header permata pengalamanku

Tentang Childfree dan Reparenting Inner Child

18 komentar

 childfree

Ini adalah puncak dari rangkaian parade webinar Happy Innerchild yang diselenggarakan Ruang Pulih setiap minggu. Sesi pertama diisi oleh Ibu Anggun Meylani Pohan yang membawakan materi tentang childfree yang belakangan marak setelah pernyataan seorang selebritis yang secara terang-terangan memilihnya sebagai jalan kehidupan rumah tangga. Pro dan kontra pun sontak bersaut-sautan di dunia maya. Lalu, bagaimana sebaiknya kita menyikapi hal ini?

Bedanya Childfree dan Childless

Ibu Anggun mengingatkan terlebih dulu perbedaan antara childfree dan childless. Childfree adalah memilih untuk tidak memiliki anak setelah menikah karena berbagai alasan, seperti: finansial, adanya pengalaman yang tidak baik  saat dalam masa pengasuhan, hingga ingin mengurangi populasi. Sedangkan childless merupakan kondisi pasangan suami-istri yang tidak memiliki anak padahal ingin dan mengusahakannya.
Kedua kondisi ini sering dinilai miring oleh masyarakat. Tidak mudah menjadi pasangan yang childless, apa lagi childfree. Berbagai saran, komentar negatif dan tuduhan kerap melayang. Tidak subur, tidak jantan, manja, malas, penakut, tidak bertanggung jawab, dan sebagainya.
Bahkan, jika kedua pasangan ini kemudian memilih mengadopsi atau memiliki banyak anak asuh juga tidak otomatis membuat masyarakat puas. Memiliki dan membesarkan anak sendiri dianggap lebih mulia daripada segala kompensasi tersebut.

Memilih atau Menolak Childfree?

Apapun keputusan kita, Ibu Anggun menyatakan bahwa childfree adalah pilihan yang sebaiknya diambil karena kesadaran diri, bukan karena luka. Jika masih ada luka, maka sebaiknya kita sembuhkan dulu dengan reparenting inner child dan hadirkan growth mindset, yaitu pikiran yang berkembang untuk melangkah ke depan, bukan terus terjebak dengan masa lalu.
Demikian juga bagi kita dalam menyikapi childfree maupun hal lain, sebaiknya dengan menggunakan growth mindset. Tidak melulu berpegang pada apa yang kita yakini, ketahui, rasakan, dengar, lihat, dan alami di masa lalu. Namun, kita perlu menghadirkan kesadaran diri untuk memahami kondisi orang lain dan menyikapinya dengan bijak.

Kesadaran Diri dalam Menyikapi Childfree

Sadarilah jika ternyata kita memilih atau menolak childfree karena luka masa lalu. Langkah-langkah menghadirkan kesadaran ini sudah sering disebutkan dalam webinar-webinar sebelumnya, ya. Sadari keberadaannya, izinkan seluruh emosi yang muncul, terima emosi tersebut, dan rangkul diri kita. 
Pahamilah bahwa semua itu memang terjadi di masa lalu, tetapi bukan saat ini. Buatlah jurnal syukur setiap hari agar kita senantiasa menghargai apa yang terjadi di masa sekarang dan bisa lebih jernih menyikapi apapun yang terjadi hari ini.
Sadari bahwa apapun pilihan yang kita ambil, semua memiliki konsekuensinya masing-masing. Saat kita memilih, kita juga siap menjalani berbagai konsekuensi tersebut. Kita tidak bisa mengatur pikiran orang, tetapi kita bisa mengembangkan pikiran kita untuk bahagia.

Bahagia Bersama Kak Seto


Reparenting Inner Child
Tepat sekali jika puncak parade webinar dari Ruang Pulih ini ditutup oleh Kak Seto Mulyadi yang sangat merepresentasikan citra happy inner child. Kehadiran Beliau otomatis membawa suasana riang dan damai masa kecil. Ingatan akan langsung melayang pada Si Komo dan kawan-kawan. Bagiku, Beliau bagaikan kakak tertua yang siap menemani bermain sekaligus menyampaikan saran-saran tanpa menggurui. 
Siapa sangka jika Beliau yang dikenal selalu ramah, sabar, dan penyayang ini ternyata merupakan anak terbandel di zamannya. Bahkan, menurut Beliau, belum pernah menemukan anak yang lebih nakal lagi walau hingga di masa generasi Alfa ini. Terbayang, enggak?
Hal itu justru menguatkanku. Kak Seto adalah sebuah simbol optimisme bahwa anak sebandel apa pun bisa jadi orang yang paling penuh kasih dan peduli anak. Jadi, jangan menyerah dengan masa lalu, ya! Apapun yang dulu begitu buruk terjadi, tetap bisa kita jadikan bahan bagi kita untuk menjadi yang terbaik saat ini.

Reparenting Inner Child

Bagaimana peningkatan kepribadian Kak Seto bisa setinggi itu, ya? Tentu saja Beliau melakukan reparenting inner child. Alih-alih mengingat kesedihan di masa lalu,  Kak Seto memilih terus mengakses rasa bahagia di waktu kecil. Hal ini sangat membantu kita untuk tetap merasa bahagia setiap hari. 
Resep Kak Seto dalam mengobati inner child yang terluka dirumuskan dengan singkatan GEMBIRA, kepanjangannya adalah:
G – Gerak (jangan mager)
E – Emosi cerdas (emosi itu di otak, emosi bisa dikelola secara logika, ungkapkan dengan tenang)
M – Makan dan minum teratur dan sehat
B – Bersyukur, Berdoa, Beribadah
I – Istirahat
R – Rukun dalam keluarga, dengan teman-teman, dan lain-lain
A – Aktif berkarya

Bekerjasama dengan Anak untuk Bahagia

Orang tua dan para orang dewasa di sekitar kita saat masih kecil dulu memang bukanlah sosok sempurna. Pasti ada saja kekurangan dan kesalahan yang pernah mereka perbuat dan tanpa sengaja melukai batin kita. Misalnya saja, soal cara pengasuhan.
Anak-anak berada di puncak kreativitasnya pada usia 4-5 tahun, untuk kemudian menurun karena nilai-nilai di sekitarnya. Banyak potensi dalam diri anak tanpa sadar terpangkas akibat penetapan standar yng sempit atas diri mereka. Hal ini membuat saya berpikir ulang dan mencari strategi baru agar anak-anak tidak mengalami penurunan kreativitas ini walaupun sudah berusia lebih dari 5 tahun.
Setiap anak punya kecerdasannya masing-masing. Tinggal bagaimana kita sebagai orang tua bisa bekerjasama dengan anak untuk mengasahnya. Anak adalah sahabat sekaligus guru kita. Jika ada perbuatannya yang tidak kita sukai, maka tegurlah dengan cara yang tidak merusak persahabatan.
Saat emosi, kita bisa meminta waktu untuk menepi guna menenangkan diri agar bisa bersikap lebih netral. Atau, pakai saja cara Kak Seto yang menyalurkannya dengan bernyanyi keras semerdu-merdunya. Alhasil, situasi sedang macet pun bisa dilalui dengan riang jika kita mendendangkan lagu Si Komo Lewat Tol. Ha ... ha ... ha ...
Tetap terapkan 5S alias Sangat Sabar Sekali dan Selalu Senyum sehingga kita bisa berbahagia setiap dan mengasuh anak dengan penuh kegembiraan. Insyaallah, mereka akan menjadi pribadi yang lebih hebat secara kognitif, emosional dan spiritual dari kita karena kita terus berusaha menyempurnakan prosesnya. Amin.

Related Posts

18 komentar

  1. huwaawwww aku pengen ikutan seminarnya juga huhu telaattt
    aku tertarik banget dengan bahasan ini, ya meski belum menikah tapi aku rasa penting buat aku merencanakan nantinya gimana (terlepas dari takdir nanti bakal 'dikasih' anak atau nggak hehe)

    BalasHapus
  2. Bahasan childfree ini memang lagi rame jadi pembahasan dimana-mana ya setelah salah satu selebriti memilih utk tidak memiliki anak. Bagi ku pribadi sih bisa memiliki anak merupakan sebuah anugerah meskipun ada beberapa keriweuhan juga sih

    BalasHapus
  3. Aamiin...
    5S yang selalu masih saya pelajari karena pada kenyataannya sudah banget itu saya jalankan. Hehehe...
    Semoga pro kontra yang terjadi tidak membuat perpecahan. Masing-masing punya pemikiran dan pertanggung jawabannya sendiri kan ya

    BalasHapus
  4. Memang kontroversial banget tema childfree ini.
    semoga masing2 pihak bisa bertanggung jawab dgn pilihan yg diambil.
    makasi sharingnya

    BalasHapus
  5. Benar juga ya...walaupun childfree itu pilihan. Jangan ada luka di baliknya. Tapi bahaya juga sih bagi si anak, kalau mempunyai anak, hanya supaya engga jadi bahan omongan. Takutnya malah terlantar...

    BalasHapus
  6. Tema yang bagus mbak. Sebagai orang tua kita bisa mengambil pelajaran dari kenangan masa lalu, dan berusaha memperbaiki jika memang itu kurang baik. Sebagai yang belum menikah bisa menjadi tambahan ilmu, bagaimana kelak memilih pasangan yang bisa bersinergi dalam pengasuhan anak yang positif.

    BalasHapus
  7. Apapun itu pilihan ya jadi ya dihormati saja keputusan masing2 pasangan pasutri karena pasti ada alasan tersendiri ya kenapa ada orang yg memilih childfree

    BalasHapus
  8. Kakakku belasan tahun menikah belum ada keturunan, udah usaha macam-macam, maka kalau ada yang childfree padahal ga ada masalah apapun kadang heran juga aku. Tapi itu pilihan sih, dan setuju asalkan bukan karena luka alasannya.

    BalasHapus
  9. bagus banget tema seminarnya, aku kok gak ikutan ya.. huhu.
    apa pun pilihannya, hendaknya memang dipilih secara sadar bukan karena yang lain, tentunya diiringi dengan konsekuensi tanggung jawab ke depannya.

    BalasHapus
  10. Childfree isu kontraversial ya. Ada temanku sulit memiliki anak, sering kena stigma. Awalnya dia down, tapi banyak belajar. Sekarang dia juga sering bahas masalah childfree di medsos.

    BalasHapus
  11. Karena kondisi fisik, dulu saya pernah hendak memilih childfree. Tetapi akhirnya saya berserah diri kepada Tuhan dan malah punya 2 anak hingga hari ini. Apa pun pilihan teman-teman, saya menghormati, karena setiap pilihan tentu sudah disiapkan juga dengan konsekuensinya.

    BalasHapus
  12. memang kita harus bijak sih ya menyikapi pilihan childfree yang mulai banyak digaungkan ini. setiap orang pasti punya pertimbangan masing-masing dalam memutuskan suatu hal

    BalasHapus
  13. Duh 5S itu bagi aku kadang sulit dilakukan hehehe...sing sabar yo. Kalau masalah Childfree, mungkin pilihan masing-masing orang tentunya dengan konsekuensi yang sudah dipikirkan sendiri, justru bagi aku Inner Child itu yang berbahaya karena seperti laten yang akan selalu muncul jika terpicu sesuatu. Semoga makin banyak orangtua yang memahami bahwa di antara mereka berdua ada anak yang juga memiliki perasaan dan luka sama seperti orangtuanya.

    BalasHapus
  14. Setuju banget untuk bertanggung jawab dengan apapun pilihan yang kita ambil, semua memiliki konsekuensinya masing-masing.

    Aku juga menghargai orang lain dengan pilihan mereka dan gak ikut-ikut judgement. Karena pasti semua sudah melewati masa-masa sulit untuk mengambil sebuah kesepakatan karena itu menyangkut diri sendiri dan pasangan. Bukan hanya keputusan sepihak.

    BalasHapus
  15. Ah iya, beberapa lalu sempat viral ya childfree ini
    klo aku sih menyikapi nya biasa saja, karena itu hak masing masing
    tapi memang aku pun sempat kepikiran buat childfree karena luka akibat jadi generasi sandwich

    BalasHapus
  16. pernah rame nih masalah childfree, tapi apapun pilihannya yang penting bertanggung jawab dan tetap bahagia hehe. Kalo aku sementara nggak pengen punya anak dulu karena ya gt deh, pengalaman kurang baik saat hamil hingga melahirkan anak pertama :)

    BalasHapus
  17. MasyaAllah mbak dengan tetap menerapkan 5S alias Sangat Sabar Sekali dan Selalu Senyum sehingga kita bisa berbahagia setiap dan mengasuh anak dengan penuh kegembiraan insyallah hidup Kita lebih tenang Dan bahagia ya

    BalasHapus
  18. Aku mau coba praktekin tipsnya nih, 5S. Sangat sabar sekali dan senyum senang. Eh bener ga ya.. hehe..
    Ntr kalo pas mau marah ma anak.. semoga berhasil 🤭

    BalasHapus

Posting Komentar