header permata pengalamanku

Agar Ibu Tidak Lagi Baper dengan Anak Perempuan

28 komentar
baper

Apakah kamu seorang ibu yang memiliki anak perempuan? Bagaimana kualitas hubungan kalian? Sangat akrab atau malah sering baper? Memang, sebagai sesama makhluk yang didominasi perasaan, bentuk hubungan ibu dan anak perempuannya itu kadang tampak rumit.


Apa Sih, Baper Itu?


Sebelum kita terlanjur bicara panjang lebar, kita samakan dulu ya, persepsi tentang baper. Jadi, baper itu adalah singkatan dari 'bawa perasaan.' Kata ini mengacu pada kondisi di mana seseorang jadi terbawa oleh perasaannya saat menghadapi sesuatu.

Bisa ditebak, perempuan adalah subjek yang lebih mudah baper dibandingkan laki-laki, ya. Apa lagi kalau dia seorang ibu. Apa lagi kalau menyangkut anak perempuan. Apa lagi pada anak perempuan tertua. Apa lagi kalau anak ini memasuki usia remaja, makin meningkat deh, derajat ke-baper-annya.


Mengapa Ibu Lebih Baper Pada Anak Perempuan Tertua?


Sebenarnya, hal ini juga terjadi pada ayah terhadap anak laki-laki tertuanya. Sekitar 2 minggu lalu aku mengikuti sebuah kulwap parenting yang dipandu seorang psikolog ternama, yaitu Mbak Anggia Darmawan. Saat sesi tanya-jawab, ada pembahasan menarik tentang ini.

Jadi, menurut Beliau, hal ini disebabkan oleh keinginan para orang tua agar anaknya bisa menjadi seperti atau justru tidak seperti mereka waktu kecil atau masih muda. Nah, lho? Bingung, kan

Jadi, cekcok di antara keduanya itu bisa karena perbedaan sifat sehingga sulit untuk sejalan. Atau sebaliknya, karena kesamaan sifat yang tidak diingini para orang tua. Padahal, namanya anak ya mewarisi sifat dari siapa kalau tidak dari orang tuanya? Hihihi ...

Jadi, intinya menjadi anak itu memang serba salah. Semua itu pada dasarnya karena setiap orang tua ingin anaknya menjadi yang terbaik. Apakah itu dengan berusaha menghilangkan sifat yang bertentangan dengan dirinya, atau justru dengan tidak menjadi seperti dirinya.

Mengapa pertikaian paling sengit terjadi pada anak-anak tertua masing-masing jenis kelamin, karena memang ini adalah masa awal para orang tua belajar menyesuaikan diri dengan kondisi anaknya. Sehingga biasanya mereka akan lebih kalem menghadapi anak-anak berikutnya karena hasil belajar.

Kondisi serba salah ini akan semakin menjadi jika urusannya antar sesama perempuan, yaitu antara ibu dan anak perempuan tertuanya. Jika sebelumnya ibu hanya bisa baper sendirian, maka berikutnya Sang Anak akan mulai menjadi lawan tandingnya saat menginjak usia remaja, masa pemberontakan!

Baca juga: Because I Am A Girl.

baper

Hubungan Istimewa Antara Ibu dan Anak Perempuannya


Menurut penelitian yang dipaparkan dalam Journal of Neurosciences, struktur otak dan kelainan suasana hati secara genetik diturunkan dari ibu ke anak perempuan. Hal ini tidak ditemui pada hubungan ibu-anak lelaki, ayah-anak perempuan, atau ayah-anak lelaki.

Ibu dan anak perempuan cenderung lebih bisa memahami satu sama lain dan mengaitkan emosi mereka, dibandingkan dengan orang lain. Hubungan antara ibu dan anak perempuan adalah yang paling murni dari semua hubungan. Ibu seperti perisai emosional bagi anak perempuan.

Saat ibu dan anak perempuan saling dekat, secara umum, otak pun ikut memproses emosi menjadi lebih baik. Makanya, jangan sampai kita menyia-nyiakan kualitas hubungan yang istimewa ini, ya.


Menjaga Hubungan Ibu dan Anak Perempuan Agar No More Baper


1. Membekali Diri dengan Ilmu


Ada kalanya ibu memperlakukan berbeda antara anak lelaki dan perempuan. Hal ini menjadi pertanyaan besar bagi Sang Anak. Bisa jadi, hal ini karena ibu tak benar-benar tahu bagaimana seharusnya memperlakukan anak lelaki dan perempuan, apa persamaan dan perbedaannya.

Makanya, ibu perlu terus belajar ya, untuk membekali diri tentang cara mendidik setiap anaknya. Termasuk juga cara mengomunikasikan ke anak agar anak paham dan menerima sikap yang diambil Sang Ibu. Ibu juga perlu mengetahui kondisi zaman sekarang sebagai bahan pertimbangan.

Baca juga: Bacaan Bergizi untuk Millenial Mama.

2. Menemukan Penyebab Konflik


Lakukan evaluasi, apa yang menjadi penyebab terjadinya konflik. Apakah karena perbedaan antargenerasi, perbedaan sifat atau justru persamaan sifat. Bila konflik terlampau tajam dan berlarut-larut, jangan segan meminta pendapat dari konsultan keluarga yang dipercayai bersama.

3. Menjadi Teladan


Putri kita memang ingin membangun identitasnya sendiri. Namun, kita dapat mengajarkannya hal-hal yang membentuk karakternya secara positif. Pelajaran seperti ini tentu ia perlukan saat menghadapi dunia, agar kita pun tidak berkepanjangan mengawatirkannya hingga baper.

4. Menjadi Pendengar yang Baik


Buat anak merasa dekat dan nyaman bercerita. Tak perlu selalu menanyakan hal yang menyudutkannya. Justru tanyakanlah perasaannya hari ini. Dengarkan ceritanya dengan penuh perhatian dan rasa tertarik. Cobalah untuk tidak memberikan saran langsung kecuali diminta.

Jangan lupa menutup sesi bercerita ini dengan memberikan pelukan dan ciuman yang hangat untuk anak perempuan kita.

5. Nikmati Waktu Bersama


Ibu dan anak bisa bernostalgia tentang masa kecil anak, saat-saat yang lucu dan mengesankan. Hal-hal seperti itu akan membuka peluang ibu dan anak perempuan menemukan kesamaan dan memahami riwayat mereka di dalam keluarga. Sering-seringlah menghabiskan waktu bersama Sang Putri. Memasak, jalan-jalan, berbelanja, ke salon dll. 

Kegiatan bersama-sama ini akan mengokohkan kedekatan ibu dan anak perempuan, sehingga membuat hubungan emosional di antaranya keduanya menjadi semakin baik.

6. Mendukung Minat Anak


Pelajari apa yang dia sukai dan dukunglah selama tidak melanggar norma yang berlaku dalam keluarga. Ketahui hasratnya dan jelajahi bersama-sama! Tak ada salahnya jika membuat daftar hal-hal apa saja yang menyenangkan dan menarik yang dapat kalian lakukan bersama.

7. Menghargai Pencapaian Anak


Sekecil apa pun, hargailah setiap kemajuan anak. Bagaimana pun, anak-anak masihlah pribadi yang belajar. Kesalahan dan kegagalan itu memang wajar terjadi pada diri mereka. Makanya, kalau mereka bisa berhasil menunjukkan perbaikan, itu hebat sekali dan apresiasilah.

8. Memotivasi dengan Konsisten


Daripada digunakan untuk hal-hal yang bisa berakibat negatif, ada baiknya kita memanfaatkan sifat cerewet sebagai perempuan untuk kebaikan. Misalnya, untuk tak kenal lelah mengingatkan dan mendukung anak terus hingga sampai pada impiannya.

9. Menegurnya dengan Baik


Ilmu Seni Menegur Anak ini aku dapatkan dari Bunda Lisa, seorang bloger yang banyak menulis artikel parenting di blognya. Ada beberapa poin bagus yang menambah pengetahuanku tentang cara menegur anak dengan benar. Silakan meluncur ke sana untuk mengetahui detilnya, ya!

10. Melindungi dengan Doa


Setiap ibu pasti ingin melindungi anaknya. Namun, tentu saja ia tidak bisa selalu ada di dekat anak. Segala kekawatiran yang bermain dalam benak memang membuat ibu jadi baper. Maka, gunakan senjata andalanmu! Lindungilah anak dengan doa, karena doa ibu bagi anaknya itu akan terkabul.

Apa lagi, ya? Ada saran?

Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'

Related Posts

28 komentar

  1. Aku emang ngerasa anak perempuan itu lebih banyak waktu luang bersama saya. Ada juga waktu waktu terus buat kami ngobrol bareng mba :)

    BalasHapus
  2. Anakku dua2nya perempuan..So far termasuk dekat sih meskipun kadang untuk beberapa hal sering berdebat...hehehe..

    dianesuryaman dot com

    BalasHapus
  3. Walau seringa du argumen dengan Ibu, tapi sebagai anak tertua aku tidak bisa lepas dari sosok Ibu. Ikatan perasaan dengan Ibu itu memangbesar, walau urusan jalan-jalan lebih senang dengan Bapak karena apa pun pasti dibeliin. Hehe

    BalasHapus
  4. Sepertinya sama anak laki-laki juga begitu. Saya sering bapernya sama anak pertama. Sering berargumen, tapi juga sering akur banget. Anak pertama saya laki-laki. Kalau sama yang perempuan justru lebih 'aman' :D

    BalasHapus
  5. Saya menyadari, hubungan ibu dengan anak perempuannya istimewa. Saya bukan sama yang sulung. Anak tengah saya perempuan, dan dia satu2nya perempuan. Memang secara tidak sadar sering pengen dia jadi seperti saya atau malah lebih baik daripada saya.

    Oya, tentang yang diwariskan kepada anak perempuan dari ibunya, saya pernah nonton acara Oprah Winfrey, tentang topik itu, Mbak. Dan saya merasakan memang kekhawatiran ibu saya koq ya turun ke saya. Termasuk ketakutan2nya.

    Sementara saya gak dekat secara batin dengan ibu jadinya saya belajar keras untuk mencoba menerapkan kepada anak sebaik mungkin yang saya pelajari

    BalasHapus
  6. Meski anak sulung saya laki-laki, saya juga suka baperan kalau lagi adu argumen sama dia, heuheu...

    BalasHapus
  7. jadi ingat hubungan saya dan mama dulu. mama kelewat baper akhirnya kami jarang akur. adaaa ajah yg dimasalahin. sekarang mah udah akrab

    BalasHapus
  8. Faridaaaa kamu keren buanget masih sempat ikutan blog challenge segalaaaaa
    duh, aku kok selalu takjub dgn pencapaian dirimu yaaakk
    BRAVOOOO

    BalasHapus
  9. Pantesan tulisannya panjang bgt, ini lg diikutsertakan lomba ya? semoga menang ya, habis saya baca ulasannya bgs bgt..

    BalasHapus
  10. bener banget, kadang orang tua nggak pengen anaknya kayak dirinya waktu kecil. Ini kadang membuat saya dan suami berselisih paham.

    BalasHapus
  11. Kebetulan sebagai anak perempuan yang kadang mamahku juga suka kebawa perasaan, ini sepertinya masih terjadi hingga saya sebesar sekarang ini. Bahkan kadang mamahku masih menganggap saya dan adikku ini masih anak-anak.

    BalasHapus
  12. Walaupun gak punya anak perempuan, kadang aku juga baper sama anak sulung mbak. Jadi orangtua harus terus belajar gak ada hentinya ya. Selesai bisa mengatasi satu masalah nanti ada lagi.

    BalasHapus
  13. Mba Ida...
    Artikelnya amat sangat mencerahkan.
    Syukak!
    Semuanya aku alami, hihihi, karena aku hanya punya anak 1 perempuan.

    BalasHapus
  14. Tulisan keren ini kudu dibintangin, benar banget semua poinnya, biarkan anak akrab dengan kita dan nyaman bercerita juga bentengi mereka dengan doa..

    BalasHapus
  15. Kadang-kadang sifat seorang Ibu memang begitu. Saya yang sudah besar begini juga kadang berbeda pendapat dengan Ibu. Terus, jadilah kami baper dua-duanya.

    Semoga nanti kalau saya punya anak perempuan, saya tidak gampang baperan.

    BalasHapus
  16. Poin sembilan tuh yang selalu aku lakukan, karena aku yakin doa ibu insyaallah akan melindungi anak-anak nya

    BalasHapus
  17. Yang paling penting itu ya waktu bersama, karena di situlah hubungan itu dibangun :).

    BalasHapus
  18. Ndakpunya anak cewek :")
    Tapi mamaku dan aku deket banget walau sering berantem kecil2an
    Jadi kangen mama "')

    Met hari ibu mak :*

    BalasHapus
  19. Apakah ini berlaku buat anak yang udah remaja gtu mbak? Krn anak perempuanku masih kecil dan alhamdulillah ngintilin aku terus hehe
    Tapi kyknya gak cuma terjadi ke anak perempuan, bisa jd anak laki jg, emang ibu harus bisa berkomunikasi dengan anaknya supaya memperoleh kepercayaan dr mereka terus ya

    BalasHapus
  20. Saya dan anak saya sekarang ini seperti Tom and Jerry bawaannya gimana gitu ya. Antara gemes lucu dan geram haha.

    BalasHapus
  21. Hmm.. points to ponder banget ya. So far my daughter is so sweet dan in line dengan kami, ayah ibunya. Kalau abangnya yg lebih ABG memang mulai menunjukkan jati dirinya..I guess it all depends on the characters of the kids as well

    BalasHapus
  22. Jadi ingat, dulu pas kecil, aku dan ibu memang sering konflik. Kemiripan sifat sepertinya pemicunya. Sama-sama keras kepala..hihi .untung ada bapak yang menengahi. Betul, lindungi anak dengan doa, itu yang utama. Semoga Allah senantiasa melindungi anak-anak kita. Aamiin...

    BalasHapus
  23. Mencoba mengingat-ingat, apa yang menimbulkan kebaperan di antara aku dan sulungku. ;)
    Mungkin karena kami terpisah atap selama bertahun-tahun kalik ya, jadi kalau ketemu yang dipikirin yang asyik-asyik aja. Satu-satunya yang bikin konflik adalah penggunaan gawai yang berlebihan setiap kali dia pulang liburan.

    BalasHapus
  24. Female and their feelings

    tsk tsk tsk

    Hehehhe
    #ditoyor

    Ngga juga sih, cowok yang melankolis juga rada-radagampang baper
    Dikit-dikit pake hati
    Dikit-dikit ngena ke perasaan

    BalasHapus
  25. Karena anak-anakku masih kecil aku belum baperan sama mereka. Tapi aku merasakannya pada ibu ku lho mbak. Beliau sering banget baperan denganku. Kalau sama adekku yang cowok enggak

    BalasHapus
  26. hahaha, untung anak tertuanya laki-laki di keluarga saya, jadi bisa terkurangi lah unsur bapernya. Namun, tetap saja sebagai calon ibu2 lainnya perlu sepertinya membaca artikel seperti ini.

    BalasHapus
  27. Nice info deh mba. Membaca ulasannya gmn ortu dengan anak tertua kayaknya saya harus ikut konseling nih. Konflik mulu :(

    BalasHapus
  28. Alhamdulillah, aku dan anak gadisku seperti dua orang teman. Awal dia puber, bener mbak, aku nyaris stres. Kok begini ya punya anak cewek. Akhirnya belajar lagi dengan baca buku. Dan hasilnya, taraaa, Allah Maha Baik.

    BalasHapus

Posting Komentar