti mereka telah berada di jalur yang benar. Agar mereka tidak hanya mampu menjaga konteks Alquran dengan amalan, melainkan juga ikut menjaga teks Alquran dengan hafalannya.

Bagaimana dengan Anda? Bagi pendapat dan pengalamannya di komentar, ya. Tentu akan menjadi masukan yang sangat berharga bagi kami. Terimakasih sebelumnya ^_^  

Related Posts

18 komentar

  1. masha allah inspiring mba..semoga saya bs menerapkan jg dengan kedua anak saya, saat ini yang besar (5 thn) baru saya ajarkan iqro, hafalan2 surat pendek. lingkungan jg memang hrs mendukung.saya msh berjuang untuk lingkungan tumbuh kembangnya, agar dia semangat belajar dirumah. slm knl ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga. Alhamdulillah jika bermanfaat. Semoga harapan kita semua tercapai ya ��

      Hapus
  2. Mantap, Mbak Farida ini.. Untuk memulai segala sesuatunya memang perlu cinta ya, diawali dengan cinta anak-anak bisa belajar membaca dan menghapal Al Quran. Semoga tetap berlanjut. Dan tidak ada yang tidak mungkin ya, kalau anak-anak bisa menjadi hafidz Al Quran. Semangat ya, Mbak Farida..

    BalasHapus
  3. Inspiring babget ini. Aku masih sebatas menyalakan murotal. Kadang anakku cuek, kadang mau ngikuti asal2. Maklum. Ngomonge blm cetho hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. gpp, mbak. memang usia segitu cara paling efektif dengan terbiasa mendengar dan teladan kok :)

      Hapus
  4. Jadi keinget waktu pertama kali memperkenalkan keponakan-keponakan dengan huruf-huruf Hijaiyah. Kudu sabar memang karena setiap anak itu memang berbeda ya mbak.

    BalasHapus
  5. Waah...inspiring banget Mbak. Baru nemu blog mbak ini. Anak saya yg paling kecil 2 tahun. Penginnya sih biar jd penghafal Quran. Sepertinya dia juga tertarik dengan ngaji dan sholat. Terkadang baru saya ajarin niruin al fatihah
    Dia bisa karena sering dengar murottal. Senang sekali membaca pengalaman mbak dengan anak anak tentang hafalin Quran ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah. semoga putranya jadi anak shalih dan dimudahkan menjadi penghafal quran :)

      Hapus
  6. Kedua anak yang membanggakan kak Farida.
    Salut, kak..

    BalasHapus
  7. Anakq waktu speechdelay 2th lebih sering talqin mak..
    Alhamdulillah dapat semua sekarang hafalan+cerewet tanpa cedal.
    Banyak manfaatnya mengajarkan hafalan quran kepada anak ya mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah. iya yg penting stimulasi jgn putus ya :)

      Hapus
  8. Wah didik jadi Hafizh dari dini memang baik

    BalasHapus
  9. postingan inspiratif ini. apalah daku yang belum bisa mengajak anak :(

    BalasHapus

Posting Komentar